Denpasar, LenteraEsai.id – Kepala BI KPw Bali Trisno Nugroho menyebutkan, meskipun sempat terjadi kenaikan harga pada cabai rawit di atas Rp100 ribu, namun kenaikan tersebut hanya terjadi beberapa hari saja, sehingga rata-rata harga cabai sepanjang bulan Januari masih dalam batas wajar.
Meningkatnya tekanan harga juga terlihat pada komoditas cabai merah, bawang merah, dan rokok putih. Sedangkan peningkatan harga komoditas hortikultura pada umumnya terjadi karena keterbatasan pasokan yang berkaitan dengan kondisi cuasa seperti curah hujan yang tinggi, sehingga tidak menyebabkan kenaikan harga secara umum.
“Sementara itu kenaikan yang minimal juga tertahan oleh penurunan harga BBM nonsubsidi pada 5 Januari 2020. Peningkatan harga hanya terjadi pada komoditas cukai rokok, yang kemudian mendorong kenaikan sedikit harga rokok pada bulan ini,” ujar Trisno Nugroho melalui siaran pers di Denpasar, Selasa (4/2/2020).
Kenaikan harga di bulan Februari 2020 diprakirakan sedikit lebih tinggi dibandingkan bulan Januari. Adanya perayaan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) yaitu Hari Raya Galungan dan Kuningan, dapat mendorong peningkatan permintaan, sehingga berpotensi mendorong tekanan harga.
Selain itu, frekuensi hujan dan gelombang laut yang tinggi, berpotensi menahan produksi dan distribusi, khususnya bahan makanan. Meskipun demikian, Bank Indonesia memperkirakan inflasi ke depan hingga akhir tahun akan tetap terkendali dan berada pada kisaran sasaran 3,0±1%.
Pada Januari 2020, Provinsi Bali mengalami inflasi sebesar 0,57% (mtm), turun dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 0,71% (mtm). Pencapaian inflasi Bali bulan Januari ini tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi nasional yang tercatat sebesar 0,39% (mtm).
Sementara itu secara tahunan, inflasi Bali tercatat sebesar 2,45% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan nasional yang sebesar 2,68% (yoy). Dengan demikian, inflasi Bali pada Januari 2020 berada dalam rentang sasaran inflasi nasional 3,0%±1% (yoy).
Inflasi terjadi pada kedua kota sampel IHK yaitu Kota Denpasar yang tercatat sebesar 0,55% (mtm) dan Kota Singaraja mencatat inflasi sebesar 0,67% (mtm). Di Kota Denpasar dan Singaraja, inflasi bersumber dari kenaikan harga pada kelompok makanan, minuman dan tembakau masing-masing sebesar 2,72% (mtm) dan 2,01% (mtm).
Trisno menyebutkan, dalam menghadapi tingginya inflasi pada kelompok makanan tersebut, Bank Indonesia Provinsi Bali secara konsisten menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan pemerintah daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) guna memastikan inflasi terjaga dalam kisaran sasaran.
Menurut Trisno, melalui TPID, kegiatan pengendalian inflasi tetap diarahkan pada tercapainya 4K yaitu ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi, dan komunikasi ekspektasi. Kegiatan yang dilakukan antara lain berupa pasar murah yang telah diselenggarakan di beberapa kabupaten di Provinsi Bali guna mengendalikan gejolak harga.
Bank Indonesia Provinsi Bali bersama OPD yang tergabung dalam Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Bali telah berperan aktif dalam mengawal dan mengendalikan inflasi melalui pemantauan kecukupan stok ketahanan pangan, menjaga stabilitas dan ekspektasi harga, penggalian informasi dengan stakeholders/instansi terkait, serta melalui forum koordinasi TPID dalam mengambil langkah-langkah antisipatif pengendalian inflasi, kata Trisno, menjelaskan. (LE-DP)