Potensi Indonesia Sebagai Kekuatan Baru di Era Disrupsi

Pekerja memanen gabah menggunakan mesin di Bagi, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Kamis (18/4/2024). Kementerian Pertanian memperkirakan potensi produksi beras nasional dari hasil panen raya Maret-April 2024 mencapai 8,46 juta ton. ANTARA FOTO/Siswowidodo/aww. (ANTARA FOTO/SISWOWIDODO)

Jakarta, 29/11 (ANTARA/LE) – Di tengah dinamika global yang penuh gejolak – dari konflik berkepanjangan, ketidakstabilan geopolitik, hingga dampak pandemi yang masih membayangi -, Indonesia memiliki peluang emas untuk mengukuhkan diri sebagai kekuatan baru di antara negara-negara middle power.

Peran ini tidak hanya strategis secara ekonomi, tetapi juga menjadi peluang bagi Indonesia untuk menunjukkan kepemimpinan di tengah dunia yang penuh ketidakpastian.

Bacaan Lainnya

Ketidakpastian global menghadirkan tantangan sekaligus peluang bagi negara-negara yang mampu beradaptasi.

Bagi Indonesia, potensi besar yang dimilikinya, mulai dari sumber daya alam yang melimpah hingga populasi muda yang produktif adalah modal penting untuk bertransformasi menjadi kekuatan baru.

Namun, untuk mengubah potensi menjadi kekuatan nyata, diperlukan kebijakan yang tepat, implementasi yang konsisten, serta keberanian dalam membuat terobosan strategis.

Langkah pertama dalam membangun kekuatan Indonesia adalah mengokohkan ekonomi domestik. Untuk itu, pembangunan infrastruktur menjadi prioritas utama.

Infrastruktur yang kuat, baik fisik maupun digital, tidak hanya mendukung distribusi barang dan jasa tetapi juga menciptakan ekosistem investasi yang kondusif.

Menurut laporan Bank Dunia (2023), Indonesia masih membutuhkan investasi besar dalam pembangunan infrastruktur untuk mengejar negara-negara lain di Asia Tenggara, terutama di wilayah Indonesia Timur yang memiliki potensi ekonomi besar namun masih tertinggal secara akses.

Hilirisasi industri menjadi strategi yang tidak bisa ditawar. Sebagai contoh, Indonesia telah memulai langkah besar dengan melarang ekspor bahan mentah seperti nikel dan berfokus pada pengolahan menjadi bahan baku baterai kendaraan listrik.

Data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menunjukkan bahwa kebijakan hilirisasi ini mampu meningkatkan nilai tambah hingga 10 kali lipat dibandingkan ekspor bahan mentah.

Kebijakan serupa perlu diterapkan pada sektor lain, seperti bauksit, kelapa sawit, dan produk pertanian.

Namun, industrialisasi modern tidak bisa dilepaskan dari integrasi teknologi. Revolusi Industri 4.0, yang mengandalkan otomatisasi, Internet of Things (IoT), dan kecerdasan buatan (AI), harus diimplementasikan secara luas.

Negara-negara seperti Vietnam dan Malaysia telah menunjukkan keberhasilan mereka dalam mengintegrasikan teknologi ke dalam sektor industri. Indonesia tidak boleh tertinggal.

Peningkatan produktivitas dan efisiensi melalui teknologi akan memperkuat daya saing produk Indonesia di pasar global.

 

Transformasi Pertanian

Selain industri, sektor pertanian juga memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Teknologi pertanian presisi, seperti penggunaan sensor tanah, drone untuk pemantauan lahan, serta aplikasi berbasis data, dapat mengoptimalkan produktivitas sekaligus mengurangi pemborosan.

Sebuah studi dari McKinsey Global Institute (2023) menunjukkan bahwa penerapan teknologi digital di sektor pertanian dapat meningkatkan produktivitas hingga 40 persen dan mengurangi biaya operasional sebesar 25 persen.

Namun, teknologi saja tidak cukup. Keberlanjutan harus menjadi prinsip utama dalam pengelolaan sektor ini. Praktik pertanian berkelanjutan, seperti penggunaan pupuk organik dan pengelolaan air yang efisien, akan memastikan kelangsungan ekosistem jangka panjang sekaligus meningkatkan kualitas hasil pertanian.

Indonesia juga harus berfokus pada pengolahan hasil pertanian untuk menciptakan produk dengan nilai tambah tinggi. Sebagai contoh, produk kopi Indonesia yang diolah menjadi kopi spesial siap saji memiliki nilai jual yang jauh lebih tinggi di pasar global.

Semua upaya transformasi ini hanya akan berhasil jika didukung oleh sumber daya manusia (SDM) yang kompeten. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) 2023, 70 persen penduduk Indonesia berada dalam usia produktif.

Fakta tersebut adalah bonus demografi yang tidak akan bertahan selamanya. Pendidikan vokasi yang berfokus pada teknologi dan kebutuhan industri menjadi solusi untuk menciptakan tenaga kerja yang siap menghadapi tantangan di era modern.

Kerja sama antara pemerintah, sektor swasta, dan institusi pendidikan harus ditingkatkan untuk memastikan bahwa pelatihan kerja selaras dengan kebutuhan pasar.

Dalam konteks ini, investasi pada penelitian dan pengembangan menjadi sangat penting. Korea Selatan, misalnya, telah mengalokasikan lebih dari 4 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB)-nya untuk R&D (penelitian dan pengembangan), yang menjadi salah satu kunci keberhasilan transformasi ekonominya.

Kolaborasi antara pemerintah dan sektor swasta adalah katalis utama dalam mewujudkan transformasi ekonomi.

Pemerintah perlu menciptakan regulasi yang mendukung inovasi, seperti insentif pajak untuk perusahaan yang berinvestasi dalam teknologi dan R&D. Di sisi lain, sektor swasta harus lebih agresif dalam mengembangkan teknologi baru dan memperluas pasar global.

Sinergi ini juga diperlukan untuk mempercepat transisi energi. Sebagai negara dengan potensi energi terbarukan yang besar, seperti tenaga surya, angin, dan hidro, Indonesia harus berinvestasi lebih banyak dalam pengembangan energi hijau.

Langkah ini tidak hanya akan membantu mengurangi emisi karbon tetapi juga menciptakan lapangan kerja baru di sektor energi.

 

Membangun Pengaruh

Transformasi ekonomi dan teknologi adalah langkah awal untuk memperkuat posisi Indonesia di panggung global.

Sebagai middle power, Indonesia harus memainkan peran lebih aktif dalam isu-isu global seperti perubahan iklim, perdagangan internasional, dan transisi energi. Kontribusi Indonesia dalam forum seperti G20 dan ASEAN sudah menunjukkan bahwa negara ini memiliki potensi untuk menjadi pemimpin regional.

Diplomasi ekonomi juga harus diperkuat. Sebagai contoh, perjanjian perdagangan bebas dengan Uni Eropa dan negara-negara lain akan membuka akses yang lebih luas bagi produk Indonesia di pasar internasional. Namun, diplomasi ekonomi ini harus didukung oleh daya saing produk domestik yang kuat.

Disrupsi global yang sedang berlangsung adalah tantangan sekaligus peluang bagi Indonesia. Dengan keberanian untuk keluar dari pola lama, mengintegrasikan teknologi, dan mengoptimalkan potensi sumber daya manusia, Indonesia tidak hanya mampu bertahan tetapi juga memimpin.

Melangkah dengan visi yang jelas, inovasi tanpa henti, dan kolaborasi lintas sektor, Indonesia dapat menjawab tantangan zaman sekaligus menciptakan masa depan yang gemilang.

Saatnya Indonesia tidak hanya menjadi pemain di panggung dunia, tetapi juga pemimpin yang membawa perubahan positif bagi kawasan dan arena internasional.

Sebagai bangsa dengan potensi besar, saatnya Indonesia menunjukkan bahwa ia mampu menjadi kekuatan baru yang disegani di dunia. (ANT/LE)

Pos terkait