Kisah Ananda Ramartha, ‘Coach’ Trauma Healing yang Pernah Mati Suri

YouTuber, penulis dan spiritualis Ananda Ramartha (Foto: Dok Pribadi)

Bandung, LenteraEsai.id – Wanita berdarah Bali yang dikenal dengan panggilan Ananda Ramartha ini, cukup dikenal sebagai penyembuh mental, trauma healing atau ‘guide’ bagi orang-orang yang berada di fase kebingungan ketika mengalami kebangkitan spiritual. Bagaimana kisah hidupnya hingga Nanda berada di titik saat ini?. Apakah sejak kecil Nanda memang terkategori sebagai manusia dengan bakat istimewa?

“Waktu kecil, saya dalam kondisi normal-normal saja kok. Tidak berbakat istimewa, sama seperti tumbuh kembang anak-anak lain. Hanya saja, memang sejak dulu saya dikenal memiliki intuisi yang sangat tajam,” ujar Nanda ketika diwawancarai LenteraEsai pada Selasa (19/12/2023) siang.

Bacaan Lainnya

Nanda melanjutkan, saat menjalani masa belajar di sekolah, dirinya dikenal sebagai siswa yang kutu buku, introvert, banyak teman meski cenderung pendiam, dan selalu di ranking tinggi. Saat sekolah, Nanda mengembangkan bakat menulis dengan menyusun novel bertema asmara, sesuai pertumbuhan usianya.

Tak disangka, pada tahun 2005, sebuah peristiwa ganjil menghampiri hidup Nanda. Bermula ketika wanita itu mendadak terjatuh di ruang makan. Kedua orang tuanya menjadi khawatir melihat Nanda yang kondisinya langsung melemah usai terjatuh.

“Saya kemudian merasa kritis. Saya berpikir inilah saat terakhir hidup saya. Kemudian saya bilang kepada orang tua. ‘Kalau saya kenapa-kenapa, tidak perlu dibawa ke rumah sakit’. Saya kemudian merasakan jantung saya berhenti dan mendengar jeritan histeris Ibu ….,” kata Nanda bernada rendah.

Saat detak jantungnya dirasakan berhenti, Nanda merasakan dirinya mendadak berada di suatu ruang hampa. Saat itulah, dia bertemu dengan seorang Dewi yang berdiri di atas teratai dan di sisinya ada angsa. “Tapi menurut saya, beliau bukan Dewi Saraswati. Beliau berkata dengan suara bernada laki-laki: ‘Saya adalah cinta kasih. Kasih sayang. Berjalanlah di jalanku ….’. Beliau kemudian mengajarkan beberapa hal yang begitu bermakna. Saya merasakan waktu singkat saja di alam ruang hampa itu. Mungkin sekitar 3 detik saja,” kata Nanda, mengenang.

Seusai mendengar petuah dan ajaran bijak Sang Dewi, Nanda kemudian kembali lagi ke tubuh fisiknya di mana dirinya dapat mendengarkan suara lantunan doa kedua orang tuanya yang penuh permohonan kepada Tuhan. Belakangan baru Nanda mengetahui, bahwa ternyata ia mengalami mati suri sejak pukul 23.00 WIB dan tersadarkan kembali pada pukul 06.00 WIB. Saat sadar, Nanda merasakan tubuhnya begitu lemah sampai beberapa saat hanya bisa berbaring saja, namun akhirnya berangsur pulih dan kehidupannya kembali berjalan normal.

Sampai akhirnya, satu demi satu cobaan menerpa hidup Nanda tanpa ampun. Kepergian pendamping hidup untuk selamanya, padahal baru setahun menikah, sejenak membuat Nanda limbung. Setelah itu, disusul runtunan penyakit serius menghampirinya, salah satunya penyakit Lupus, yang membuatnya hampir kehilangan seluruh harta bendanya dikarenakan digunakan untuk biaya berobat. Namun keadaan tidak kunjung membaik, meski Nanda dan keluarganya telah mengupayakan semaksimal mungkin untuk sembuh. Hingga kemudian, Nanda memutuskan untuk memasrahkan diri pada Sang Pencipta, mulai ‘self healing’ dan rutin melakukan meditasi sebagai upaya kesembuhan.

Justru di tengah kepasrahan inilah, Nanda merasa kondisi tubuhnya makin membaik dan bertambah sehat, sampai akhirnya ia sama sekali lepas dari obat-obatan yang biasanya wajib dikonsumsi setiap hari.

“Saya kemudian dibuat terkaget-kaget ketika Dewi yang pernah saya temui ketika mati suri, suatu hari mendadak muncul dan selalu mengikuti saya. Saat itu, saya mengira Beliau hanyalah halusinasi karena saya memang mengkonsumsi obat-obatan. Tetapi ternyata tidak. Beliau benar-benar muncul dan memberikan petunjuk-petunjuk untuk saya jalankan dalam hidup,” ujarnya.

Mengikuti petunjuk-petunjuk dari Sang Dewi serta arahan dari ‘higher self’, selanjutnya Nanda mulai membuka konseling gratis bagi penderita Lupus atau autoimun. Hingga belakangan berkembang dengan menjadi ‘coach’ bagi orang yang memerlukan trauma healing, cleansing luka batin, atau melakukan pendampingan bagi orang-orang yang tengah didera kebingungan saat awal di fase kebangkitan spiritual.

“Berkat YouTube, dalam waktu tidak terlalu lama, orang-orang yang perlu bantuan pendampingan kemudian menghubungi saya. Kalau di Indonesia, klien dari semua daerah sudah saya tangani dengan baik. Termasuk dari Papua. Kalau luar negeri, yang sering dari Singapura dan Malaysia, karena di YouTube menggunakan Bahasa Indonesia, sehingga dipahami dengan baik dari warga kedua negara tersebut,” kata Nanda seraya menjelaskan sejak dirinya mengalami kebangkitan spiritual, bakat-bakat terbaiknya pun bermunculan seperti kemampuan melukis, mencipta lagu, menulis buku hingga sejumlah bakat spiritual yang merupakan anugerah Ilahi.

Pewarta: Tri Vivi Suryani
Redaktur: Laurensius Molan

Pos terkait