judul gambar
DenpasarHeadlines

Kisah Mahasiswa FPar Unud, Alami ‘Culture Shock’ Selama di Bali

Denpasar, LenteraEsai.id – Peralihan status dari siswa menjadi mahasiswa memang selalu dipenuhi drama dan kisah menarik. Muhammad Naufal Baihaqi, mahasiswa baru Prodi Sarjana Terapan Pengelolaan Perhotelan Fakultas Pariwisata Universitas Udayana (FPar Unud) berbagi kisah tentang keputusannya untuk menjadi mahasiswa ‘baru’ lagi, sebuah keputusan yang mungkin berat bagi sebagian orang.

Nauval mengisahkan bahwa dirinya sempat kuliah di Universitas Dipnegoro (Undip). Namun karena merasa tidak sesuai dengan minatnya, dirinya pun nekat mengikuti SBMPTN lagi dan memilih jurusan Sarjana Terapan Pengelolaan Perhotelan di Unud. “Waktu itu saya ambil jurusan Bahasa dan Kebudayaan Jepang. Namun saya akhirnya keluar dan pindah ke sini karena saya merasa lebih cocok di sini,” tuturnya ketika ditemui di pelataran Kampus Unud di Denpasar, Jumat (19/8).

Nauval mengaku sudah menelusuri berbagai informasi di internet mengenai kampus yang menyediakan jurusan pariwisata. “Sebenarnya ada beberapa kampus yang memiliki jurusan terkait pariwisata. Salah satunya di UGM. Namun kemarin saat SBMPTN, saya lebih prioritaskan di sini dan pilihan kedua di UGM. Tapi untungnya diterima di sini,” ujarnya.

Nauval menuturkan bahwa dirinya juga terkesima dengan situasi Bali yang memang sudah identik dengan pariwisata. “Pertama saya lihat di sini banyak bule dengan pakaian seterbuka itu. Kalau di Jawa kan memang ada tapi tidak seterbuka seperti di sini,” ungkapnya.

Maklum, Noval baru kali ini lagi ke Bali setelah dulu sempat liburan ke Bali pada saat usianya masih kecil. “Kedua di sini saya jarang atau bahkan hampir tidak pernah mendengar adzan. Kalau di Jawa kan banyak muslim, hampir tiap saat dengar adzan. Jadi cukup kesulitan juga menentukan apakah sudah waktunya untuk ibadah atau belum,” katanya, menjelaskan.

Kendati demikian, Nauval merasa optimis bisa beradptasi dengan baik dan akan diterima oleh lingkungan sekitarnya. “Tapi saya lihat di sini toleransinya bagus. Jadi, ketika berada di tempat di mana kita minoritas, di situ kita akan dipaksa belajar menempatkan diri,” ucapnya serata menyakinkan dirinya untuk semakin optimis bahwa keputusannya pindah ke Bali sudah tepat. (LE-DP)

Sumber: www.unud.ac.id 

Lenteraesai.id