Amlapura, LenteraEsai.id – Ajang Festival Kuliner yang baru saja usai digelar serentak di seluruh Indonesia pada 23 Februari 2020 lalu, berlangsung meriah dan disambut antusias oleh warga. Demikian pula ketika Festival Kuliner Bali digelar di Karangasem, ribuan warga dari berbagai penjuru Bumi Lahar turut menghadiri.
Sayangnya, kesuksesan acara ini di Kabupaten Karangasem, malah menuai suara ‘miring’, seolah itu merupakan perhelatan bersenang-senang alias untuk berfoya-foya dan makan-makan saja.
“Festival Kuliner Bali bukan sekedar ajang makan-makan, bukan juga hanya digelar di Karangasem yang kita cintai, namun digelar serentak di seluruh Indonesia. Kenapa digelar festival kuliner ?. Yaa..tujuanya untuk menggali menu kuliner di masing-masing daerah,” kata Ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten Karangasem I Gede Dana, ketika memberikan keterangan pada media massa, Selasa (25/2/2020).
Ia menyebutkan, untuk menggelar festival kuliner, pihaknya tidak mempergunakan dana dari pemerintah, tetapi murni gotong royong dari kader partai, dan gotong royong adalah falsafah bangsa sejak zaman dulu.
Gede Dana menjelaskan, Festival Kuliner Bali, khususnya yang digelar oleh DPC PDI Perjuangan Karangasem, bukan sekedar hura-hura untuk menghabiskan uang rakyat. Tidak sama sekali.
Justru dengan festival kuliner, banyak menu kuliner Karangasem yang bisa digali. “Ohh ya, mungkin generasi di era tahun 2000 ke bawah masih lumrah mendengar bahkan mengkonsumsi jukut pepe, jukut tabia bun, loloh don isen, betok, atau lawar don jepun yang sekarang dikembangkan di museum lontar, Desa Adat Dukuh Penaban,” katanya.
Sekarang coba tanya kepada anak-anak generasi milenial atau generasi Z, apakah mereka tahu ?. Mungkin sebagian sempat mendengar, tapi belum tentu pernah mencicipi. “Nah..di dalam festival semua masakan lampau milik kita itu bisa ditemui,” ujar Gede Dana, mengungkapkan.
Ia menekankan bahwa festival yang diselenggarakan pihaknya juga bukan sekedar mendatangkan orang untuk makan-makan, tetapi lebih pada bagaimana pentingnya mengolah masakan tradisional Bali, terlebih untuk yang sempat tumbuh dan berkembang di Bumi Lahar.
“Bagaimana cara meracik bumbunya sehingga menjadi olahan yang enak di lidah. Dewan juri untuk lombanya pun, kami datangkan dari Indonesian Chef Association (ICA). Dengan harapan, para dewan juri yang merupakan chef di hotel-hotel ini nantinya membawa menu kuliner Karangasem untuk bisa dinikmati para wisatawan,” ucapnya, berbangga.
Kuliner tradisional khas Indonesia adalah kekayaan bangsa, bahkan bapak bangsa sang proklamator Bung Karno pun dulu menulis resep masakan Indonesia. Kalau kurang jelas bisa dicari buku yang berjudul: Mustika Rasa Resep Masakan Indonesia Warisan Sukarno, Pengantar: JJ Rizal. Sebagai penerbit: Komunitas Bambu, 2016 yang tebalnya mencapai: xxxiv + 1208 hlm.
Buku ini berisi kumpulan resep masakan dari berbagai daerah di Indonesia warisan Presiden Sukarno. Lahir atas pendapat Sang Proklamator, buku ini tak diragukan lagi sangat penting, antara lain karena makanan merupakan bagian dari derap politik revolusi Indonesia.
Resep masakan Indonesia selengkap-lengkapnya. Bukan hanya untuk mendokumentasikan dan menyelamatkan ragam makanan Indonesia, tetapi juga sebagai dasar untuk memberikan dukungan bagi politik menpertahankan pangan, ujar Gede Dana, menjelaskan. (LE-KR)