Gianyar, LenteraEsai.id – Telah dibangun beberapa unit rumah tradional penuh taksu bergaya desa ‘buhun’ Panglipuran sebagai objek wisata kenangan lampau di Taman Nusa Gianyar, Bali.
Rumah tradisional leluhur Bali yang terdiri atas sekumpulan bangunan yang memiliki fungsi yang berbeda-beda itu, dibangun dengan bahan utama ramah lingkungan yakni bambu, tanaman yang berlimpah jumlahnya di beberapa daerah Pulau Dewata.
Kompleks bangunan menjadi semakin ‘bertenaga’ setelah di bagian pintu pekarangan terdepan didirikan sepasang patung yang tampak begitu ‘ramah’ menyambut kedatangan para tamu.
General Manager Taman Nusa Nyoman Murjana melalui rilis kepada media massa yang diterima LenteraEsai di Denpasar, Kamis (20/2) siang, mengatakan bahwa atap serta dinding bangunan terbuat dari bambu. Untuk dinding, terbentuk dari anyaman bambu yang disebut bedeg.
Pulau Dewata yang beribu kota Denpasar, tercatat memiliki rumah tradisional yang secara utuh dibangun dengan aturan Asta Kosala Kosali. “Dan aturan ‘buhun’ itupun kini diterapkan dalam membangun rumah tradisional bergaya Panglipuran di Taman Nusa,” ucapnya.
General Manager Taman Nusa yang akrab dipanggil Muri itu menjelaskan, proses pembangunan rumah diawali dengan nyikut karang atau pengukuran tapak dan peletakan batu pertama. Semua diawali dan diakhiri dengan beberapa ritual, sehingga bangunan itu punya taksu dan muncul aura positif tersendiri.
Sebagaimana dalam ketentuan Asta Kosala Kosali dan Asta Bumi, kompleks bangunan dibagi berdasarkan arah mataangin. Di sudut timur laut adalah adalah area yang digunakan sebagai tempat suci, sedangkan di sudut barat daya yang merupakan sudut yang lebih rendah atau ‘teben’, diperuntukkan bagi bangunan kamar mandi dan lain-lain, sekaligus pintu masuk ke halaman rumah.
Bangunan-bangunan dalam arsitektur rumah adat tersebut terdiri atas bale daja (bagian utara) untuk ruang tidur dan menerima tamu penting, bale dauh (bagian barat) untuk ruang tidur dan menerima tamu dari kalangan biasa, bale dangin (bagian timur) untuk upacara.
Sedangkan untuk tempat suci guna pemujaan, diletakkan di timur laut, kata Muri dengan menambahkan, kompleks bangunan ini juga dilengkapi dapur tempat memasak dan jineng atau lumbung sebagai tempat menyimpan padi.
Ada tiga aspek yang harus di terapkan dalam pembangunan rumah adat atau tradisional itu, yakni aspek pawongan (manusia / penghuni rumah), pelemahan ( lokasi /lingkungan), dan yang terahir parahyangan (tempat suci/pemujaan).
Hubungan yang harmonis antara manusia dengan manusia, dengan lingkungan dan dengan Tuhan, akan menyebabkan tercapainya kedinamisan dalam hidup. Hubungan ketiga aspek ini disebut dengan Tri Hita Karana.
Muri menyebutkan, dalam rangka menyambut Hari Raya Suci Galungan dan Kuningan, Taman Nusa memberikan promo Galungan dan Kuningan sesuai dengan syarat dan ketentuan yang berlaku untuk Paket Budaya, Paket Nusa dan Paket Warna Nusantaraku.
Untuk melengkapi keberadaan rumah, juga digelar Pasar Senggol, dan Kampung Budaya Promo ini berlaku dari tanggal 16 Februari 2020 sampai dengan 1 Maret 2020.
Taman Nusa buka setiap hari dari pukul 09.00 – 17.00 Wita. Segera kunjungi Taman Nusa yang terletak di Jalan Taman Bali, Banjar Blahpane Kelod, Desa Sidan, Kabupaten Gianyar. Untuk alamat dan informasi lengkap, dapat menghubungi bagian informasi: 0361 – 952 952 atau lihat di website www.taman-nusa.com. (LE-GN2)