Denpasar, LenteraEsai.id – Setelah Nyepi berkaitan dengan tahun baru Caka 1942 yang jatuh pada 25 Maret lalu, Bali berencana kembali menggelar ‘Nyepi Sipeng’ selama tiga hari sejak 18 hingga 20 April mendatang.
‘Nyepi Sipeng’ dengan tidak melakukan berbagai aktvitas di luar rumah itu, dilakukan dalam persembahan secara sekala dan niskala, yakni memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sementara secara sekala, berkaitan dengan upaya memutus mata rantai penyebaran Virus Corona atau Covid-19.
Bendesa Agung Majelis Desa Adat Provinsi Bali Ida Penglingsir Agung Putra Sukahet di Denpasar, Senin (6/4) mengatakan, berdasarkan hasil pertemuan pihaknya dengan para tokoh adat dan pemerintahan di Bali, tercetus gagasan untuk mengelar ‘Nyepi Sipeng’ selama tiga hari secara serentak di seluruh desa adat di Provinsi Bali.
Melalui pelaksanaan ‘Nyepi Sipeng’ selain untuk mentaati imbauan pemerintah tentang perlunya dilakukan social distancing guna menekan penyebaran Covid-19, juga secara niskala memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk melakukan perenungan diri dan memanjatkan doa menuju ke arah keselamatan dan tata kehidupan yang lebih baik.
Dengan ‘Nyepi Sipeng’ yang pelaksanaannya masih dalam rangkaian bulan kepitu, kawulu, kesanga dan kini puncaknya berdasarkan penanggalan Bali, senantiasa akan memberi kesempatan kepada Bhuta bahkan Maha Butha berubah menjadi ‘somya’, kemudian berubah dari watak Buhta menjadi watak Dewa.
Namun demikian, lanjut Ida Penglingsir Agung Putra Sukahet, ini masih dalam bentuk wacana hingga masih harus perlu dimatangkan dalam rapat berikutnya yang rencananya digelar pada 8 April mendatang.
“Jadi atau tidaknya pelaksanaan ‘Nyepi Sipeng’ tersebut, tentu nantinya akan kami sampaikan kepada khalayak luas, khususnya kepada masyarakat adat di Pulau Dewata,” kata Ida Penglingsir Agung Putra Sukahet, menjelaskan.
Ditanya tentang pelaksanaan ‘Nyepi Sipeng’, menurutnya berbeda dengan Nyepi tahun baru Caka di Bali, di mana harus mentaati catur beratha penyepian, seperti amati geni, amati karya, amati lelungaan dan lelanguan.
Sementara untuk ‘Nyepi Sipeng’ secara adat, kepada warga desa adat hanya tidak dibenarkan untuk keluar rumah saja (amati lelungaan). “Ini berkaitan erat dengan upaya memutus penyebaran Virus Corona yang kini mewabah,” kata Ida Penglingsir Agung Putra Sukahet, mengungkapkan. (LE-DP)