Saksi Mata: Banjir Giring Bebatuan Besar, Jungkir Balikkan Kamar Mandi di Desa Jungutan

Karangasem, LenteraEsai.id – Hujan deras yang mengguyur wilayah Kabupaten Karangasem pada Minggu malam hingga Senin 17/10/2022) pagi telah menimbulkan bencana seperti air bah, banjir, tanah longsor dan pohon-pohon bertumbangan.

Tidak hanya itu, banjir dan longsor di Kabupaten Karangasem juga telah merenggut tiga korban jiwa. Bahkan untuk di Provinsi Bali, seperti yang dilaporkan pihak BPBD setempat, bencana menelan 6 nyawa penduduk.

Bacaan Lainnya

Banjir juga telah membuat beberapa daerah tergerus hingga sejumlah jalan raya terputus. Tidak sedikit juga rumah penduduk yang terdongkel, terutama bagi mereka yang bermukin di kawasan aliran atau bantaran sungai. Akibatnya, cukup banyak warga yang harus mengungsi ke tempat lain yang terbebas dari banjir.

Pewarta LenteraEsai.id dari lokasi musibah bencana alam di beberapa lokasi Kabupaten Karangasem, Bali bagian timur, Selasa (18/10) melaporkan, warga yang rumahnya tergerus atau tergenang banjir tidak hanya harus mengungsi ke rumah keluarga atau kerabat terdekat, tetapi juga ke balai banjar, sekolah dan tempat lain yang terbebas dari bencana.

Beberapa saksi mata menyebutkan bahwa air yang meluap dari sejumlah aliran sungai di wilayah Kabupatem Karangasem pada Minggu malam hingga Senin (17/10) pagi itu tergolong yang paling besar selama satu dekade terakhir.

Seperti halnya banjir yang terjadi di Banjar Abian Tiing, Desa Jungutan, Kecamatan Bebandem, diketahui arus airnya begitu kuat. Sebagai contoh, sebuah MCK yang dibangun dengan cor beton, kini posisinya terbalik setelah digerus arus banjir. Bagian bawah MCK kini muncul ke atas, sedang bagian atapnya yang adalah cor beton kini menjadi lantainya.

I Wayan Wira (30), pemilik rumah di pinggir kali yang dilengkapi MCK yang dibangun terpisah itu, mengatakan, tak hanya bangunan kamar mandi dan WC-nya saja yang jungkir balik, namun banjir bandang juga menggerus tembok penyengker pekarangan rumah hingga roboh, dan materialnya pun sirna terbawa arus deras.

Beberapa penduduk Banjar Abian Tiing menuturkan, di tengah kegelapan malam bersamaan dengan turunnya hujan deras, warga pada umumnya sudah terlelap tidur. Namun sekitar pukul 02.00 Wita pada Senin (17/10) dini hari, sebagian warga terbangun mendengar suara ‘geludug-geludug’ yang bersumber dari aliran Sungai Mati yang melintang di tepi perkampungan penduduk.

Wayan Wira pun pada jam-jam itu mengaku terbagun dari tidur setelah terusik oleh suara gemuruh dari aliran Sungai Mati yang melintang di sebelah rumahnya. “Saya bangun dan melihat ke aliran sungai, airnya sudah besar, namun saya tidak bisa berbuat banyak. Kemudian puncaknya jam 5 pagi, air tiba-tiba mengganas. Permukaan air sungai tinggi sekali sampai ‘menimbun’ bangunan toilet, yang letaknya memang lebih rendah dari bangunan rumah,” ujarnya.

Bersamaan dengan itu, lanjut Wayan Wira, suara gemuruh semakin terdengar keras di aliran sungai. “Gerudug-gerudug. Gluntung-gluntung,” begitu. Ternyata, arus air yang deras itu menggiring aneka bebatuan cukup besar, menggelinding dari daerah hulu sungai.

Batu-batu tersebut menjadi semakin nyata telah berpindah tempat setelah pada siang harinya banjir mulai perlahan surut. “Nah, di situlah berbagai jenis batuan berbagai ukuran mulai terlihat bertebaran hampir di sepanjang aliran sungai,” katanya, dengan sorot mata menerawang jauh.

Tidah hanya menggiring batu, banjir juga menggerus pohon-pohon besar hingga bertumbangan. “Ngeri saya. Ternyata tembok penyengker rumah saya juga rebah dan hanyut terbawa arus banjir,” ujar Wira sembari membersihkan kotoran yang ditinggalkan banjir di rumahnya.

Senada dengan Wira, tetangganya I Made Brata yang juga menjadi korban  air bah, mengaku sangat kaget melihat datangnya air yang begitu besar, yang juga menghanyutkan potongan-potongan kayu berukuran besar di tengah kegelapan malam itu.

Sehubungan dengan itu, baik Wira maupun Brata mengaku khawatir akan adanya banjir susulan, yang tidak menutup kemungkinan bisa menggerus bangunan tempat tinggal, mengingat hujan masih akan terus berlangsung.

“Ini yang saya khawatirkan, jika nanti banjir lagi, bangunan rumah saya ini bisa tergerus, karena tembok penyengkernya sudah tidak ada lagi, sehingga banjir akan langsung menubruk bangunan kamar,” kata Wira, gundah gulana.  (LE-Ami)

Pos terkait