Denpasar, LenteraEsai.id – Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar Prof Dr I Wayan ‘Kun’ Adnyana mengungkapkan, terbitnya surat Gubernur Bali tentang Penegasan Pembuatan dan Pawai Ogoh-ogoh dan Surat Edaran Majelis Desa Adat (MDA) Provinisi Bali tentang Pembuatan dan Pawai Ogoh-ogoh menyambut Hari Suci Nyepi tahun baru saka 1944, pada prinsipnya merupakan apresiasi Gubernur Bali dan Lembaga Desa Adat se-Bali terhadap kreativitas Yowana (generasi muda, red) di Bali terkait pembuatan karya Ogoh-ogoh.
“Pembuatan Ogoh-ogoh serangkaian Hari Suci Nyepi, kita ketahui bersama merupakan tradisi tahunan di setiap desa adat se-Bali. Jadi hal ini merupakan respon positif dari Gubernur dan MDA Bali untuk senantiasa mengapresiasi kreativitas pembuatan Ogoh-oOgoh, terutama dari segi bahan dan material yang tidak menggunakan styrofoam dan plastik. Tapi lebih mengutamakan kreativitas dengan menggunakan material ramah lingkungan, atau bahkan dapat menggunakan bahan-bahan alam, seperti ijuk, kerangka bambu, daun-daun kering, dan lain-lainnya,” kata Rektor ISI Denpasar Kun Adnyana di Denpasar, Selasa (11/1).
Lebih lanjut, Kun Adnyana menyebut, dalam pembuatan Ogoh-ogoh kalangan Yowana Bali sangat kreatif, termasuk dalam memilih subjek karya Ogoh-ogoh, hingga bentuk yang terkadang memakai metode rakit dengan paduan teknologi kinestetik berupa gerakan-gerakan unik.
“Kreativitas seperti ini tentu positif, terlebih mendapat pelindungan dari Gubernur Bali dan juga MDA Bali,” katanya, menandaskan.
Meskipun mendapatkan pelindungan, namun Rektor ISI Denpasar ini meminta seluruh stakeholder (bandesaaAdat bersama prajuru yang terkait, termasuk Satgas Covid-19, red) khususnya para Yowana Desa Adat di Bali, mampu memberi atensi terkait pawai atau pengarakan Ogoh-ogoh melalui upaya-upaya pengendalian Covid-19 di setiap wewidangan desa adat. (LE-DP1)