Jakarta, 10/6 (ANTARA/LE) – Jiwa kewirausahaan atau entrepreunership sejati, sebagaimana diajarkan oleh maestro wirausaha Indonesia Ciputra, adalah kemampuan untuk mengubah sesuatu yang tidak bernilai menjadi sesuatu yang bermakna dan menguntungkan.
Filosofi “mengubah rongsokan menjadi emas” adalah cara berpikir entrepreuner sebagai manifestasi nyata dari kemandirian dan inovasi, yang harus menjadi landasan perekonomian kita.
Hari Kewirausahaan Nasional yang diperingati pada 10 Juni merupakan momentum penting untuk merefleksikan peran kewirausahaan dalam perekonomian.
Indonesia, dengan fondasi ekonomi yang kuat, berdiri di ambang peluang historis untuk menjadi kekuatan ekonomi global. Namun demikian, rasio kewirausahaan di negeri ini masih berada di bawah level ideal minimal 4 persen dari jumlah penduduk.
Data tahun 2025 menunjukkan bahwa rasio kewirausahaan Indonesia masih berkisar antara 3,47–3,57 persen dari total populasi, jauh di bawah standar negara maju yang mencapai 10-12 persen.
Angka ini merupakan tantangan sekaligus peluang emas untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Akselerasi rasio kewirausahaan nasional sepertinya memang tidak bisa ditunda lebih lama. Peningkatan jumlah wirausahawan adalah keniscayaan bagi Indonesia. Wirausaha, terutama Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), merupakan motor penggerak ekonomi inklusif.
Mereka menyerap sebagian besar angkatan kerja dan memberikan kontribusi signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Gelombang wirausaha baru menciptakan efek multiplikasi ekonomi yang luas, meningkatkan konsumsi dan perputaran roda ekonomi di berbagai wilayah.
Kewirausahaan juga menjadi solusi efektif untuk mengatasi pengangguran dan menciptakan kemandirian. Di tengah bonus demografi, penciptaan lapangan kerja merupakan kebutuhan mendesak, dan wirausahawan adalah jawaban paling tepat.
Mereka tidak hanya menciptakan pekerjaan untuk diri sendiri, tetapi juga membuka peluang bagi masyarakat luas.
Selain itu, kewirausahaan adalah mesin inovasi yang mendorong daya saing global. Para pelaku wirausaha berani mengubah masalah menjadi peluang, meluncurkan produk atau jasa inovatif yang relevan dengan kebutuhan pasar.
Kewirausahaan juga mendiversifikasi ekonomi dan meningkatkan ketahanan di tengah ketidakpastian. Dengan peningkatan jumlah wirausaha, sektor-sektor baru berkembang, menciptakan sumber pendapatan alternatif yang membuat ekonomi lebih tangguh menghadapi krisis global.
Peningkatan kesejahteraan dan pemerataan pendapatan adalah dampak positif lainnya. Wirausaha memberikan kesempatan bagi individu untuk mandiri secara finansial dan meningkatkan taraf hidup, sehingga ketimpangan pendapatan dapat dikurangi.
Rasio kewirausahaan yang tinggi adalah indikator penting bagi ekonomi yang sehat, dinamis, dan berkelanjutan.
Katalisator akselerasi kewirausahaan
Era digital tentunya juga membawa dampak bagi sektor kewirausahaan. Teknologi digital bisa menjadi senjata ampuh untuk mendorong perkembangan kewirausahaan. Dengan penetrasi internet dan adopsi smartphone yang tinggi, Indonesia memiliki landasan yang kuat untuk memanfaatkan teknologi sebagai katalisator.
Platform e-commerce seperti Tokopedia, Shopee, dan Lazada telah menghapus batasan geografis, sehingga memungkinkan UMKM dari pelosok desa menjual produknya ke seluruh Indonesia, bahkan hingga pasar internasional, tanpa perlu investasi besar untuk toko fisik.
Media sosial telah menjadi kanal pemasaran dan penjualan yang efektif, memungkinkan pembangunan merek dengan biaya yang efisien.
Akses permodalan juga semakin demokratis berkat kehadiran platform fintech peer-to-peer (P2P) lending yang mengantongi izin Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Keberadaan mereka menjadi solusi bagi UMKM yang kesulitan mengakses kredit dari bank konvensional. Kuantitas penyaluran modal harus terus ditingkatkan melalui kolaborasi antar pemangku kepentingan, dengan didukung oleh peningkatan kualitas layanan.
Implementasi pembayaran digital, seperti e-wallet dan QRIS, memudahkan transaksi dan membantu pencatatan keuangan yang lebih rapi, sehingga memudahkan akses kredit di masa depan.
Teknologi juga membawa efisiensi operasional dan skalabilitas. Layanan cloud dan Software-as-a-Service (SaaS) memungkinkan wirausaha untuk mengelola operasional dengan lebih efisien tanpa perlu investasi besar dalam infrastruktur IT.
Dengan demikian, wirausaha dapat fokus pada inovasi dan pertumbuhan. Selain itu, teknologi mendorong peningkatan kompetensi melalui edukasi digital yang merata, sehingga wirausaha dapat terus beradaptasi dengan tren pasar yang terus berkembang.
Meskipun teknologi digital menawarkan peluang yang luas, penting bagi para pelaku wirausaha untuk tetap realistis. Keberhasilan bisnis tetap bergantung pada faktor fundamental, seperti produk atau jasa yang unik, berkualitas, dan sesuai dengan kebutuhan pasar.
Pemahaman mendalam tentang target pasar, model bisnis, penetapan harga, dan strategi pemasaran adalah fondasi yang tak terelakkan.
Dunia digital bergerak dengan cepat, sehingga wirausahawan harus terus belajar dan beradaptasi dengan perubahan algoritma, tren baru, dan dinamika pasar digital.
Pengelolaan keuangan yang ketat juga penting untuk menjaga keberlanjutan usaha. Kegagalan adalah bagian dari proses, dan ketekunan serta semangat pantang menyerah adalah modal utama bagi wirausaha sejati.
Sinergi membangun ekonomi
Mengoptimalkan potensi kewirausahaan Indonesia memerlukan kolaborasi erat antara pelaku usaha dan pemerintah.
Bagi pelaku usaha, kunci keberhasilan terletak pada kemampuan untuk terus belajar, beradaptasi dengan teknologi, fokus pada inovasi dan kualitas, serta membangun jaringan dan mengelola risiko dan keuangan dengan bijak.
Pemerintah juga memiliki peran krusial dalam mendorong ekosistem kewirausahaan yang kondusif. Digitalisasi regulasi dan perizinan, penghapusan hambatan birokrasi, serta perluasan akses permodalan melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah langkah-langkah penting.
Penguatan ekosistem fintech inklusif dan berkualitas, serta pembangunan infrastruktur digital nasional yang merata, adalah prasyarat mutlak untuk mendukung pertumbuhan kewirausahaan.
Program edukasi dan pendampingan digital yang berskala besar, praktis, dan berkelanjutan juga harus digenjot untuk meningkatkan kapasitas wirausaha di seluruh negeri.
Terakhir, pemerintah harus menciptakan ekosistem yang menarik bagi investor dan talenta, dengan insentif menarik bagi venture capital domestik dan global untuk berinvestasi di startup Indonesia.
Meningkatkan rasio kewirausahaan Indonesia bukan sekadar target statistik, melainkan investasi strategis untuk masa depan ekonomi yang lebih makmur dan berkeadilan.
Dengan fondasi ekonomi yang solid, dukungan teknologi digital yang masif, dan komitmen kolektif dari semua pihak, Indonesia memiliki potensi besar untuk melahirkan lebih banyak wirausahawan inovatif dan berdaya saing global.
Upaya ini adalah misi bersama yang membutuhkan visi jangka panjang, eksekusi yang konsisten, dan keyakinan teguh bahwa setiap individu memiliki potensi tak terbatas untuk menjadi penggerak ekonomi.
Mari kita wujudkan potensi tersebut, karena era emas kewirausahaan Indonesia ada di tangan kita. (ANT/LE)