judul gambar
HeadlinesKarangasem

32 Titik Kerusakan, Gempa Karangasem Tidak Pengaruhi Aktivitas Gunung Agung

Karangasem, LenteraEsai.id – Gempa bermarnitudo 4,6 yang berpusat di wilayah Kabupaten Karangasem, Bali bagian timur pada Jumat (29/7/2022) malam, sempat menimbulkan perasaan was-was dan kekhawatiran penduduk setempat.

Masalahnya, gempa yang sempat merusak sejumlah bangunan fisik di wilayah Seraya itu diikuti dengan 3 kali gempa susulan yang rentang waktunya tidak tergolong lama.

Berdasarkan update data terbaru dari BPBD Kabupaten Karangasem pada Sabtu (30/7) malam, terungkap bahwa bencana gempa tersebut telah menimbulkan kerusakan pada sejumlah bangunan rumah milik penduduk di Desa Tianyar, Kabupaten Karangasem.

Kerusakannya yang terjadi antara lain berupa genteng yang terjatuh ataupun tembok yang retak-retak, serta beberapa kerusakan juga terdapat pada pondasi bangunan. Meski begitu, kata petugas yang turun ke lapangan, kerusakan yang timbul masih tergolong ringan.

“Di Desa Tianyar Barat terdapat 26 rumah warga ataupun fasilitas umum lainnya yang mengalami kerusakan, sementara di Desa Tianyar Tengah ada 6 rumah warga yang mengalami kerusakan, sehingga totalnya sebanyak 32 titik kerusakan,” kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Karangasem IB Ketut Arimbawa.

Sementara Kepala Pos Pemantauan Gunung Api Agung I Dewa Merta Yasa yang dihubungi terpisah mengungkapkan jika gempa tektonik yang terjadi pada Jumat (29/7) malam itu tidak sampai mempengaruhi aktivitas Gunung Agung yang bagian kaki-kakinya bercokol di Kabupaten Karangasem.

“Dari pantauan kami di Pos Pemantauan Gunung Api Agung di Rendang, Karangasem, diketahui bahwa aktivitas vulkanik Gunung Agung hingga saat ini masih normal-normal saja,” katanya, menjelaskan.

Ia menyebutkan, dilihat dari episenter atau posisi pusat gempa tektonik yang terjadi, bertepatan dengan sistem sesar, sehingga gempa yang berpusat di daratan Seraya itu mungkin tidak berhubungan langsung dengan aktivitas Gunung Agung.

Sehubungan dengan itu, Dewa Merta mengimbau masyarakat yang bermukim di kawasan lereng dan kaki gunung tertinggi di Bali itu tidak resah, namun tidak mengurangi kewaspadaan terhadap kemukinan yang dapat terjadi.  (LE-Ami)

Lenteraesai.id