judul gambar
HeadlinesKarangasem

Tradisi ‘Rendam Bayi’ Diusung Sekeha Baleganjur Duta Karangasem yang Akan Tampil di PKB

Karangasem, LenteraEsai.id – Sekehe Baleganjur Komunitas Seni Dwaja Ancala Dusun Pegubugan, Desa Duda, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem, kini tengah mempersiapkan segala sesuatunya untuk tampil di arena Pesta Kesenian Bali (PKB) di Arts Center Denpasar pada Juni mendatang.

Sebagai Duta Kabupaten Karangasem di arena pentas seni tahunan untuk tingkat Provinsi Bali itu, Sekeha Baleganjur Dwaja Ancala yang berarti Yowana (Pemuda) Pegunungan, kini tampak semakin bersemangat mengibarkan bendera berkesenian. Demikian pewarta LenteraEsai.id melapokan dari Dusun Pegubugan, Senin (25/4).

Sebanyak 36 personel yang aktif mendukung sekeha baleganjur itu, semuanya tercatat sebagai warga asal Dusun Pegubugan, Desa Duda, Kecamatan Selat.

Ketua Sekeha Baleganjur Dwaja Ancala I Made Adyaksa Pramartha ketika dihubungi menjelaskan bahwa pihaknya masih menemukan cukup kendala dalam melakukan persiapan untuk tampil sebagai Duta Karangasem di panggung Arda Candra, Arts Center Denpasar.

Kendala yang dihadapi selain masalah waktu latihan yang harus dilakukan setiap malam karena rentang pentasnya sudah tergolong dekat, juga masalah biaya yang tidak sedikit jumlahnya. “Meskipun Pemkab Karangasem sudah mengalokasikan bantuan, namun masih jauh dari cukup,” kata Adyaksa tanpa merinci jumlah bantuan yang dimaksudkan.

Mengenai tabuh yang akan ditampilkan nanti, Adyaksa menyebutkan Sekeha Baleganjur Dwaja Ancala menggarap tabuh kreasi baru yang diberi judul ‘Makekobok’ (masuk dalam air, Red) yang menggambarkan sebuah  tradisi ritual di Desa Adat Duda, yang mengandung makna penyucian dan pembersihan bayi yang baru berumur satu oton (6 bulan).

Seperti diketahui, pebersihan bayi satu oton atau nem sasih itu selama ini dilakukan warga di campuhan air Beji Solas yang ada di Desa Adat Duda. Campuhan Beji Solas sangat diyakini warga sebagai tempat pembersihan dan pengelukatan sehananing mala sebel kandel (semua jenis kekotoran dalam diri) dengan cara memandikan bayi di air campuhan tersebut.

Sosok bayi dimandikan dengan cara direndam atau seluruh bagian tubuhnya dikucuri air pancuran di campuhan Beji Solas. Warga Desa Adat Duda secara turun-temurun meyakini air di campuhan Beji Solas memberi kehidupan, kemakmuran dan kesejahteraan bagi masyarakat untuk keperluan pertanian, rumah tangga dan lain sebagainya, tutur Adyaksa.

Setelah melalui pelaksanaan ritual ‘Makekobok’ barulah bayi diperbolehkan untuk diajak sembahyang ke Pura Puseh atau Pura Kahyangan Desa lainnya yang ada di Desa Adat Duda. Sesudah itu dilanjutkan dengan ritual ‘Mapinton’ sebagai pertanda sah menjadi warga Desa Adat Duda, ucapnya.

Pada kesempatan ini, kata Adyaksa, penggarap tabuh baleganjur mencoba mewujudkan tradisi ritual ‘rendam’ bayi satu oton dalam wujud seni tabuh, berupa garapan kreasi baleganjur dengan mengambil insfirasi dari makna Danu Kerthi Huluning Amerta, yakni memuliakan air sebagai sumber kehidupan.

Adapun kreasi tabuh tersebut digarap oleh komposer/penata tabuh I Putu Angga Wijaya SSn, penata gerak Gus Tu, sedangkan koreografer atau penata tari I Wayan Wira Arimbawa SSn dengan penanggug jawab Perbekel Desa Duda Agung Giri Putra dan Bendesa Adat Duda I Komang Sujana.

Bendesa Adat Duda I Komang Sujana saat dikonfirmasi media LenteraEsai.id di tempat latihan mengatakan sangat optimis bahwa Sekeha Baleganjur Dwaja Ancala bisa tampil maksimal di panggung Arda Candra bulan Juni 2022 mendatang, terlebih setelah melihat semangat mereka berlatih yang nyaris tanpa ada waktu yang terlewatkan.

“Semangat anggota sekehe yang sebagai besar kaum remaja untuk setiap malam mengikuti latihan itu, tentu berkat dukungan dan peran serta dari semua orang tua serta segenap warga Banjar Adat Pegubugan,” ucapnya, penuh optimisme.  (LE-Sua) 

Lenteraesai.id