Tabanan Bangun Gerbang Tabanan di Tiga Perbatasan

Pembangunan tiga gerbang perbatasan yang terletak di Desa Selabih (perbatasan Tabanan-Jembrana), Desa Candikuning (perbatasan Tabanan-Singaraja), dan Desa Abiantuwung (perbatasan Tabanan-Badung). (Foto: Kominfo Tabanan)

Tabanan, LenteraEsai.id – Di penghujung tahun 2024, Kabupaten Tabanan sepertinya menorehkan sejarah baru dengan pembangunan tiga gerbang megah di perbatasannya. Diprakarsai oleh Bupati Sanjaya, gerbang-gerbang ini bukan hanya sebuah konstruksi fisik, melainkan manifestasi dari visi besar Tabanan dalam menjaga dan mengangkat identitasnya sebagai lumbung pangan Bali. Terletak strategis di Desa Selabih (perbatasan Tabanan-Jembrana), Desa Candikuning (perbatasan Tabanan-Singaraja), dan Desa Abiantuwung (perbatasan Tabanan-Badung), ketiga gerbang ini menyambut setiap pengunjung dengan konsep lumbung, menegaskan peran krusial Tabanan dalam ketahanan pangan Bali.

Dengan desain arsitektur yang mengambil inspirasi dari bentuk lumbung – sebuah simbol keberlimpahan dan kemakmuran – gerbang ini sekaligus menjadi identitas Tabanan yang lekat dengan agrikultur. Mengapa lumbung? Lumbung, sebagai tempat menyimpan hasil bumi, melambangkan tidak hanya kemakmuran tetapi juga kedisiplinan dan kecermatan dalam mengelola sumber daya. Konsep ini tidak hanya estetika, melainkan cerminan dari nilai-nilai yang dijunjung oleh masyarakat Tabanan.

Bacaan Lainnya

Desain gerbang yang terinspirasi dari lumbung tidak hanya mengedepankan unsur lokal, tetapi juga mengintegrasikan unsur modern melalui sentuhan taman dan fasilitas istirahat. Di era di mana spot-spot “Instagrammable” menjadi daya tarik tersendiri, taman di sekitar gerbang Tabanan dirancang agar pengunjung dapat berhenti sejenak, menikmati suasana, dan mendokumentasikan perjalanan mereka. Dengan keindahan lanskap dan arsitektur yang menyatu secara harmonis, gerbang ini tidak hanya menyambut pengunjung, tetapi juga mengajak mereka mengenal dan mengapresiasi identitas unik Tabanan.

Penggunaan elemen hijau pada taman di sekitar gerbang serta bata merah untuk dinding gerbang, ini juga mencerminkan prinsip pembangunan yang berwawasan lingkungan, selaras dengan visi Kabupaten Tabanan untuk menjadi kota yang modern namun tetap berkelanjutan. Pembangunan gerbang ini memperlihatkan komitmen Bupati Sanjaya dan jajarannya dalam mengembangkan ruang publik yang estetis sekaligus fungsional, serta mendukung pembangunan perkotaan yang ramah lingkungan.

Tidak hanya berfungsi sebagai pintu masuk dan keluar kabupaten, gerbang ini menyampaikan pesan tentang kekayaan budaya dan semangat masyarakat Tabanan. Mirip dengan konsep gapura pada masa Hindu-Buddha yang dahulu menjadi simbol sakral di pintu-pintu masuk kawasan suci, gerbang-gerbang ini pun memiliki makna yang dalam. Mereka berdiri sebagai ikon yang menyampaikan cerita tentang Tabanan kepada setiap orang yang melintas: sebuah daerah dengan kebanggaan sebagai penghasil pangan utama bagi Bali, dengan tanah subur yang tak henti-hentinya memberikan kehidupan.

Identitas Tabanan sebagai lumbung pangan tidak hanya sekadar sejarah, tetapi sebuah keberlanjutan yang direncanakan dengan cermat. Dengan tiga gerbang ini, Tabanan berupaya menjaga keterikatan budaya dalam proses modernisasi kota, agar setiap pengembangan tetap menghargai akar dan karakter lokal. Ini adalah upaya Kabupaten Tabanan dalam menjaga warisan budaya sambil bergerak menuju masa depan yang lebih modern dan berkelanjutan.

Bagi masyarakat Tabanan, gerbang ini adalah kebanggaan; lambang visual yang kuat dari identitas yang telah mereka rawat selama berabad-abad. Menyusuri tiga gerbang perbatasan ini, masyarakat diingatkan akan peran penting mereka dalam menjaga ketahanan pangan Bali. Setiap gerbang menjadi titik temu antara sejarah dan masa kini, mengingatkan mereka akan pentingnya peran dalam memastikan Bali tetap menjadi daerah yang mampu berdikari dalam hal pangan.

Di sisi lain, gerbang-gerbang ini berfungsi sebagai tempat persinggahan yang memberikan pengalaman bagi wisatawan yang berkunjung ke Tabanan. Dengan desain yang menawan dan suasana taman yang nyaman, wisatawan dapat berhenti untuk menikmati pemandangan, memotret keindahan, dan secara tidak langsung, membawa cerita tentang Tabanan dan nilai-nilai lokalnya ke dalam ingatan mereka.

Pembangunan gerbang yang dikonsep dengan nuansa lumbung dan taman ini tidak hanya menambah estetika kota, tetapi juga menunjukkan visi jangka panjang Tabanan dalam membangun perkotaan yang efisien, ramah lingkungan, dan mendukung pertumbuhan ekonomi. Sebagai bagian dari pembangunan berwawasan lingkungan, gerbang ini memanfaatkan ruang perkotaan secara efektif, menciptakan sarana publik yang dapat diakses semua kalangan, dan menjadi sarana promosi yang memperkenalkan kekayaan lokal kepada siapa saja yang melewati perbatasan.

Melalui tiga gerbang ikonik di perbatasan, Tabanan memperlihatkan bahwa pembangunan kota tidak harus mengorbankan identitas budaya. Sebaliknya, identitas ini dapat menjadi fondasi yang memperkuat daya tarik dan kesan pertama yang berkesan bagi semua orang yang melintasi pintu gerbang menuju jantung lumbung pangan Bali. Gerbang Tabanan diharapkan bukan hanya menjadi sekadar pintu masuk, tetapi lambang keagungan, kebanggaan, dan cerita tentang Tabanan yang kuat dan terus berkembang. (LE-VJ)

Pos terkait