judul gambar
DenpasarHeadlines

Usai Menari Rejang Dewa, Siswi SMAN 11 Denpasar Histeris ‘Kerauhan’ Massal

Denpasar, LenteraEsai.id – Persembahyangan serangkaian Piodalan Saraswati (turunnya ilmu pengetahuan, Red) di SMAN 11 Denpasar pada Saniscara Umanis Watugunung, Sabtu, 20 Mei 2023, diwarnai ‘kerauhan’ atau kesurupan (trance) massal.

Puluhan siswi dan sejumlah guru tiba-tiba menggerak-gerakkan tangan bagai sedang menari-nari, dan melenggang-lenggokkan tubuh tak beraturan sembari berteriak-teriak dan menangis histeris. Tidak hanya itu, ada juga yang langsung terkulai lemas, ambruk di bagian halaman sekolah.

Peristiwa yang tampak menegangkan hingga sempat membuat puluhan siswa dan guru yang lain menjadi panik, terjadi usai dipersembahkannya Tari Rejang Dewa oleh sejumlah siswi berkenaan dengan Piodalan Saraswati di sekolah tersebut.

Mereka yang terlibat ‘kerauhan’ semuanya siswi dan guru perempuan. Menyaksikan itu, Kepala SMAN 11 Denpasar I Ketut Suwita, bersama Ketua Komite Sekolah I Wayan Diana, beberapa guru, pegawai dan siswa pria spontan berusaha memberi pertolongan. Anak-anak yang ‘kerauhan’ digotong ramai-ramai ke areal pelinggih yang ada di bagian pojok sekolah. Di sana diperciki tirta (air suci) dan ‘tabuhan’, dengan harapan mereka cepat sadar.

Sesaat kemudian mereka dibawa ke dalam ruang kelas. Beberapa di antara mereka yang bagian mulutnya masih berkomat-kamit, langsung diberi minum air mineral. Setelah diperciki tirta dan diberi minum, secara berangsur-angsur terlihat mulai sadar kembali. Meski ada satu dua orang yang diketahui ‘kerauhan’ dalam waktu yang cukup lama.

Menjawab LenteraEsai.id (LE), Kepala SMAN 11 Denpasar I Ketut Suwita menjelaskan, kejadian kerauhan adalah fenomena biasa. Pertama, karena lokasi sekolah ini tergolong kawasan suci, sakral dan tenget (angker). Kedua, karena ada mahluk di alam gaib yang berprofesi sebagai penari. Mahluk itu kemudian masuk ke dalam tubuh penari (para siswi dan guru) yang baru membawakan tarian sakral Rejang Dewa.

“Selain itu juga biasanya kondisi fisik dan kejiwaan anak-anak yang tiba-tiba ‘kerauhan’ itu sedang dalam posisi lemah,” ujar Suwita, menjelaskan.

Namun demikian, lanjut Kepala Sekolah, sejauh ini orang -orang yang mengalami ‘kerauhan’ tidak sampai terjadi efek negatif. “Misalnya tidak sampai jatuh sakit dan sebagainya. Juga peristiwa itu tidak akan berlangsung lama,” ujarnya.

Ketua Komite SMAN 11 Denpasar, I Wayan Diana yang warga asli Desa Padangsambian Kelod, di mana sekolah itu berdiri, menjelaskan bahwa berdasarkan kepercayaan masyarakat setempat, orang-orang yang mengalami ‘kerauhan’ adalah mereka yang kemasukan roh penari dari alam gaib.

“Tiang (saya) sendiri tidak paham tentang peristiwa kerauhan. Namun kepercayaan masyarakat di sini, orang yang ‘kerauhan’ itu kemasukan roh penari dari alam ‘sana’ yang tidak tampak,” kata Diana, menyampaikan.

Untuk diketahui, SMAN 11 Denpasar merupakan salah satu sekolah di Bali yang pembangunan gedungnya baru beberapa lama usai dilaksanakan. Lokasinya berada di Desa Padangsambian Kelod, Kota Denpasar. Hingga kini sekolah baru tercatat ditempati siswa dari dua angkatan, yakni Kelas X dan XI. Seluruhnya ada 15 kelas.

Gedung yang kini sudah selesai dibangun terhitung sebanyak 9 ruang kelas dan satu unit ruang untuk perkantoran guru. Siswa yang belajar dibagi dalam dua shif, pagi dan siang. Sedang satu unit gedung lagi yang dirancang berlantai dua, kini belum rampung seluruhnya.

Gedung yang kini masih dalam proses pengerjaan itu, nantinya selain akan dipaklai ruang kelas juga akan diperuntukkan bagi ruang kerja tata usaha. Untuk Pelinggih permanen berupa Padmasana dan Penunggunkarang juga belum dibangun alias masih darurat. Sementara keberadaan SMAN dan SMKN di lokasi itu diketahui di bawah naungan Dinas Pendidiksn Pemuda dan Olahraha Provinsi Bali.  (LE/Ima) 

Lenteraesai.id