Ragam Robot di China

Robot humanoid TienKung unjuk kebolehan di "Robot World" Distrik Daxing, Beijing, China pada Jumat (16/5) (ANTARA/Desca Lidya Natalia)

Beijing, 25/5 (ANTARA/LE) – Dalam Konferensi Akademi Ilmu Pengetahuan China dan Akademi Teknik China pada 2014, Presiden China Xi Jinping pernah mengatakan “Robot adalah permata di mahkota industri manufaktur”.

Ia pun menambahkan bahwa penelitian, pengembangan, implementasi hingga pelipatgandaan hingga robot adalah indikator kunci dalam mengukur inovasi teknologi dan kemampuan industri manufaktur suatu negara.

Bacaan Lainnya

Selanjutnya dalam Konferensi Robot Dunia pertama pada 2015, Presiden Xi kembali menekankan bahwa “Dunia saat ini berada di persimpangan revolusi teknologi dan industri baru. Ilmu pengetahuan dan teknologi terus berinovasi melalui integrasi lintas-disiplin yang luas”.

Integrasi teknologi informasi dan industri cerdas, ungkap Presiden Xi diwakili oleh teknologi robotika berkembang pesat dan menjadi simbol penting dari inovasi teknologi di era saat ini.

Pernyataan tersebut menjadi arah bagaimana China mendorong inovasi teknologi di bidang robotika, termasuk menghasilkan terobosan-terobosan untuk kecerdasan buatan (artificial intelligence atau AI).

Terbaru adalah pernyataan pemerintah China untuk memproduksi massal robot humanoid pada 2025 yang masuk dalam jargon “Made in China 2025”.

Sebelum robot humanoid, China sudah lebih dulu membangun rantai pasok “robot industri” yang mendapat predikat sektor strategis sehingga dalam satu dekade terakhir robot industri di sektor otomotif, elektronik dan farmasi mendapat subsidi dari pemerintah.

China pun telah menjadi pasar terbesar untuk robot industri sejak 2013 dan menyumbang 52 persen dari seluruh instalasi robot baru pada 2022. Tingkat kepadatan robot (jumlah robot industri per 10.000 pekerja) di China meningkat dari 97 pada 2017 menjadi 392 pada 2023.

China juga sudah mendorong perusahaan untuk mengadopsi robot, tapi belum berhasil meningkatkan pangsa pasar produsen dalam negeri yaitu 80 persen pada 2025 atau meningkatkan lokalisasi produksi komponen inti yang ditargetkan 70 persen pada 2025.

Produsen asing masih menguasai sekitar 70 persen pangsa pasar gabungan sementara produsen lokal mencatatkan 30 persen pada 2022, naik dari 17 persen pada 2015. China mengimpor robot industri senilai 2 miliar dolar AS dan hanya mengekspor 610 juta dolar AS pada 2022, dan kemungkinan masih akan bergantung pada impor selama 3–5 tahun ke depan.

Perusahaan robot China sangat bergantung pada perusahaan asing untuk komponen inti seperti “servo motor” atau komponen pengontrol gerakan, “reducer” yaitu perangkat untuk mengurangi kecepatan putaran motor dan “controller” sebagai komputer kecil yang mengontrol pergerakan dan fungsi robot; ketiganya menyumbang lebih dari 70 persen biaya total robot industri.

Perusahaan-perusahaan dari Jepang, Taiwan dan Eropa menyuplai 70-85 persen komponen-komponen tersebut.

Meski mendapat tantangan, hingga akhir 2024, China memiliki total 451.700 perusahaan robotika atau meningkat sebesar 206,7 persen dari tahun 2020.

Suplai sumber daya manusia (SDM) dalam inovasi hingga operasionalisasi robot pun ditunjang dengan lebih dari 300 perguruan tinggi di seluruh China menawarkan program sarjana dalam bidang teknik robotika.

Tidak ketinggalan pemerintah-pemerintah daerah meluncurkan berbagai rencana dan pendanaan untuk pengembangan industri robot, termasuk juga pengembangan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).

Berikut adalah sejumlah daerah di China yang sempat dikunjungi ANTARA yang mengembangkan industri robotika maupun menggunakan AI dalam pengembangan industri mereka.

 

Beijing

Beijing punya “rumah” untuk mengembangkan robot bernama Beijing Economic-Technological Development Area (juga dikenal sebagai Beijing E-Town) yang berada di kawasan Yizhuang, Distrik Daxing, Beijing, China.

Lokasi seluas 250 ribu meter persegi yang berdiri sejak 1992 itu menjadi kantor bagi 54 perusahaan pengembangan robot termasuk Beijing Humanoid Robotics Innovation Center, UBTECH, Changmu Valley, Qianglian Zhichuang dan Lingzu Era.

Di lokasi itu juga hadir pusat pameran robot terbesar di China yang dibuka pada 2024 bernama “Robot World”.

Terbaru dari “Robot World” adalah robot humanoid TienKung atau Tiangong (artinya “Karya Langit”) yang dikembangkan oleh National and Local Co-built Embodied AI Robotics Innovation Center (pusat inovasi gabungan pemerintah dan swasta China).

“TienKung” merujuk pada konsep tradisional China tentang keterampilan yang sempurna, sekaligus mengacu pada stasiun luar angkasa Tiangong sebagai simbol kemajuan teknologi China.

Purwarupa TienKung pertama kali diperkenalkan pada 2023 dengan fokus pada pengembangan algoritma keseimbangan dinamis dan sistem penglihatan (vision-based walking). TienKung dapat lari dengan kecepatan 12 km/jam atau yang tercepat untuk robot humanoid dan dapat mendaki 134 anak tangga di lingkungan luar ruangan.

Teknologi utama TienKung adalah AI “real-time” untuk analisis medan dan “self-correcting balance system” yang mencegah jatuh meski ada gangguan eksternal. TienKung pun diproyeksikan dapat membantu penyelamatan bencana, distribusi logistik di lingkungan ekstrem, layanan publik seperti pemandu wisata hingga asisten medis.

TienKung pun menjadi pemenang pertama dalam balapan setengah maraton khusus robot humanoid pada April 2025 lalu di antara 20 tim dalam waktu 2 jam 40 menit. TienKung juga menunjukkan kemampuannya untuk berjalan di permukaan pasir, rumput hingga kerikil.

Selain robot humanoid, masih ada berbagai jenis robot yang dipamerkan di “Robot World” seperti robot anjing, robot industri, robot medis, robot kolaboratif dan robot logistik.

Wakil Direktur Beijing E-Town Liang Liang mengaku ia tidak percaya robot humanoid akan menyebabkan pengangguran, melainkan justru akan “meningkatkan efisiensi atau mengambil alih tugas-tugas yang tidak ingin dilakukan manusia.”

“Ini bisa mencakup ‘menjelajahi alam semesta yang luas atau kedalaman lautan yang tidak bisa dijangkau manusia’,” kata Liang Liang di Beijing pada Jumat (16/5).

 

Chongqing

Salah satu kota megapolitan China, Chongqing, juga menggunakan AI dalam menarik minat wisatawan datang ke kota berstatus administratif khusus seluas 82.400 kilometer persegi itu, yaitu pertunjukan ribuan drone (pesawat tanpa awak) dengan lampu LED yang membentuk berbagai pola lengkap dengan musik di langit malam, bernama “Charming Chongqing”.

Lokasi untuk melihat pertunjukan tersebut adalah Jalan Nanbin yang merupakan area wisata populer di pusat kota Chongqing dan berada tepat di pertemuan Sungai Yangtze dan sungai Jialing.

Pertunjukan “Charming Chongqing” hanya berlangsung selama 15 menit setiap Sabtu malam atau pada hari libur besar China.

Setidaknya sudah 16 pertunjukan drone yang ditampilkan sejak atraksi tersebut dimulai pada 19 April 2025, dan ditargetkan akan ada seratus pertunjukan dalam setahun.

Dalam setiap pertunjukan ditampilkan berbagai macam gambar termasuk tulisan-tulisan dalam bahasa Mandarin untuk menyambut wisatawan, wajah topeng teater tradisional Tiongkok, binatang, ikon kota, bahkan pasangan pria dan wanita membentuk hati dan angka lima dua puluh di atasnya yang mewakili perasaan kepada orang yang dicintai.

Dalam satu kali pertunjukan, ada 2.000 – 5.000 drone yang dioperasikan oleh sekitar 50 orang tim kreatif yang berasal dari perusahaan pembuat “drone” yaitu perusahaan DAMODA dari Shenzhen dan tim dari Chongqing TV.

Pemerintah Kota Chongqing juga bekerja sama dengan Akademi Seni Rupa Sichuan dan Universitas Chongqing yang membuat desain baru setiap bulan sehingga pertunjukan drone yang ditampilkan dapat berbeda setiap minggunya.

Kerja sama juga dilakukan dengan perusahaan-perusahaan besar seperti perusahaan otomotif asal Chongqing, Grup Mobil Changan, perusahaan teknologi raksasa China, Tencent, hingga konglomerasi bisnis Tiongkok, Grup CITIC dalam mendukung pertunjukan tersebut.

Drone-drone buatan DAMODA itu diklaim sebagai yang paling canggih di China karena sudah dilengkapi dengan teknologi terkini termasuk kemampuan untuk dapat langsung kembali ke landasan bila baterai drone habis dan selanjutnya drone cadangan dapat segera terbang mengisi formasi yang kosong, sehingga mengurangi risiko tabrakan atau jatuh.

“Kami ingin melampaui pertunjukan tradisional pada umumnya karena Chongqing menggunakan langit sebagai panggung, suasana kota saat malam sebagai latar belakang, dan drone sebagai media hiburan sehingga menciptakan konsep pertunjukan pertama di dunia yang sangat mencolok, menarik, dan unik hanya ada di Chongqing,” kata Deputi Direktur Eksekutif Departemen Propaganda Partai Komunis China kota Chongqing yang juga Deputi Jenderal Pusat Kontrol “Charming Chongqing” Guan Hong di Chongqing pada Minggu (18/5).

Guan mengklaim sudah lebih dari 3,6 juta orang yang menyaksikan langsung pertunjukan tersebut sementara penonton daring mencapai lebih dari 1 miliar orang.

Atraksi yang menghabiskan biaya hingga 200 ribu RMB (sekitar Rp460 juta) sekali pertujukan tersebut juga mendorong hunian hotel di Jalan Nanbin, yaitu lokasi pertunjukan drone, mencapai rata-rata 80 puluh persen, sedangkan restoran di sekitar juga dipenuhi turis hingga 70 persen.

Kota Chongqing juga akan membuat pertunjukan khusus untuk Festival Perahu Naga, Hari Anak Internasional, serta hari jadi ke-28 kota Chongqing sebagai kota administratif khusus pada 18 Juni 2025.

“Kami berharap di sini Anda dapat memperoleh kesan mendalam, melihat praktik modernisasi ala Tiongkok di Chongqing dan menyaksikan vitalitas peradaban di bagian barat daya China,” ungkap Guan.

 

Hulunbuir

Hulunbuir, kota seluas 263.953 kilometer persegi atau wilayah setingkat kota terbesar di China, juga baru meluncurkan 100 truk listrik otonom.

Hulunbuir yang berada di bagian timur Daerah Otonomi Mongolia Dalam (Inner Mongolia) terkenal dengan padang rumput (stepa) yang sangat luas dan indah meski jarang penduduknya yaitu hanya sekitar 10 orang per kilometer persegi (bandingkan dengan kepadatan penduduk Beijing yang mencapai 1.340 kilometer persegi).

Kondisi geografis yang ekstrem yaitu musim dingin yang sangat panjang dengan suhu bisa turun hingga -40 derajat Celcius, membuat lokasi tersebut kurang cocok untuk permukiman, terlebih sebagian besar wilayahnya terdiri dari padang rumput (stepa) dan hutan boreal, yang tidak ideal untuk pertanian intensif atau urbanisasi.

Namun Hulunbuir memiliki tambang batu bara Yimin yang merupakan salah satu tambang open-pit (terbuka) terbesar di China dengan cadangan batu bara diperkirakan lebih dari 10 miliar ton dan produksi tahunan mencapai 20 juta ton.

Untuk lebih memaksimalkan produksi, perusahaan energi China Huaneng Group meluncurkan 100 truk listrik tanpa pengemudi (otonom) 5G-A untuk mengangkut batubara di tambang terbuka Yimin.

Peluncuran 100 truk tersebut merupakan hasil kerja sama Huaneng Group dengan produsen alat berat China XCMG (Xuzhou Construction Machinery Group), perusahaan teknologi China Huawei dan perusahaan BUMN China “State Grid Smart Internet of Vehicles”.

Truk tersebut disebut mampu mengangkut muatan hingga 90 ton, beroperasi terus menerus dalam suhu ekstrem hingga -40 derajat Celcius dan juga mencapai kecepatan hingga 50 km/jam.

“Kami menerapkan strategi keamanan energi nasional yang baru dan berupaya mendorong transisi energi dalam transportasi pertambangan. Perusahaan pun mengganti kendaraan berbahan bakar dengan kendaraan listrik untuk membangun tambang yang aman, cerdas, dan ramah lingkungan,” kata Direktur Huaneng Inner Mongolia Eastern Energy Co., Ltd Li Shuxue di tambang Yimin, Hulunbuir, Kamis (15/5).

Penggantian truk besar yang dikemudikan manusia menjadi truk otonom tanpa supir itu disebut demi menjaga keselamatan personel di tambang terbuka karena suhu ekstrem, hujan lebat, salju, debu, kelelahan dan risiko-risiko lain yang memungkinkan adanya kecelakaan di tambang.

“Huawei mengembangkan algoritma AI khusus untuk pertambangan terbuka sehingga akurasi kendaraan otonom dan kolaborasi ‘cloud’ yang efisien, termasuk jaringan 5G-A yang mendukung transmisi video dengan kualitas HD dan penyimpanan berbasis ‘cloud’,” tambah Direktur Eksekutif Huawei dan juga CEO Huawei Cloud Business Unit Zhang Ping’an.

Wakil Direktur Marketing Departemen Minyak, Gas dan Pertambangan Huawei Jack Chen menambahkan tantangan terbesar dalam penerapan teknologi informasi dan komunikasi adalah ke sektor produksi, termasuk sektor pertambangan yang cukup tradisional dibanding industri internet atau jasa keuangan.

“Sektor seperti pertanian atau pertambangan ering kali menjadi yang terakhir dalam mengadopsi teknologi ini. Karena itu, mereka perlu mengatasi banyak hambatan,” ungkap Jack kepada ANTARA.

Untuk mengatasi hal tersebut, Jack menyebut mereka harus memahami bahwa teknologi digital dapat membantu meningkatkan efisiensi produksi dan menjamin keselamatan selama proses produksi dan kedua, mereka perlu menyesuaikan teknologi dengan kebutuhan produksi mereka.

Dengan kecepatan truk otonom ini bisa mencapai 35 km/jam, efisiensi secara komersil dari 100 truk otonom disebut mencapai 120 persen lebih tinggi dibanding truk yang dikendarai manusia, ditambah tidak ada kecelakaan yang tercatat sejak pengoperasian truk otonom tersebut.

Dalam waktu tiga tahun ke depan perusahaan berencana untuk mengembangkan operasional truk menjadi 24 jam selama 7 hari dengan menggunakan lebih dari 300 truk otonom.

Siapa yang penasaran dengan inovasi selanjutnya robot dan AI “made in China”? (ANT/LE)

Pos terkait