Tinggal di Pedesaan Bali, Pasien Mangku Alit Ajna Mengalir dari Berbagai Negara

Mangku Alit Ajna sedang melakukan pengobatan melalui kontak energy healing pada pasien mancanegara, tanpa ada sentuhan secara fisik. (Foto: Dok LenteraEsai)

Tabanan, LenteraEsai.id – Mangku Alit Ajna adalah salah seorang penyembuh tradisional yang tinggal di suatu pedesaan di Pulau Dewata. Tepatnya di Desa Meliling, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan, Bali. Desa ini bisa ditempuh sekitar 80 menit dari Kota Denpasar.

Meski tinggal di suatu kawasan pedesaan, namun setiap hari keberadaan Mangku Alit Ajna senantiasa dicari-cari warga negara asing (WNA). Tidak sedikit dari mereka yang harus rela menempuh perjalanan jauh dari negaranya untuk menemukan jalan kesembuhan yang diyakininya hanya bisa dicapai dengan mendatangi seorang penyembuh di Pulau Bali.

Bacaan Lainnya

“WNA yang datang untuk berobat sudah tidak terhitung jumlahnya. Mereka datang dari berbagai negara, seperti Amerika Serikat, Rusia, Rumania, Singapura, Malaysia, Polandia dan masih banyak lagi. Dan yang datang, tidak hanya sekedar ingin berobat, ada juga yang bermaksud mempelajari pengobatan dengan energy healing, untuk kemudian dipraktikkan pada pasiennya di negara yang bersangkutan. Jadi sudah berprofesi sebagai healer di negaranya,” ujar Mangku Alit Ajna, ketika ditemui di kediamannya baru-baru ini.

Pasien yang datang, lanjut Mangku Alit Ajna, memiliki beragam keluhan penyakit. Misalnya, karena syaraf kejepit, lumpuh, stroke, trauma, blok batin, hingga sejumlah penyakit non-magic. “Kalau pasien dari mancanegara, kadang didera ‘inguh’ tanpa ia diketahui penyebabnya secara pasti. Dengan terapi di sini, maka dapat saya telusuri apa yang menjadi menyebab inguhnya. Apa ada gangguan makhluk astral, ada beban karma buruk di kehidupan sekarang atau lampau, semuanya dapat diketahui secara pasti,” ujarnya.

Sedangkan pasien dari dalam negeri, tidak hanya dari wilayah Bali saja. Melainkan pula dari berbagai daerah di Indonesia, tanpa memandang suku dan agama. Mereka datang dengan keyakinan penuh untuk dapat pulih dari penyakit dengan metode penyembuhan tradisional Bali. Sebagian pasien mengaku memutuskan mendatangi Mangku Alit Ajna setelah sebelumnya melakoni berbagai macam pengobatan, namun tidak kunjung menemukan jalan kesembuhan.

Hidup yang Bermanfaat

Melakoni pekerjaan sebagai seorang penyembuh tradisional, menurut Mangku Alit Ajna, sejalan dengan harapannya supaya bisa menjadi manusia yang bermanfaat semasa menjalani kehidupan di bumi. Apalagi dengan keistimewaan taksu Pulau Bali, Mangku Alit Ajna berharap ke depan Pulau Bali tidak hanya dikenal sebagai destinasi wisata yang menjanjikan keindahan panorama alam semata.

Menurutnya, alangkah menakjubkan jika Bali sekaligus menawarkan paket wisata komplit. Tidak hanya untuk refreshing saat pengunjung liburan, melainkan pula untuk kegiatan ‘healing’ sehingga bisa dilakukan dengan menyempatkan melukat atau mendatangi penyembuh tradisional (balian). Dengan demikian ketika kembali lagi ke rumah, keluhan penyakit tidak ada lagi dan pikiran benar-benar bisa fresh serta siap untuk meneruskan aktivitas sesuai pekerjaan masing-masing.

Mengenai pilihannya membuka praktik penyembuhan tradisional di Tabanan, pria yang pernah berkarir di dunia perbankan itu mengatakan hal ini berdasarkan petunjuk Bhatara yang menuntunnya untuk berdiam di Desa Meliling. Sebelumnya, Mangku Alit Ajna menjalankan praktik pengobatan di wilayah Jalan Nangka Utara Denpasar. Tanpa sengaja, suatu hari ada pasien yang tangkil dan menanyakan tentang kondisi suatu rumah yang akan dia beli di Tabanan.

Mangku Alit Ajna kemudian diundang untuk mengecek rumah yang akan dibeli si pasien tersebut. Saat itulah, pria lulusan Fakultas Hukum di Universitas Warmadewa ini mendapatkan petunjuk untuk bermukim di salah satu rumah di lokasi kompleks perumahan yang tengah dicek. Memenuhi petunjuk inilah, akhirnya Mangku Alit Ajna memboyong keluarganya untuk pindah ke Desa Meliling, Kerambitan, Tabanan.

“Ketika berdiam di Jalan Nangka Denpasar, setiap hari selalu ada pasien yang datang. Meski demikian, ketika saya mendapatkan petunjuk supaya pindah ke Desa Meliling, saya tidak kuatir bahwa akan ditinggalkan pasien. Dan benar saja, meski sekarang saya tinggal yang agak jauh dari Denpasar, ternyata pasien tetap mengalir dari mana saja. Bahkan sejak tinggal di Meliling tahun 2016 lalu, pasien dari mancanegara juga berjubelan datang ke sini, sehingga diterapkan sistem janjian waktu bagi yang ingin berobat. Biar ada schedule bagi pasien yang datang dan tidak tabrakan jadwal dengan lainnya,” katanya mengakhiri pembicaraan.

Pewarta: Vivi Suryani
Redaktur: Laurensius Molan

Pos terkait