judul gambar
HeadlinesKarangasem

Warga Nawakerti Karangasem Mengeluh, Penanganan PMK Dinilai Lambat 

Karangasem, LenteraEsai.id – Sejumlah peternak sapi di wilayah Pura Laga, Desa Nawakerti, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem mengeluhkan penanganan penyakit mulut kuku (PMK) yang menyerang ternak sapi yang mereka nilai lamban.

Peternak menilai pemerintah lambat dalam memberi penanganan seperti pemberiaan vaksinasi PMK pada hewan piaraan, sehingga kini menimbulkan kecemasan bagi para peternak.

Hal tersebut diungkapkan I Wayan Putu, warga sekaligus mantan Perbekel Desa Nawakerti, sembari menambahkan bahwa kasus PMK di desanya cukup merebak ditandai tengah cukup banyaknya ternak yang sakit, bahkan ada yang sudah mati.

“Kini sudah belasan ekor sapi di daerah kami yang sudah sakit. Gejalanya antara lain tidak mau makan, dari hidung mengeluarkan lendir, dan juga ditemukan seekor sapi yang bagian mulutnya terdapat luka terbuka,” katanya, menjelaskan.

Ia mengungkapkan, sebenarnya kasus sapi yang terkena wabah PMK di Nawakerti sudah mulai dari bulan yang lalu. “Tetapi khusus untuk sapi milik paman saya, tertular PMK sejak beberapa hari ini. Saya lapor ke Dinas terkait, tapi respon mereka justru material vaksinnya habis. Karena itu saya sarankan paman untuk mencari dokter mandiri, akhirnya pak dokternya itu tanggap juga dan saat ini syukurnya sapi sudah membaik, ” ungkapnya saat dihubungi di desanya, Selasa (2/8/2022).

Sementara itu, petugas dari Dinas Pertanian, Pertahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Karangasem ketika ditemui di lapangan saat meninjau beberapa lokasi peternakan di Desa Nawakerti, membantah adanya sapi yang mati dikarenakan PMK.

Peninjauan dilakukan pihak dinas sehubungan sebelumnya ada laporan telah terjadi kematian beberapa ekor sapi akibat wabah PMK di desa tersebut.

“Kami tidak berani mengatakan kalau penyebab kematian sapi itu karena PMK, karena harus uji lab dulu untuk mengetahui apakah sapi tersebut kena PMK atau tidak. Saya lihat sapi yang mati karena sudah tua, tubuhnya juga kurus,” ujar Drh I Nengah Kepeng dari unsur dinas.

Terkait penanganan pada sapi yang ditemukan sakit, salah seorang warga yang mempunyai 6 ekor sapi, mengaku harus memecah kandang sapinya menjadi 3 tempat agar tidak menularkan penyakit satu sama lain. “Yang sakit kita ungsikan sendiri agar tidak menular ke yang lainnya, serta kami tetap lakukan penyemprotan desinfektan,” ujar I Wayan Putu.

Sementara dari dinas terkait menyarankan untuk tetap dilakukan penyemprotan desinfektan pada kandang, bio security, terapi sportif dan mengobati dengas obat tradisional seperti kunyit, daun sirih dan sebagainya pada bagian mulut dan kuku yang teserang penyakit. (LE-Ami)

Lenteraesai.id