Temani PMI Hingga Dini Hari, Bupati Mas Sumatri: Bagaimana Kalau Anak Kita Diperlakukan Begini

Bupati Karangasem IGA Mas Sumatri

Amlapura, LenteraEsai.id – Bupati Karangasem IGA Mas Sumatri merasakan keharuan mendalam ketika mendapati 24 pekerja migran Indonesia (PMI) ditolak warga saat mereka akan dikarantina di Hotel Ramayana Candidasa, Desa Sengkidu, Manggis, Kabupaten Karangasem pada Rabu (15/4/2020) malam.

Gelombang penolakan terhadap langkah karantina PMI yang baru datang dari luar negeri tersebut, dilakukan warga setempat sejak Rabu malam sekitar pukul 18.45 Wita dan terus berlangsung hingga Kamis (16/4/2020) dini hari.

Bacaan Lainnya

“Rabu tengah malam hingga Kamis dini hari sekitar pukul 03.00 Wita, saya masih bersama warga dan terus berdialog mengupayakan supaya PMI bisa dikarantina, karena sesuai aturan pusat memang demikian. PMI yang baru datang dari luar negeri, dikarantina selama 14 hari,” ujar Bupati Mas Sumatri ketika dikonfirmasi pada Kamis (16/4) pagi.

Dikatakan Bupati Karangasem, bagaimanapun PMI adalah warga lokal yang selama ini mencari nafkah di negeri orang. Namun, begitu Virus Corona merebak hampir di seluruh negara di dunia, perusahaan tempat mereka bekerja memulangkannya ke tanah air.

Akibatnya, secara otomatis bagi PMI yang asal Karangasem akan kembali pulang ke rumahnya masing-masing. “Dan sesuai aturan pemerintah pusat dan WHO, PMI yang pulang harus terlebih dahulu menjalani masa karantina selama 14 hari, guna mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan,” kata Bupati Mas Sumatri.

Namun demikian, ketika para PMI akan dikarantina di Hotel Ramayana, warga ramai-ramai datang menolak. Padahal, saat masa karantina berlangsung, PMI ini akan dijaga ketat dan tidak sembarangan orang bisa hilir mudik ke hotel.

“Karantina di suatu tempat adalah langkah yang terbaik, ketimbang mereka dibiarkan langsung ke rumah masing-masing. Kalau ternyata ada yang terinfeksi Covid-19, kan nanti malah menularkan kepada orang lain. Bahkan virus akan berkembang secara liar dan tidak bisa dikendalikan. Ini karantina sudah suatu langkah yang benar, kenapa malah ditolak. Bagaimana kalau anak-anak kandung kita sendiri diperlakukan seperti itu,” kata Bupati Mas Sumatri dengan nada lirih.

Sebagai pejabat publik, naluri seorang ibu dari Bupati Mas Sumatri tidak bisa dikesampingkan. Sambil berlinang air mata bupati yang hingga dini hari berupaya menyadarkan warga untuk bersedia menerima kehadiran PMI di lokasi karantina, ternyata tidak juga membuahkan hasil seperti yang diharapkan.

Bupati menyebutkan, seharusnya masyarakat tidak terlalu panik menghadapi Covid-19. Ini merupakan bencana dunia, bukan hanya skala nasional. Jadi pemerintah pusat dan daerah sudah siaga dan mempersiapkan Satgas Covid-19 hingga ke tingkat desa adat.

Untuk langkah berikutnya, lanjut Bupati Mas Sumatri, agar tidak mengalami penolakan demi penolakan, setiap daerah seperti kecamatan diminta untuk menyiapkan tempat karantina sendiri-sendiri. Misalnya, ada hotel yang ditunjuk pihak kecamatan sebagai tempat karantina. Saat ini pemerintah masih mencarikan tempat masing-masing yang tepat.

“Yang jelas, tolong jangan tolak PMI, kasihan. Saya saja pada Kamis dini hari pada pukul 03.00 Wita sampai tidak tega melihat PMI kelelahan dan lapar. Saya belikan air mineral dan jajan. Sekali lagi ingat, mereka itu anak-anak kita dan saudara kita warga Karangasem,” katanya, menandaskan. (LE-KR)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *