judul gambar
DenpasarHeadlines

Rumah Subsidi, Wujudkan Mimpi Anak Negeri

Karangasem, LenteraEsai.id – Hari beranjak senja di Bumi Lahar – Karangasem, Bali, pada medio Februari 2022. Lamat kepak kelelawar nampak menyambar ranting pepohonan beringin, di pertigaan jalan wilayah Jasri yang hening.

Seorang perempuan berbaju kebaya terlihat membelokkan sepeda motor yang ditunggangi perlahan-lahan, menelusuri jalan tanah yang tidak rata, melewati perkampungan penduduk. Sekitar 150 meter dari jalan raya, nampak bentangan lahan lapang yang telah dibangun rumah-rumah berukuran mungil dengan bentuk artistik yang berderet tertata.

Sesampai di salah satu rumah yang masih belum selesai dibangun, wanita bernama Gusti Ayu Gama ini melongok-longok sejenak, memastikan kondisi rumah yang ingin dipilihnya, yang menghadap arah utara. Ia memang baru sempat melihat-lihat rumah itu di sore hari, setelah lebih dulu merapikan dan menutup pintu tempat usahanya, sebuah diklat atau kursus komputer di bilangan Amlapura – Karangasem.

“Saya bersyukur sekali, setelah puluhan tahun tinggal mengontrak bersama suami dan anak-anak, akhirnya mimpi memiliki rumah bisa terwujud. Ya memang hanya rumah subsidi, tapi saya bahagia sekali … besyukur tidak henti-henti kepada Sang Hyang Widhi karena diberi jalan untuk memiliki salah satu dari sederet rumah ini,” demikian pengakuan Gusti Ayu dengan mata nyaris berkaca-kaca diliputi perasaan haru campur bahagia.

Harapan memiliki rumah idaman, lanjut Gusti Ayu, sudah lama menjadi mimpi yang seakan tidak terpikir untuk bisa diraih diri dan keluarganya. Harga rumah yang mencapai angka ratusan juta rupiah, membuat nyali Gusti Ayu menciut untuk memimpikan memiliki rumah sendiri. Sebuah rumah sebagai tempat berteduh bagi keluarganya, untuk melindungi dari hujan, panas atau teriknya matahari.

Menurut Gusti Ayu, dirinya dan sang suami selama ini telah berupaya mati-matian untuk berhemat menabung. Menyisihkan rezeki dari hasil usaha membuka kursus komputer bagi muda-mudi yang tinggal di seputar Amlapura. Meski sudah menabung sekian lama, akan tetapi rasanya terlampau sulit untuk menjangkau membeli rumah secara tunai, maupun untuk pembayaran ‘down payment’ (DP) sebuah rumah yang mencapai angka puluhan juta rupiah.

“Kalau rumah subsidi ini, jika cash harganya Rp 168 juta. Saya awalnya menyediakan uang muka sebesar Rp 8 juta. Ketika diadakan verifikasi bank, ternyata saya dapat pinjaman Rp 152.200.000,” ujarnya, dengan mimik berseri memancar di wajah.

Gusti Ayu menambahkan, dirinya sangat bersyukur bisa lebih awal datang ke developer untuk memesan, sehingga bisa memilih rumah idaman yang terletak di pojokan dan menghadap ke arah utara, supaya lebih mudah menambahkan unsur bangunan sanggah sebagai tempat bersembahyang bagi umat Hindu.

“Lega sekali sekarang punya rumah sendiri, walau memang belum bisa ditempati karena masih dalam tahap penyelesaian. Jadi belum serah terima. Tapi sungguh, rasanya plong sekali, saya tidak lagi merasa bersalah pada anak-anak, karena selama ini tinggal berhimpitan di tempat kontrakan, kasian tiga anak saya. Untung mereka mau bersabar sampai akhirnya kami menemukan rumah impian ini, tidak jauh dari pusat kota dan harganya terjangkau bagi kami,” katanya dengan gurat suka cita.

Kebahagiaan tidak terkira karena memiliki rumah sendiri, juga dirasakan Dayu Martini (31), seorang wanita asal Seririt, Buleleng, Bali. Kepada media LenteraEsai, wanita ini mengisahkan, sebelum memiliki rumah sendiri, ia dan suami Kadek Suka Artawan serta anak-anaknya tinggal di rumah kontrakan yang sederhana di Klungkung. Biaya sewa rumah adalah Rp 600 ribu per bulan.

“Beban biaya sewa kan lumayan juga. Lama-lama saya berpikir, ketimbang dipakai bayar sewa, bukannya mendingan kalau digunakan membayar cicilan rumah sendiri?. Kalau rumah sewa, kan sudah jelas milik orang lain. Nah, kalau bayar cicilan rumah sendiri, begitu cicilan lunas kan rumah otomatis jadi milik pribadi. Berangkat dari pemikiran inilah, saya dan suami kemudian mencari informasi rumah di berbagai tempat. Kok kebetulan, di lokasi daerah kelahiran saya di Seririt, ternyata ada program rumah subsidi BTN Griya Adi Bubunan 2. Akhirnya saya langsung gencar mencari informasi ke pengembangnya,” kata ibu dari empat anak ini.

Berdasarkan komunikasi dengan pengembang, Dayu mendapatkan gambaran mengenai persyaratan untuk memiliki rumah subsidi BTN Griya Adi Bubunan 2 itu. Antara lain, harus membayar DP sebesar 4 jutaan dan membayar cicilan Rp 936.000 per bulan selama 20 tahun di Bank Tabungan Negara (BTN). Lahan seluas 70 M2 dengan bangunan rumah 2 kamar itu, dinilai Dayu Martini merupakan pilihan ideal untuk membesarkan anak-anaknya.

Rumah subsidi itu akhirnya resmi ditempati Dayu Martini dan keluarganya pada akhir tahun 2018. Dikarenakan saat dilakukan serah terima rumah itu belum berpagar, maka suami Suka Artawan kemudian membangun pagar sehingga kini bisa ditempati dengan nyaman. “Bersyukur sekali, akhirnya bisa memiliki rumah sendiri. Lebih bersyukur lagi, karena rezeki selalu ada saja. Dulu ketika tinggal di Klungkung, saya punya usaha berjualan baju. Sekarang saat tinggal di rumah sendiri di Seririt, usaha terima pesanan banten upacara terhitung lancar sehingga roda ekonomi keluarga bisa berjalan. Dan yang lebih penting, dengan status memiliki rumah sendiri itu, berefek ada rasa ketenangan dan kebahagiaan sendiri. Terima kasih pemerintah yang menyediakan rumah subsidi bagi rakyat. Kami warga Buleleng biasa menyebutnya Rumah Jokowi, artinya rumah subsidi di masa pemerintahan Presiden Jokowi… ” kata Dayu Martini dengan girang hati.

Mengenang masa sebelum punya rumah sendiri, ujar Dayu Martini, salah seorang anaknya Chandra Kirana sering kali seolah melamun ingin memiliki rumah seperti teman-temannya. Tujuannya agar tidak setiap tahun harus boyongan pindah kontrakan. “Dulu Kirana kadang sampai mengkhayal melukis gambar rumah di tanah, ada keramik dan pagarnya yang dirambati tanaman. Anak saya begitu ingin kami memiliki rumah sendiri, syukurlah tidak disangka angan-angan punya rumah sendiri akhirnya terwujud dengan segala kemudahan persyaratannya,” kata Dayu Martini terenyuh.

Program Sejuta Rumah

Program Sejuta Rumah telah dicanangkan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) pada tahun 2015. Kementerian PUPR melalui Direktorat Jenderal Perumahan mencatatkan data bahwa angka dari pencapaian Program Sejuta Rumah pada tahun 2015 adalah 699.700 unit, tahun 2016 sebanyak 805.169 unit, tahun 2017 ialah 904.758 unit. Berikutnya di tahun 2018, Program Sejuta Rumah mencapai angka 1.132.621 unit. Tahun 2019 mencapai 1.257.852 unit dan tahun 2020 lalu ketika masa pandemi Covid-19 jumlahnya 965.217 unit rumah. Pada TA 2021, tercatat realisasi Program Sejuta Rumah berhasil membangun 1.105.707 unit rumah di seluruh Indonesia.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, ke depan Program Sejuta Rumah ini akan tetap dilaksanakan, yang tujuannya supaya setiap warga negara Indonesia bisa memiliki kediaman dan bertempat tinggal di rumah yang memenuhi kriteria layak huni.

“Ke depan Program Sejuta Rumah akan tetap dilanjutkan karena rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok warga yang harus dipenuhi, sehingga semestinya masyarakat tinggal di rumah yang layak huni,” ujar Menteri PUPR.

Sementara itu, Direktur Utama Bank BTN, Maryono menyebutkan, Bank BTN senantiasa mensupport keberadaan Progam Sejuta Rumah,  dengan akan membantu penyaluran kredit subsidi perumahan dan penyediaan lahan bagi pengembang atau developer yang kesulitan lahan perumahan.

“Apabila developer mengalami kesulitan untuk menyediakan lahan perumahan, maka Bank BTN dapat membantu sebesar 50%. Hal ini ditujukan untuk penyediaan lahan pembangunan rumah bersubsidi bagi rakyat Indonesia,” kata Maryono.

PT Bank Tabungan Negara pun sepenuhnya mendukung pembiayaan rumah Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR), di mana pada tahun 2022 ini  diprediksi permintaannya akan melonjak.

Bank BTN optimistis bisa memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat, khususnya menengah ke bawah dengan kapasitas penyaluran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Subsidi hingga 250 ribu per tahun.

Selanjutnya, Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Haru Koesmahargyo mengatakan, sejak meluncurkan KPR pertama kali pada 10 Desember 1976 hingga September 2021, perseroan telah merealisasikan kredit untuk 4,9 juta unit di seluruh Indonesia. Sebanyak 3,5 juta unit di antaranya, merupakan KPR Subsidi.

“Keberhasilan pemerintah dalam penanganan Covid-19, berimbas positif dengan keberlanjutan kemudahan kepemilikan rumah, hingga kepastian kuota dan anggaran subsidi perumahan akan semakin mendorong permintaan rumah segmen MBR pada 2022. Dengan demikian, Bank BTN siap mendukung pemenuhan kebutuhan ini dengan membiayai hingga 250 ribu unit rumah bagi MBR per tahun,” ucap Haru.

Untuk mendorong pembiayaan rumah MBR pada 2022, lanjut Haru, Bank BTN menyiapkan hampir 4 ribu jaringan kantor dan 11 ribu sumber daya manusia yang tersebar di seluruh Indonesia. Tidak hanya itu, Bank BTN juga mempunyai ekosistem digital penyaluran KPR yang mempersingkat proses kredit supaya tidak bertele-tele dan cukup menjadi hanya 5 hari saja.

Haru mengatakan, Bank BTN untuk seterusnya bakal mengambil peran mendukung keberadaan KPR berharga ‘minimalis’, serta memberikan bunga yang lebih terjangkau bagi warga, khususnya MBR.

Dijelaskan Haru, sampai dengan bulan Oktober 2021 lalu, Bank BTN tercatat telah menyerap 99% dari jatah kuota KPR Subsidi, baik berskema Subsidi Selisih Bunga (SSB) maupun Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP). Dari kuota sebesar 120 ribu unit, serapan Bank BTN mencapai 119 ribu unit.

Sesungguhnya, totalitas Bank BTN dalam mendukung Program Sejuta Rumah, ibarat oase bagi masyarakat Indonesia, khususnya bagi warga yang tergolong MBR. Dengan demikian, pengharapan memiliki rumah bukan lagi sekedar mimpi di siang bolong belaka. (Tri Vivi Suryani)

Lenteraesai.id