Nusa Dua, LenteraEsai,id – Gubernur Bali Wayan Koster menyatakan, Bali selama ini menyumbangkan devisa yang besar untuk Indonesia dari sisi pariwisata, namun sampai sekarang belum ada timbal baliknya untuk Bali.
“Sebanyak 39 persen dari total wisman ke Indonesia masuk melalui Bali. Namun bila beban pariwisata yang ada tak diimbangi perbaikan infrastruktur hingga pelestarian lingkungan, mendatang akan menjadi masalah besar,” kata Gubernur Koster pada acara FGD di Inaya Putri Nusa Dua Bali, Kamis (13/2) malam.
Selain Gubernur Bali, FGD yang mendiskusikan Rencana Pengembangan Benoa Maritime Tourism itu juga menghadirkan narasumber Menteri BUMN Erik Thohir, Ketua Komisi VI Faisol Riza, dan Direktur Utama Pelindo III Doso Agung.
Gubernur Koster mengungkapkan, Bali kini giat membangun infrastruktur, karena sektor tersebut sangat tertinggal dan tidak sebanding dengan nama besar Bali sebagai destinasi wisata dunia.
Infrastruktur darat, laut dan udara sedang dikebut terutama untuk menipiskan ketimpangan Bali bagian utara dengan Bali bagian elatan. Untuk kepentingan itu, koneksi antara Bali utara dan selatan akan dibangun lewat jalan lingkar Bali, ditambah moda kereta api dan LRT, di samping shortcut yang telah dan tengah dibangun kelanjutannya.
Mengenai Pelabuhan Benoa, kata Gubernur Koster, akan dirancang untuk menjadi pelabuhan terindah di dunia, namun tetap ramah lingkungan dan menjaga ekosistem sekitarnya. Menghilangkan kesan kumuh, dan ramah untuk ditambati kapal pesiar, sehingga Bali menjadi pintu gerbang wisata maritim di Indonesia.
Pengembangan Benoa akan dilakukan dengan terintegrasi dan kontekstual, namun tak lepas dari kearifan lokal. “Kebetulan Pak Menteri BUMN punya selera dan pemikiran yang sama demgan saya mengenai Benoa, sehingga rancangan ini sudah dibahas dan digodok dengan matang,” kata gubernur yang juga Ketua DPD PDI Perjungan Provinsi Bali.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Erik Thohir menyatakan bahwa tidak mungkin jajaran BUMN mampu bekerja sendiri untuk mengembangkan kawasan Benoa. Sehubungan dengan itu, ia mengajak semua pihak dapat ambil bagian untuk menjadikan Benoa sebagai pelabuhan berkelas dunia.
“Kita memastikan bahwa proyek strategis harus didasari strategi bisnis jelas dan feasibility jelas. Masalahnya, kita tidak ingin proyek pengembangan kemudian malah menjadi proyek yang mangkrak,” ucapnya, menjelaskan.
Menteri BUMN menyebutkan bahwa Bali merupakan jantung pariwisata Indinesia. Namun demikian, lama kelamaan tentu akan ada titik jenuh. Ada gempuran daerah dan negara lain di sekitar. “Sehubungan dengan itu, kita harus pastikan bahwa jantung ini harus terus berdetak,” ujarnya.
Ia mengatakan, turis sekarang terus berkembang, yang tidak hanya lewat udara, tapi juga laut. Demikian juga dengan wisata maritim terus menggeliat, namun infrastrukturnya belum ada.
“Kita langsung sidak bersama Pak Gubernur. Realita di Benoa lokasinya tidak diproritaskan pada turis. Berdampingan dengan dermaga peti kemas, ikan dan lain-lain, yang secara lingkungan sangat tidak sehat,” ucapnya.
Kenyataan di Benoa seperti itu sangat menyedihkan. Akibatnya, kata Erik Tohir, sekitar 80 persen penumpang kapal pesiar tidak turun di Bali, melainkan hanya lewat buang sampah. Tidak ada value ekonominya.
Mengingat itu, Menteri BUMN mengajak semua pihak untuk mulai memikirkan ruang yang ada di Benoa. “Mari kita tata dengan konsep-konsep pembangunan dan ekosistem yang jelas. Kearifan lokalnya tercermin, sesuai keinginan Pak Gubernur,” ucapnya, mengharapkan.
Direktur Utama Pelindo III Doso Agung menyatakan, rancangan pengembangan Benoa ini ide Menteri BUMN dengan Gubernur Bali. Sementara Pelindo akan menjadi ‘koki’ yang meramu.
“Terima kasih atas arahan Pak Gub yang kadang keras, tapi untuk kebaikan kita semua. Perlu ada pelabuhan interchage atau transit yang lebih baik untuk cruise atau kapal pesiar,” katanya.
Seiring dengan itu, menurut Doso Agung, perlu adanya pemisahan antara area tourism dengan area pelabuhan barang, ikan dan lain-lainnya. Dengan kata lain, mengubah konsep masterplan Benoa dengan memperhatikan eco tourism hingga stand UKM.
Dengan kemampuan menata dengan baik, lanjut dia, pada gilirannya Pelabuhan Benoa akan mampu menyasar kapal cruise yang berpenumpang antara 4.000 sampai 6.000 orang. Bandingkan dengan pesawat terbang yang isinya hanya ratusan penumpang, katanya.
Pengembangan Pelabuhan Benoa yang ditarget menelan anggaran hampir Rp5 triliun, akan dilengkapi tambatan kapal cruise dan yatch, serta di kawasan mampu menampung 150 UMKM dan areal hutan kota. Pembangunannya dijadwalkan selesai 2023. (LE-DP1)
Comment