Menjaga Pola Makan Seimbang, Solusi Praktis Sehat dan Berumur Panjang

Ilustrasi - Makanan sehat. ANTARA/Pixabay/pri.

Jakarta, 28/11 (ANTARA/LE) – Aroma rempah segar berpadu dengan sayuran organik serta protein nabati dan hewani, seperti telur, tahu, tempe, dan daging ayam, menguar harum di dapur sebuah katering.

Semerbak wangi itu perlahan menyebar ke seluruh ruangan, menciptakan suasana yang menggugah selera.

Bacaan Lainnya

Suasana penuh aroma itu terasa di dapur Healthy Go, sebuah layanan katering yang menyajikan hidangan sehat untuk masyarakat Jakarta yang ingin menjaga pola makan seimbang tanpa harus repot memasak sendiri.

Healthy Go didirikan oleh Luvian (27 tahun) pada Agustus 2019. Katering ini hadir sebagai solusi untuk orang-orang sibuk yang ingin menjaga kesehatan melalui makanan bergizi.

“Awalnya, kami memiliki passion terhadap fitness dan menyiapkan makanan sendiri, karena kalau nge-gym itu butuh mencukupi kebutuhan protein harian. Namun, kami merasa bosan. Ketika mencari katering sehat, harga yang mahal dan rasa yang hambar membuat kami memutuskan membangun usaha ini,” ujar Luvian, Founder dan CEO Healthy Go.

Hingga kini, Healthy Go menawarkan lebih dari 1.300 menu sehat dengan kadar protein 40 persen dan telah melayani lebih dari 100.000 pelanggan.

Salah satu pelanggan setia, Airin, seorang ibu bekerja di perkantoran telah menggunakan jasa catering itu selama setahun terakhir. Dia mengungkapkan bahwa layanan katering tersebut sangat membantunya menjaga kesehatan dan produktivitas.

“Sebagai working mom, saya tidak punya banyak waktu untuk memikirkan diri sendiri. Layanan ini praktis dan fleksibel karena bisa dikirim ke mana saja. Saya juga mendapatkan konsultasi gizi gratis,” jelas Airin.

Menurut Airin, mengonsumsi makanan sehat dari Healthy Go telah meningkatkan kualitas tidur dan energinya, membuatnya lebih siap menjalani aktivitas sehari-hari.

“Berkat mengonsumsi makanan sehat itu, saya siap melakukan aktifitas yang sat set sat set” kata Airin.

Pola makan sehat

Dengan kesibukan yang tinggi dan tekanan pekerjaan yang berat, banyak orang di Jakarta yang merasa kesulitan untuk menjaga pola makan sehat. Makanan cepat saji, camilan tak sehat, dan pola makan yang tidak teratur seringkali menjadi pilihan mendesak karena kemudahan dan kecepatan.

Namun, seiring dengan semakin berkembangnya kesadaran akan pentingnya kesehatan, banyak orang yang kini mulai beralih ke pilihan yang lebih sehat, seperti restoran vegan yang menawarkan makanan bergizi dengan cita rasa yang tetap menggugah selera.

Adalah Burgreens, restoran berkonsep makanan sehat berbasis nabati, tidak hanya bercita rasa lezat, tetapi juga mendukung gaya hidup sehat dan ramah lingkungan.

Restoran itu menawarkan lebih dari 50 menu yang menggabungkan cita rasa Indonesia, Korea, dan Barat, dengan rasa yang familiar, seperti rendang nabati, dendeng balado nabati, sate maranggi, bibimbap, hingga burger vegan.

Dengan bekerja sama lebih dari 30 komunitas petani di seluruh Indonesia, pemilik resto Burgreens, Helga (33 tahun) memastikan bahwa bahan-bahan yang digunakan tidak hanya sehat, tetapi juga segar dan alami.

“Awalnya aku sendiri praktisi makan vegetarian. Dulu aku itu auto-immune, alergi, sinusitis, asma, dan eksim. Itu semua disebabkan kekurangan bakteri baik di usus,” kata Helga.

“Lalu dalam dua tahun penyakit-penyakit aku tuh ilang semua. Dari situ aku jadi mulai passionate sama nutrisi dan pola makan berbasis tumbuhan seperti tempe, kedelai, hingga jamur,” kata Founder dan CEO Burgreens tersebut.

Helga menekankan bahwa misi restoran ini bukan untuk mengajak orang menjadi vegetarian atau vegan, tetapi lebih kepada meningkatkan konsumsi sumber nabati, yang memiliki manfaat besar bagi kesehatan pencernaan dan tubuh secara keseluruhan.

“Di Indonesia, masalah kekurangan serat cukup mendesak. Hanya 3,3 persen orang Indonesia yang cukup makan serat setiap hari, padahal kita seharusnya mengonsumsi 25-40 gram serat per hari. Faktanya, rata-rata orang Indonesia hanya mengonsumsi sekitar 10,5 gram serat setiap harinya,” kata Helga.

“Untuk itu, Burgreens berkomitmen untuk mengolah aneka bahan nabati menjadi hidangan yang familiar dan lezat, agar masyarakat bisa menikmati makanan sehat yang kaya serat tanpa mengubah kebiasaan makan mereka,” kata praktisi vegan sejak 2006 itu.

Lusi adalah salah satu pelanggan setia Burgreens, yang awalnya bukan seorang vegan. Ia terbiasa dengan makanan Indonesia yang kaya cita rasa dan rempah. Namun, setelah mencicipi berbagai menu vegan, ia mulai tertarik dengan alternatif sehat yang disajikan di Burgreens.

“Di sini saya bisa menikmati makanan Indonesia seperti nasi iga penyet dan soto Betawi, meskipun bukan menggunakan daging asli, rasanya mirip sekali. Saat ini saya juga mencoba untuk lebih sadar dalam memilih makanan seiring bertambahnya usia,” kata Lusi.

Bagi Vanessa, yang merasakan penurunan berat badan dan peningkatan energi setelah mengonsumsi makanan sehat juga menyadari bahwa kesehatan tubuh sangat dipengaruhi oleh makanan yang masuk ke dalam tubuh.

“Saya sering kesulitan menyiapkan makanan sehat untuk diri sendiri karena sibuk dengan keluarga, hingga akhirnya saya menjadi gemuk karena tidak teratur makan. Tetapi hadirnya resto sehat, tentu sangat membantu saya karena tidak perlu lagi mengatur proporsi gizi yang tepat, dengan karbohidrat, protein, dan serat yang seimbang,” jelas Vanessa.

Pentingnya pola makan seimbang

Fenomena Airin, Lusi, Vanessa dan banyak lainnya selaras dengan temuan dr. Marya Haryono, MGizi, SpGK, FINEM, spesialis gizi klinik, yang menekankan pentingnya pola makan seimbang untuk menjaga kesehatan tubuh.

Kekurangan serat dan pola makan yang tidak seimbang dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, seperti gangguan pencernaan, obesitas, hingga penyakit jantung.

Jika tidak segera ditangani, masalah ini berkontribusi pada meningkatnya prevalensi penyakit tidak menular (PTM) di Indonesia.

Data Sensus Penduduk 2020 menunjukkan bahwa PTM menjadi penyebab utama kematian di Indonesia, yang mencapai 87,14 persen dari total kematian.

PTM seperti penyakit jantung, diabetes, hipertensi, dan stroke semakin banyak ditemukan di kota-kota besar, termasuk Jakarta.

Selain itu, data Susenas 2023 menunjukkan 8,53 persen masyarakat Indonesia masih kekurangan konsumsi pangan, terutama di daerah pedesaan dengan prevalensi lebih tinggi dibandingkan kota.

“Dengan prevalensi perdesaan lebih tinggi (9,89 persen) dibandingkan dengan kota (7,53 persen). Kondisi ini menggambarkan tantangan yang lebih besar dalam penyediaan makanan bergizi, terutama di daerah-daerah yang memiliki akses terbatas terhadap sumber pangan yang cukup dan seimbang,” kata Deputi bidang Statistik Sosial Badan Pusat Statistik, Ateng Hartono.

Sebagai upaya untuk mengatasi masalah ini, Dinas Kesehatan Daerah Khusus Jakarta itu mendorong masyarakat untuk memperbaiki gaya hidup mereka, termasuk dengan mengubah pola makan yang seimbang dan meningkatkan aktivitas fisik.

Dinas Kesehatan itu menggalakkan kampanye pola makan seimbang melalui program “Isi Piringku”. Program ini mengajarkan pentingnya proporsi gizi seimbang, karbohidrat, protein, buah, dan sayuran, sejak usia dini.

“Kita mulai dari anak usia PAUD agar kebiasaan makan seimbang terbawa hingga dewasa,” jelas Luigi, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Jakarta.

Selain pola makan, masyarakat juga diajak meningkatkan aktivitas fisik, seperti berjalan kaki 7.500 langkah sehari. Aktivitas ini diyakini membawa dampak positif pada kesehatan organ vital tubuh dan kualitas hidup secara keseluruhan.

Dengan semakin tingginya kesadaran akan pentingnya gaya hidup sehat, baik melalui pemilihan makanan bergizi maupun aktivitas fisik yang seimbang, maka masyarakat Indonesia dapat dapat mengurangi risiko penyakit tidak menular dan meningkatkan kualitas hidup.

Menjaga pola makan seimbang dan rutin berolahraga yang ditanamkan hari ini akan menjadi investasi terbaik untuk kesehatan generasi mendatang. (ANT/LE)

Pos terkait