judul gambar
HeadlinesKarangasem

Memasuki Musim Kemarau, Warga Abang Kelod Ramai-ramai Cari Gayas Untuk Dikonsumsi

Karangasem, LenteraEsai.id – Ulat gayas (Lepidiota stigma) adalah unsur satwa yang hidup di bawah permukaan tanah. Untuk bertahan hidup, gayas umumnya menyerang bagian umbi atau akar tanaman, sehingga tumbuhan yang diserang perlahan layu dan kemudian mati.

Satwa yang memiliki ukuran tubuh sebesar biji kimiri saat melingkar itu, tergolong sulit untuk bisa diberantas, sehubungan pola berkembang biaknya cukup cepat pada musim-musin tertentu, seperti saat musim penghujan mulai memasuki kemarau.

Pada pergantian musim seperti itu, para petani mulai dilanda kecemasan  karena takut kebunnya di serang oleh hama gayas. Terlepas dari itu, khusus bagi penduduk di Dusun Abang Kelod, Desa Abang, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem, justru tidak sedikit yang malah memburu gayas.

Bagi sebagian warga di Dusun Abang Kelod, gayas diburu untuk kepentingan dikonsumsi, yakni sebagai lauk pauk temannya nasi. Menurut beberapa warga setempat, gayas tergolong lauk yang lezat dan nikmat rasanya, terlebih saat disantap sebagai teman minum tuak atau arak.

Sehubungan dengan itu, usai musim hujan yang kemudian berganti ke musim kemarau, sebagian warga Dusun Abang Kelod beramai-ramai mencari gayas di kebun untuk dikonsumsi. seperti yang berlangsung sejak beberapa hari ini.

Perbekel Desa Abang I Nyoman Sutirtayana mengatakan, hingga saat ini belum ada solusi nyata untuk pemberantasan hama gayas tersebut, sehingga sebagian besar ladang di wilayahnya saat pergantian musim berisi atau diserbu hama gayas.

Ditanya mengenai penentuan waktu untuk mencari gayas, Perbekel Abang menyebutkan, biasanya setelah pergantian musim dari hujan ke panas. “Setelah beberapa pekan cuaca panas, lalu muncul hujan gerimis, besoknya pasti muncul gayas, dan waktu itulah dipakai oleh warga untuk ramai-ramai berburu gayas,” kata Sutirtayana ketika dihubungi, Minggu (30/5).

Sementara itu, salah seorang warga setempat, I Nyoman Kantin mengatakan bahwa gayas sangat sulit dimusnahkan dan tidak tahu pasti penyebabnya apakah dipengaruhi oleh kondisi struktur tanah atau mungkin ada sebab lain.

“Rata-rata lahan di sini sudah tidak bisa optimal untuk ditanam cabai atau sayuran karena selalu diserang gayas. Akibatnya, pertani hanya bisa ditanam keladi dan ketela rambat, itupun dengan hasil yang tidak memuaskan karena sering pula diserang hama yang hidup di bawah permukaan tanah itu,” kata Kantin, menjelaskan. 

Untuk mengurangi popolasi gayas, terlebih sebagian warga suka mengkonsuksinya, maka tak heran gayas menjadi salah satu unsur satwa yang sering diburu oleh masyarakat, ujarnya. (LE-Jun) 

Lenteraesai.id