Karangasem, LenteraEsai.id – Di balik mahalnya harga cabai rawit di pasaran, petani cabai justru mengalami banyak gagal panen hingga merasakan kegetiran sampai ingin ‘menangis’. Hal tersebut diutarakan I Ketut Eti (55), salah seorang petani cabai di Desa Bungaya, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem.
“Memang harga jual cabai ke penadah atau penampung sekarang mencapai Rp 80.000 per kilogram. Masalahnya, banyak tanaman cabai yang gagal panen. Terakhir sekitar tiga hari yang lalu saya panen cabai, ternyata hanya dapat tiga kilogram saja,” katanya kepada wartawan LenteraEsai ketika ditemui di desanya, Senin (27/6/2022).
Kenyataan seperti itu tentu saja menjadi kekecewaan bagi Ketut Eti, karena normalnya, ketika hasil panen bagus dirinya dapat memanen cabai hingga mencapai 50 kilogram sekali panen.
Gagalnya hasil panen yang memicu mahalnya harga cabai di wilayah Kabupaten Karangasem, di mana harga cabai di pasaran akhir-akhir ini dapat mencapai Rp 85.000 hingga Rp 100.000 per kilogramnya. Apalagi banyak penadah yang mencari cabai di wilayah Bungaya.
Menurut Eti, gagal panen karena cabai yang tiba-tiba membusuk sebelum memerah, lebih disebabkan cuaca yang tidak menentu. “Ya ini seperti sekarang, cuaca tiba-tiba hujan besoknya tiba-tiba panas. Ini menyebabkan cabai cepat membusuk sebelum matang di pohon, ” ujarnya.
Dari pemantauan di lapangan, terlihat pertumbuhan cabai rawit di lahan pertanian penduduk di Desa Bungaya tidak merata. Ditandai dengan tinggi pohon yang tidak sama, pertumbuhan daunnya pun berbeda, ada yang sehat segar dan ada yang ‘pincet’. Di samping itu ada juga buah cabai yang masih hijau ataupun yang sudah menguning sebelum cukup umur untuk dilalukan panen.
Melihat kondisi yang demikian, sejumlah petani di Desa Bungaya terpaksa harus memanen cabainya lebih awal guna mengantisipasi kerugian yang lebih banyak, meski buah cabai sesungguhnya belum cukup umur. (LE-Ami)