Pekabaru, 05/11 (ANTARA/LE) – Jauh hari sebelum lahirnya Provinsi Riau, di Pulau Sumatera ini sudah ada Provinsi Sumatera Tengah, yakni pada tahun 1948 hingga 1957. Wilayah Sumatera Tengah saat itu meliputi Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, dan Jambi.
Kala itu, pusat pemerintahan Provinsi Sumatera Tengah berada di Bukittinggi–saat ini termasuk wilayah Sumatera Barat–yang berjarak sekitar 125 km dari Pekanbaru, kini Ibu Kota Provinsi Riau.
Setelah melalui perjalanan dan sejarah panjang, akhirnya Provinsi Sumatera Tengah secara resmi dibubarkan pada 9 Agustus 1957 dengan dikeluarkannya Undang-Undang Darurat Nomor 19 Tahun 1957 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat I Sumatera Barat, Jambi, dan Riau. Undang-undang ini mewujudkan tiga “daerah swantantra tingkat I” dari bekas wilayah Sumatera Tengah.
Tak heran, banyak penduduk di Provinsi Riau ataupun Jambi saat ini memiliki dialek bahasa yang sama dengan logat Minang. Masyarakat Minang atau Sumatera Barat yang dikenal sebagai suku perantau pun akhirnya banyak berdiam di Riau.
Kondisi geografis yang bergunung dan berbukit tak menyurutkan warga Riau dan Sumatera Barat atau daerah sekitarnya untuk saling bepergian meski harus menempuh waktu belasan jam melalui jalur darat. Banyak warga Riau yang kampung halamannya berada di Sumbar sehingga setiap akhir pekan jalanan Riau–Sumbar ramai disesaki kendaraan. Sebagian besar warga Riau juga banyak berwisata ke Sumatera Barat, sedangkan warga Minang banyak yang berbisnis di Riau. Sebuah simbiosis mutualisma tersendiri.
Pembangunan infrastruktur jalan
Hingga saat ini intensitas perpindahan barang dan manusia dari Sumatera Barat ke Riau atau sebaliknya kian tinggi mengingat jalan sudah mulus hingga akhirnya dibangun jembatan spektakuler bernama Kelok Sembilan pada 2003.
Kelok Sembilan merupakan sebuah ruas jalan berupa jembatan layang yang terletak di Kecamatan Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Disebut Kelok Sembilan karena jalan ini memiliki sembilan tikungan, yang dalam bahasa setempat disebut kelok.
Jalan ini merupakan jalur utama yang menghubungkan Provinsi Sumatera Barat dengan Provinsi Riau, tepatnya di Km 143 hingga Km 148 dari Kota Padang.
Adanya Kelok Sembilan membuat pengguna kendaraan terutama truk atau bus besar tidak khawatir lagi menghadapi tanjakan atau turunan dengan kelok tajam yang sangat rawan terjadinya kecelakaan lalu lintas. Jembatan layang Kelok Sembilan membuat jalan makin landai.
Setelah adanya Kelok Sembilan, kini Pemerintah juga masih mempercepat pembangunan Tol Trans Sumatera yang nantinya bisa menghubungkan dan memperpendek jarak antarwilayah di Pulau Sumatera, dari Lampung hingga Banda Aceh.
Sebagai daerah yang berada di jantung Pulau Sumatera atau yang juga dikenal Andalas, tentu saja ini menjadi keuntungan tersendiri bagi Provinsi Riau. Bumi Lancang Kuning ini tentu saja akan makin banyak disinggahi pengguna jalan di Andalas ini mengingat posisinya yang strategis.
Kondisi inilah yang saat ini dimanfaatkan Pemerintah Daerah Riau untuk mengembangkan berbagai sarana dan prasarana dengan mendirikan berbagai fasilitas, seperti tempat wisata baru, hotel, pusat perbelanjaan, dan kuliner atau tempat hiburan lainnya.
Pembangunan tol
Saat ini, Pemerintah melalui PT Hutama Karya Infrastruktur (HKI) terus melanjutkan pengerjaan proyek Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS), termasuk Ruas Rengat–Pekanbaru Seksi Lingkar Pekanbaru sepanjang 30,57 km. Proyek yang dikerjakan sejak Juni 2023 ini ditargetkan tuntas pada tahun 2026.
“Per September 2024, progres konstruksi tol ini telah mencapai kisaran angka 30 persen,” ujar Direktur Operasi III PT HKI Aditya Novendra Jaya.
Jalan Tol Lingkar Pekanbaru dirancang memiliki masing-masing tiga Gerbang Tol (GT) dan Interchange (IC) yakni GT dan IC Rimbo Panjang, Siak, serta Bypass Pekanbaru. GT dan IC Rimbo Panjang adalah akses utama masyarakat Rimbo Panjang keluar dan masuk Tol Lingkar Pekanbaru. Sementara GT dan IC Siak akan menjadi akses awal daerah Sri Meranti untuk keluar masuk Tol Lingkar Pekanbaru, serta GT dan IC Bypass Pekanbaru adalah akses awal masyarakat Muara Fajar menuju Tol Lingkar Pekanbaru.
Nantinya, masyarakat Pekanbaru dan sekitarnya yang akan melewati Jalan Tol Pekanbaru–Bangkinang bisa menuju Jalan Tol Pekanbaru– Dumai atau sebaliknya tanpa harus keluar tol. Hal ini tentunya akan meningkatkan konektivitas langsung antarkota dan mempersingkat waktu tempuh.
Adapun jalan tol ini nantinya akan menghemat waktu tempuh dari exit tol Bangkinang–Pekanbaru ke gerbang tol Pekanbaru–Dumai yang semula satu jam via jalan nasional menjadi 25 menit saja melalui Jalan Tol Lingkar Pekanbaru.
Pekanbaru yang merupakan Ibu Kota Provinsi Riau juga akan menjadi magnet tersendiri mengingat pusat keramaian ada di kota berpenduduk 1,13 juta jiwa itu. Di beberapa pintu keluar tol di juga telah disambut dengan tempat wisata baru seperti water park atau wisata miniatur kota-kota di Asia.
HKI juga akan membangun sepasang area peristirahatan dengan luas total 12 hektare yang saat ini masih dalam proses perencanaan konstruksi dan rencananya akan dibangun pada tahun 2025. Rest area ini nantinya akan terletak 5 kilometer dari Gerbang Tol Siak dengan rencana bangun mengadaptasi corak budaya lokal khas Riau dengan berbagai fasilitas.
Sebagai informasi, lingkup pekerjaan pada proyek Jalan Tol Lingkar Pekanbaru ini yakni badan jalan tol, tiga jembatan sungai, satu pasang rest area, kantor tol, serta tiga gerbang tol. Selain itu, jalan tol ini juga direncanakan memiliki lebar jalur 3,6 meter serta jumlah lajur 2×2 pada tahap awal dan 2×3 pada tahap akhir dengan kecepatan rencana 100 km/jam.
Salah satu jembatan ikonik yang dikerjakan HKI adalah Jembatan Sungai Siak yang memiliki total bentang sepanjang 214 meter dengan bentang utama (main span) 97,5 meter. Selain itu, jembatan ini juga didesain tidak menggunakan pilar di tengah sungai agar kondisi lingkungan tetap terjaga dan kapal pengangkut logistik dapat melintas di bawahnya tanpa hambatan.
Secara keseluruhan, Jalur Tol Trans Sumatera saat ini sudah memiliki panjang 1.100 km pada akhir tahun ini dari total panjang sesuai rencana induk (masterplan) adalah 2.994 km yang menghubungkan dari Lampung hingga Aceh.
Magnet Sumatera
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) RI menargetkan realisasi investasi 2024 ke Pemerintah Provinsi Riau adalah sebesar Rp106,07 triliun (6,43 persen terhadap nasional) atau tertinggi di wilayah Sumatera.
Sesuai catatan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Riau, pada triwulan II (Maret–Juni) 2024, realisasi investasi di Provinsi Riau telah mencapai Rp27,84 triliun (104,7 persen) untuk target per triwulan, sedangkan pada Januari– Juni) telah mencapai Rp53,13 triliun (50,09 persen) terhadap target tahunan yang telah ditetapkan.
Kondisi tersebut membuktikan bahwa Riau merupakan magnet investasi di Pulau Sumatera mengingat saat ini berbagai pembangunan masih terus berjalan.
Dalam 5 tahun ke depan, Provinsi Riau diproyeksikan berkembang pesat karena berada di jantung Sumatera. Namun demikian, hal ini harus diantisipasi oleh pemimpin daerah yang akan terpilih pada pilkada tahun ini. Tentu saja dengan dukungan masyarakat agar pembangunannya berfaedah dan berkah. (ANT/LE)