judul gambar
BangliHeadlinesNews

Menguak Kekuatan ‘Duwe’ di Desa Serokadan

Oleh Yanes Setat

DESA SEROKADAN sontak menjadi terkenal di seantero jagat. Berawal dari hal yang kurang baik, namun diyakini itu akan membawa hikmah yang luar biasa di masa mendatang.

Mungkin sudah kehendak Ida Sang Hyang Widi desa tua itu harus kembali dikenal, setelah banyak orang mulai melupakannya. Terbukti, dalam beberapa penulisan di media massa desa tersebut disebutkan Solokadan, Selokadan, Sarokadan dan lain-lain.

Tidak tanya itu, ada pula yang menuliskan bahkan berbagai statemen di media pandang dengar kalau Serokadan adalah banjar atau dusun. Padahal, sesungguhnya adalah desa.

Serokadan sebuah desa dinas, di mana desa adatnya adalah Abuan, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli, Bali. Sejak zaman dahulu kala, desa ini diyakini penduduknya memiliki nilai magis yang begitu tinggi.

Karena magisnya, dalam beberapa-kali desa di kawasan perbukitan yang dibatasi aliran Sungai Jinah dengan Kabupaten Karangasem itu harus berganti nama. Pada masa sebelum Sri Kresna Kepakisan ‘jumeneng’ sebagai Raja Bali, Desa Serokadan bernama Desa Hyang Putih, kemudian berganti lagi menjadi Desa Sadungan. Dan yang terakhir sebelum ‘mepesengan’ Serokadan bernama Desa Srokanden.

Ida Dalang Shri Aji Parangan, tokoh masyarakat yang juga tokoh spiritual di desa setempat mengakui adanya pergantian nama dalam beberapa kali untuk desa yang kini boleh dikatakan menjadi kesohor ke seantero jagat.

Banyak kalangan menyebutkan desa ini menjadi terkenal karena berawal dari adanya kegiatan rapid test yang salah, yang katanya ‘alat pembaca’ orang terinfeksi Virus Corona itu mereknya tidak sesuai dengan yang dipersyaratkan. Ada juga kalangan yang menyebutkan bahwa rapid test yang dipakai untuk mengetahui kondisi kesehatan warga Serokadan diedarkan oleh sebuah PT yang tidak direkomendasikan oleh BNPB.

Akibatnya, banyak orang sehat ‘dibaca’ sakit hingga kemudian harus mengikuti tahapan berikutnya yakni uji swab. Bayangkan, dari sekitar 2.000 warga yang menjalani rapid test, lebih dari 400 di antaranya dinyatakan reaktif terhadap Covid-19. Bersamaan dengan itu, orang-orang bersangkutan berikut wilayah desanya harus menjalani karantina lokal.

Ketua Harian Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Bali Dewa Made Indra mengatakan, ada hikmah yang dapat dipetik dari hasil rapid test reaktif bagi 443 warga Serokadan, yakni cukup banyak specimen yang dapat diambil untuk diujikan di lab dengan metode PCR. Hal ini akan memberi ketenangan pada masyarakat, di mana hasil yang nantinya didapatkan adalah hasil dari uji lab dengan metode PCR, bukan hanya dari rapid test saja.

“Untuk itu, hasil rapid test tidak untuk diperdebatkan, karena hasil validnya ditentukan dari hasil uji swab dengan PCR,” kata Dewa Indra yang juga selaku Sekretaris Daerah Provinsi Bali.

Ia meminta masyarakat untuk tidak berpolemik terkait hasil rapid test yang dilaksanakan pada Kamis (30/3) lalu di Serokadan, Desa Adat Abuan. “Masyarakat jangan memperdebatkan itu, mengingat hasil dari rapid test hanya merupakan screening awal, sementara hasil validnya mengenai seseorang terinfeksi Covid-19 atau tidak, ditentukan dari uji lab swab test Polymerase Chain Reaction (PCR),” katanya, menjelaskan.

Ida Dalang mengaku tidak ingin memperdebatkan itu, sebab diyakini masalah yang kini timbul di Serokadan merupakan sebuah hikmah yang perlu direnungi dengan lebih seksama.

“Ini harus diyanini sebagai sebuah awal menuju kebaikan. Ini juga sebuah awal bagi semua umat untuk introspeksi diri,” ujarnya, mengingatkan.

Dari sudut pandang religiusitas, Ida Dalang meyanini lewat peristiwa yang kemudian diikuti dengan ‘tapa beratha’ oleh warga Serokadan di rumahnya masing-masing, merupakan sebuah ‘sinar’ Tuhan yang pada gilirannya akan mendatangkan kebaikan.

“Sinar Ida Sang Hyang Widi untuk kebaikan dan kesejahteraan bagi masyarakat Serokadan telah datang,” kata Ida Dalang sembari menambahkan, bukti awal, desa ini sekarang menjadi terkenal ke seluruh dunia.

Berkat apa ?, ujarnya mempertanyakan, yang kemudian dijawab sendiri, “Ya..berkat Covid-19.”

Ida Dalang yang panggilan masa kecilnya I Dewa Putrayadnya mengatakan, wabah Covid-19 harus menjadi perenungan dunia. “Umat sedunia diminta untuk mengingat kembali Sang Maha Pencipta dari alam raya ini,” ucapnya.

Dari suduh pandang niskala, kata Ida Dalang, Desa Serokadan yang di setiap sudutnya memiliki Pura Dalem, menandakan keangkeran dan kesakralan dari sebuah kawasan.

Terbukti, pada arah kaja kangin (timur laut) Desa Serokadan berdiri Pura Dalem Belang, sementara arah kaja kauh (barat laut) bercokol Pura Dalem Selat. Untuk pojok kelod kangin (tenggara) terdapat Pura Dalem Kahyangan, dan sudut kelod kauh (barat daya) Pura Dalem Ipah. Tepat di tengah-tengah Desa Serokadan, dengan penuh taksu ‘dihuni’ oleh Pura Dalem Pingit.

Ida Dalang mengungkapkan, wilayah desa yang terkurung Pura Dalem itu, sejauh ini juga dijaga oleh ‘Duwe’ atau ‘Wewalen’ yang menyerupai barong. Yang bila berkenan, mampu memberikan fibrasi yang sangat kuat.

Sebagai bukti dari kekuatan beliau, kata Ida Dalang, satu-satunya desa di Bali yang tidak melakukan ritual Nangluk Merana, yakni sebuah upacara yang dimaksudkan untuk mengusir hama tanaman di areal pertanian.

Dikatakan, meski tidak pernah menggelar ritual Nangluk Merasa, Serokadan dikenal memiliki lahan pertanian yang subur, yang terbebas dari serangan hama apapun yang kini cukup banyak ditemukan menggerogoti lahan pertanian masyarakat di daerah lain.

Ida Betara Lingsir, sebagai Tapakan yang sudah tersohor dengan taksunya yang mampu memberantas semua yang mengganggu desa, bahkan banyak sesuhunan Barong dari desa lain untuk nunas Hyang ke linggih Ida.

Di samping itu, lanjut Ida Dalang, di desa ini juga terdapat Ida Betara Anom yang merupakan putra dari Ida Betara Lingsir yang melinggih di Pura Pakusara yang diberi Taksu Pemasaran atau Taksu Balian, yang mampu memberi petunjuk tentang apa yang terjadi pada diri manusia dan alam.

Di desa tua ini juga terdapat pelinggih Ida Ratu Jaga yang merupakan Wewalen di Pura Pakusara sebagai penjaga jagat, penetralisir alam dan isinya. Sementara Ida Ratu Mas yang melinggih di Pura Merajan Agung, merupakan pengentas atau penyomia segala bentuk gering, grubug, merana dan bebuhutan. Karenanya, setiap Buda Kliwon penelaan wajib napak pertiwi di perempatan agung.

Ida Dalang menyebutkan, untuk Ida Ratu Tameng diketahui melinggih di Pura Dalem Mesi sebagai tameng jagat, penjaga musuh yang akan datang merusak alam Serokadan. Untuk Ida Betara Alit yang melinggih di Pura Pucak Tegeh, dikenal sebagai penguasa bayu, tenaga dan kekuatan Serokadan jika ada terpaan angin dan bahaya lainnya.

Kekuatan dari sejumlah ‘Duwe’ tersebut merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing, ucapnya.

Selain sederet pura-pura itu, ada sebuah tempat suci yang belum banyak dikenal orang, yakni Pura Peneduh Jagat yang terletak di sudut kaja kangin (timur laut) Desa Serokadan. Kehadiran pura ini mampu memberi ketenangan, kesejukan pada alam Serokadan. Maka seyogianya masyarakat Serokadan untuk selalu ingat pada pura tersebut.

Sementara Pura Jagat Karana yang terletak di catus pata Serokadan begitu magis dan sakral. “Dari sinilah kita memohon tentang apa yang akan terjadi, penyebab dan cara untuk menanggulanginya,” kata Ida Dalang dengan menambahkan, di samping pura tumbuh pohon beringin yang pernah berbunga hingga membuat geger seluruh jagat Bali.

Untuk itu, lanjutnya, dengan kejajadian kali ini, mari semua kalangan satukan pikiran, hati dan perilaku agar mampu menyatu dengan kekuatan beliau. Dengan penyatuan itu, niscaya akan mampu mengatasi segala bentuk persoalan.

Kekuatan niskala takan berarti tanpa didukung oleh kekuatan sekala. Karenanya, dituntut kehadiran umat yang mampu berpegang teguh dengan sikap wacika, kayika dan manacika, sehingga menjadi seiring sejalan dengan kekuatan Yang di Atas.

“Pandemi Covid-19 sudah membukakan jalan buat kita semua. Kita dituntut untuk lebih sayang pada diri sendiri dengan menjaga kebersihan. Mulat sarira, tahu akan kekurangan dan kelebihan kita. Dengan itu, dipastikan semua yang kini cukup merisaukan banyak orang, akan berlalu dan sirna,” ujar Ida Dalang, menjelaskan. (LE-YS)

Comment

Comment here

Lenteraesai.id