Oleh Kadek Adnyana*
MASYARAKAT Bali sangat dekat dengan Puri sebelum pemerintahan di Indonesia menjadi republik. Peninggalan Puri masih bisa dilihat sampai saat ini di berbagai tempat di Bali. Tentu keturunannya jelas sebagai generasi penerus yang memiliki peran sentral dalam adat dan budaya Bali yang masih dihormati, walaupun tidak memiliki jabatan di jajaran pemerintahan.
Untuk kalangan masyarakat biasa, gelar Raja adalah berlebihan karena merupakan luapan ego dalam diri yang mau dihormati dan dianggap besar dalam segala hal. Yaa.. semua orang memiliki ego, namun kalau berlebihan tentu kurang baik.
Saudara kita AWK sebenarnya cukup lumayan berperan menyuarakan berbagai masalah di Bali. Tanpa embel-embel raja AWK sebenarnya cukup berkarisma dan memiliki kekuatan sebagai kesatria.
Saya berharap AWK bersedia meminta maaf atas kekeliruannya dan kembali menjadi kesatria yang ‘nindihin’ Bali tanpa harus bergelar Raja Majapahit Bali. Karena akan ada catatan pembelokan sejarah dan anak cucu kita semakin bingung di masa depan. Turunkan ego, namun tetap berkualitas.
Untuk beliau-beliau yang protes dan tidak terima dengan gelar raja AWK, mari rangkul dan berikan nasehat agar mau menurunkan egonya dan kembali berperan sebagai salah satu kesatria yang ‘nindihin’ Bali.
Semoga pikiran baik datang dari segala penjuru… Damai memberikan kesejukan untuk mewujudkan Bali yang AJEG gemah ripah lohjinawi.
*Kadek Adnyana
Ketua Komunitas Gema Perdamaian