Upaya Mengolah Limbah Sawit Jadi Listrik Ramah Lingkungan

Salah satu bangunan pabrik minyak kelapa sawit di Kabupaten Mukomuko, Kamis (28/11/2024) ANTARA/Ferri.

Mukomuko, 28/11 (ANTARA/LE) – Mukomuko, kabupaten kecil di Provinsi Bengkulu, mencuri perhatian setelah kunjungan tiga investor asal Jepang yang tertarik membangun pembangkit listrik tenaga biomassa (PLTBm) pada Oktober 2024.

Inisiatif tersebut menawarkan terobosan dalam pengelolaan limbah kelapa sawit sekaligus mendorong transisi energi hijau yang ramah lingkungan. Kunjungan ini bukan hanya tentang survei lokasi, melainkan juga menggali potensi biomassa yang selama ini belum dimanfaatkan optimal.

Bacaan Lainnya

PLTBm merupakan pembangkit listrik yang menggunakan biomassa, yaitu material organik dari limbah makhluk hidup. Bahan organik itu dapat diolah menjadi bahan baku untuk menghasilkan listrik.

Di Mukomuko, limbah sawit seperti cangkang, tandan kosong (jangkos), serat buah, hingga minyak kelapa sawit mentah menjadi fokus utama dalam pengembangan ini.

Proyek PLTBm adalah bagian dari visi Kabupaten Mukomuko untuk menciptakan solusi energi yang tidak hanya berkelanjutan, tetapi juga berdampak positif bagi lingkungan.

“Limbah sawit selama ini menjadi masalah besar di Mukomuko, mulai dari pencemaran hingga pengelolaannya yang tidak efisien. Dengan PLTBm, kami tidak hanya mengurangi limbah, tetapi juga menciptakan energi bersih yang bermanfaat bagi masyarakat,” kata Bupati Mukomuko periode 2021–2024, Sapuan.

Jenis limbah sawit

Limbah kelapa sawit terdiri atas berbagai jenis, mulai dari limbah padat hingga cair, di antaranya cangkang, tandan kosong sawit (jangkos) dan limbah cair (palm oil mill effluent/ POME).

Cangkang sawit merupakan limbah padat berupa tempurung yang sangat efektif sebagai bahan bakar biomassa. Kemudian jangkos ialah material padat sisa tandan sawit setelah buahnya diambil. Tandan sisa ini dapat difermentasi untuk menghasilkan biogas. Selanjutnya, limbah sawit POME merupakan air sisa dari proses pengolahan kelapa sawit yang mengandung bahan organik.

Jenis limbah padat dan cair tersebut sudah diperas habis sehingga tidak lagi memiliki kandungan crude palm oil (CPO/minyak sawit mentah).

Menurut data Dinas Lingkungan Hidup Mukomuko, dari setiap satu ton tandan buah segar (TBS), sekitar 22 persen akan menjadi tandan kosong, 5–6 persen menjadi cangkang, dan sisanya diolah menjadi CPO. Limbah-limbah tersebut selama ini tidak dimanfaatkan maksimal, padahal memiliki nilai ekonomi tinggi jika diolah dengan teknologi tepat.

Juni Kurniadiana, Kepala Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Mukomuko, mengatakan segala yang dipanen dari pohon sawit akan sangat baik jika seluruhnya diolah menuju zero waste atau nirlimbah.

Dengan teknologi PLTBm, limbah seperti cangkang dan jangkos yang biasanya dibuang atau dibakar, bisa diubah menjadi energi listrik. Ini adalah solusi yang sangat potensial untuk Kabupaten Mukomuko.

Mengundang investor

Kedatangan investor Jepang, yakni Douel Tokuyama (President Tokuyama Industry), Takahiro Tokuyama (KME Biomass), dan Noritaka Tokuyama (Nippon Steel IT), didampingi oleh perwakilan lokal, Adrian Muluk dari PT Citra Tambang Lestari, pada Oktober 2024 merupakan tindak lanjut dari pertemuan mereka dengan pemerintah daerah di Jakarta.

Para investor ini mengunjungi lokasi-lokasi strategis di Mukomuko, termasuk pabrik kelapa sawit, jalan akses, serta lokasi calon pelabuhan CPO di Kecamatan Teramang Jaya.

“Kami ingin memastikan bahwa potensi biomassa di Mukomuko cukup besar untuk mendukung pembangunan PLTBm. Selain itu, infrastruktur pendukung seperti pelabuhan sangat penting agar hasil produksi bisa didistribusikan dengan efisien,” ujar Douel Tokuyama dalam kunjungannya.

Para investor juga mengambil sampel limbah sawit seperti cangkang dan abu hasil pembakaran untuk diuji di laboratorium di Jepang. Hasil uji ini akan menentukan apakah bahan baku tersebut layak digunakan untuk PLTBm dalam skala besar.

Pembangunan PLTBm di Mukomuko sejatinya akan membawa berbagai manfaat, baik dari segi lingkungan, ekonomi, maupun sosial, di antaranya mengurangi limbah dan polusi limbah sawit yang selama ini menumpuk atau dibakar akan diolah menjadi energi bersih.

Proses ini mengurangi emisi gas rumah kaca dan bau tidak sedap dari limbah cair.

Selanjutnya, PLTBm dapat meningkatkan pasokan listrik. Mukomuko yang sering mengalami kendala listrik akan mendapatkan pasokan energi yang stabil dan berkelanjutan.

Selain itu, pembangkit tenaga biomassa itu dapat membuka lapangan kerja. Proyek ini akan menciptakan peluang kerja baru bagi masyarakat lokal, baik selama tahap konstruksi maupun operasional.

Terakhir, PLTBm bisa mendorong ekonomi lokal. Dengan adanya investasi besar, aktivitas ekonomi di Mukomuko, seperti perdagangan dan transportasi, akan meningkat.

Pemerintah daerah telah menyiapkan tiga lokasi potensial untuk pembangunan PLTBm, yakni dua di Kecamatan Sungai Rumbai dan satu di Kecamatan Ipuh.

Lokasi ini dipilih, menurut Kepala Dinas Lingkungan Hidup Mukomuko, Budi Yanto, karena dekat dengan aliran sungai yang bisa mendukung kebutuhan operasional pembangkit listrik.

Mukomuko memiliki 14 pabrik kelapa sawit aktif yang menghasilkan limbah dalam jumlah besar setiap harinya. Ini menjadi peluang besar untuk mendukung keberlanjutan proyek PLTBm. Namun, tantangan terbesar adalah memastikan keberlanjutan pasokan limbah sawit dan pembangunan infrastruktur seperti pelabuhan CPO di Teramang Jaya.

Pembangunan pelabuhan ini penting untuk mempercepat distribusi hasil produksi karena tanpa infrastruktur yang memadai, sulit bagi investor untuk melanjutkan proyek ini.

Harapan energi hijau
​​​​​​​
Dengan potensi biomassa yang melimpah dan dukungan pemerintah daerah, Mukomuko memiliki peluang besar untuk menjadi percontohan energi hijau di Indonesia. Jika proyek PLTBm ini berhasil, tidak hanya masalah limbah yang teratasi, tetapi juga muncul solusi energi yang mendukung pembangunan berkelanjutan.

Proyek ini dirancang tidak hanya memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat, tetapi juga menjadi bagian dari upaya global untuk mengurangi emisi karbon.

Langkah Mukomuko dalam mengembangkan PLTBm menunjukkan bahwa inovasi dapat mengubah limbah menjadi solusi. Dengan teknologi modern, limbah sawit yang dulunya menjadi masalah, kini memberikan harapan baru bagi lingkungan dan perekonomian lokal.

​​​​​​​”Ini adalah awal dari transformasi Mukomuko menuju masa depan yang lebih hijau,” kata Sapuan. (ANT/LE)

Pos terkait