Tabanan, LenteraEsai.id – Pernah bekerja di kapal pesiar dan setiap bulan mendapatkan gaji dolar, namun Ida Bagus Sugiharta (48) kini justru memantapkan diri untuk menekuni dunia spiritual untuk melestarikan ilmu adiluhung warisan leluhur. Seperti apa kisah pria yang akrab dipanggil Tuaji, yang pasiennya datang berbagai negara ini? Simak kisah perjalanan hidup Tuaji yang telah hampir 20 tahun menjabat sebagai Ketua Forum Keluarga Paranormal dan Penyembuh Alternatif Indonesia (FKPPAI) Tabanan.
“Saya bekerja di kapal pesiar pada tahun 2008-2012, dengan beragam pengalaman berinteraksi dengan penumpang dari berbagai negara. Namun ada satu momen, di mana saat merayakan Galungan, saya menarikan tarian Sidakarya. Mendadak banyak orang yang mengalami kesurupan. Termasuk para bule juga ikut kesurupan. Di titik inilah saya sadar, saya telah mendapatkan pertanda bahwa leluhur menginginkan saya untuk meneruskan ajaran adiluhung supaya ada penerus di garis keluarga saya,” kata Tuaji mengawali kisahnya, ketika ditemui pewarta LenteraEsai di kediamannya wilayah Kediri, Tabanan, Jumat (14/2/2025) sore.
Hal ini, lanjutnya, memang sesuai dengan apa yang telah dituliskannya saat berkunjung ke tembok ratapan di Israel. Saat itu, Tuaji menuliskan harapan supaya selepas bekerja di kapal pesiar, dirinya menjadi bar manager, selanjutnya jadi kepala rumah tangga yang baik serta menjadi seorang rohaniawan.
“Ternyata benar-benar terjadi sesuai apa yang saya tuliskan di tembok ratapan. Di mana setelah menyelesaikan kontrak di kapal pesiar, saya kemudian melakoni profesi sebagai bar manager selama dua tahun. Setelah itu, semesta seakan membersihkan saya, di mana hidup saya dinolkan sampai kehilangan banyak hal. Dalam keadaan gundah, saya kemudian meminta bantuan seseorang untuk mewacakan diri saya, sehingga akhirnya ketahuan apa yang menjadi misi jiwa saya di dunia. Bahwa leluhur menginginkan saya menjadi penerus bidang rohaniawan dengan mendalami bidang metafisika, sehingga ilmu leluhur itu tidak sampai terputus tanpa penerus. Ini untuk menghindari jatuhnya kutukan I Buta Kekawah, antara lain umur pendek, sakit tidak putus-putus dan tidak mempunyai taksu atau pengaruh di masyarakat,” katanya.
Tuaji pun tidak mengelak lagi, sehingga dengan totalitas kemudian mengabdikan diri kepada semesta sebagai seorang penyembuh alternatif berbasis ajaran leluhur. Tanpa melalui promosi berlebihan, kemampuan Tuaji pun mulai dikenal masyarakat. Tidak hanya warga Tabanan, bahkan pasien berdatangan dari dalam dan luar negeri, untuk ‘nunas’ anugerah penyembuhan dari berbagai keluhan penyakit yang diderita.
Menurut Tuaji, pasien yang datang membawa berbagai macam keluhan, baik kasus medis maupun gangguan non-medis. Seperti kena racun (cetik), bebai, tidak punya anak, santet, dan lainnya. Namun, tidak jarang pula ada yang meminta bantuan untuk ‘nerang’ hujan, membuka aura, kelancaran bisnis dan pewacakan peweton.
Berbekal totalitasnya di bidang spiritual inilah, akhirnya Tuaji bergabung dengan Forum Keluarga Paranormal dan Penyembuh Alternatif Indonesia (FKPPAI) Bali. Langkah ini dipilih sebagai komitmen dalam melestarikan warisan budaya dan tradisi pengobatan alternatif yang telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia.
Ngayah sebagai Ketua FKPPAI Tabanan
Berkat keaktifan di organisasi dan kemampuannya di bidang spiritual, Tuaji kemudian diangkat menjadi Ketua FKPPAI Tabanan. Tanpa terasa, sudah hampir 20 tahun Tuaji menjabat sebagai pemegang pucuk pimpinan tertinggi di FKPPAI Tabanan.
“Baru-baru ini saya menerima penghargaan Citra Satya Bakti Indonesia 2025 yang diserahkan di Puspem Badung. Penghargaan ini menjadi simbol penghormatan atas kontribusi dalam menjaga warisan budaya dan mengembangkan metode penyembuhan tradisional,” kata Tuaji.
Pria yang memiliki tiga putra-putri ini mengatakan, FKPPAI Tabanan selama ini konsisten melakukan kegiatan bakti sosial bagi masyarakat. Seperti, pengobatan gratis, berbagi sembako dan membersihkan lingkungan.
“Saya memang meniatkan diri untuk ngayah di FKPPAI ini. Semoga apapun yang saya lakukan, menjadi manfaat baik bagi diri saya maupun masyarakat luas,” ujarnya.
Ke depan, Tuaji memiliki harapan supaya generasi muda tidak perlu memiliki ketakutan apabila mempunyai tanggung jawab sebagai penerus lelaku dari leluhur. Jalankan saja sesuai swadarma masing-masing, karena pasti leluhur akan memberi tuntunan serta bimbingan.
“Saya juga menginginkan ilmu adiluhung leluhur ini tidak akan punah, sehingga perlu ada regenerasi. Baik di lingkup keluarga maupun organisasi. Mengingat saya kan tidak mungkin terus-menerus menjadi Ketua FKPPAI Tabanan, jadi astungkara pada saat yang tepat, ada penerus yang melanjutkan sebagai pemegang tongkat kepemimpinan di FKPPAI Tabanan. Dan harapan terakhir, moga keluarga dan masyarakat senantiasa diberkahi kesehatan dan kebahagiaan,” ujar Tuaji di akhir perbicangan. (LE-Vivi)