Denpasar, LenteraEsai.id – Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Ardana Sukawati mengajak semua insan yang bergerak di bidang pariwisata turut serta menjaga keberlangsungan alam sekitar, di mana tempat terbangunnya sebuah destinasi yang bertujuan mendatang wisatawan.
“Bali ini tidak bisa terus bertahan dalam pengembangan yang jalan di tempat, di mana hanya mementingkan keuntungan pribadi (pemilik destinasi) saja, namun perlu tangan-tangan bijak yang dapat menyiapkan datangnya wisatawan ke Bali dengan memperhatikan kualitas serta mampu menjaga keseimbangan alam. Dengan kata lain, kita mampu memberikan efek positif bagi masyarakat dan lingkungan setempat,” ujar Wagub saat membuka FGD Kepariwisataan bersama alumni pascasajana pariwisata, di Gedung Tirta Empul Bank Indonesia (BI) di Denpasar, Rabu (12/2).
Di hadapan peserta FGD Kepariwisataan bertajuk ‘Quality & Sustainability-Paradigma Baru Pariwisata Budaya Bali’ itu, Wagub yang karib disapa Cok Ace menekankan, berbagai destinasi pariwisata di dunia harus memperhatikan ‘sustainability’ yang ada, dengan tidak hanya berdiri sendiri namun melibatkan semua pihak.
“Tidak juga hanya semata-mata harga, tetapi harus memiliki manfaat secara ekonomi untuk semua pihak,” ujarnya, menandaskan.
Menyinggung penggunaan zona yang diterapkan Dinas Pariwisata Badung, Wagub Cok Ace mengatakan bahwa itu untuk membagi rata tanggung jawab dari fungsi dan peruntukan, di antaranya jasa akomodasi, sentra budaya dan sentra pertanian dengan adanya sinergitas yang dapat meningkatkan kualitas layanan, di mana terdapat prinsip bisnis yang harus diikuti.
Ia mengingatkan, untuk mendatangkan wisatawan yang berkualitas, perlu adanya perbaikan mutu dan kualitas destinasi yang disiapkan. Antara kesiapan dan yang dibutuhkan, dapat tercover dengan baik.
Sementara untuk tidak membuat wisatawan bingung dalam mengunjungi destinasi, Wabug menyebutkan, dibutuhkan promosi yang secara terus-menerus dapat digenjot. Selain itu perlu adanya penunjuk arah menuju destinasi atau objek wisata yang dimaksud.
Wagub menekankan, yang perlu juga untuk disiapkan ialah kebutuhan tentang konsumsi yang dapat ditemui dengan mudah oleh para wisatawan asing. “Yang tidak kalah penting, ialah adanya kontribusi bagi masyarakat dan lingkungan di sekitar objek wisata. Ini menjadi hal urgent yang harus diperhatikan dalam pengembangan pembangunan di masa yang akan datang,” katanya, menegaskan.
Wagub Cok Ace menekankan agar para pelaku wisata tetap mampu mentaati kode etik pariwisata, sehingga tidak ada satu pelaku wisata pun yang mendiskriminasikan turis atau wisatawan yang datang, baik mereka dari kalangan ekonomi atas ataupun ekonomi menengah dan lemah. “Karena wisatawan yang berkunjung memiliki hak yang sama untuk mendapatkan layanan yang memuaskan,” ucapnya.
Dikatakannya, dalam dunia kepariwisataan di Pulau Dewata, hendaknya tidak ada pertentangan antara kualitas dan kuantitas, mengingat tujuan ke depan adalah ‘kualitas yang berkuantitas’ atau ‘kuantitas yang berkualitas’, yang nantinya mampu mencapai ‘quality tourism’ dengan dukungan keseimbangan budaya, ekonomi, akomodasi dan juga pertanian yang menjaga keasrian lingkungan. Sehingga, pembangunan tidak memberikan beban bagi masyarakat di sekitarnya, namun malah mampu membangkitkan keseimbangan sosial, ekonomi dan budaya.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali Putu Astawa mengatakan, ‘sustainability tourism’ adalah pariwisata yang mengandung konsep Tat Twam Asi yang berkaitan dengan Nangun Sat Kerthi Loka Bali, sehingga pengembangan pariwisata yang berkelanjutan harus berada sejajar dengan program pemerintah yang sedang dikembangkan.
Ambil bagian dalam FGD Kepariwisataan tersebut antara lain dari kalangan pemerintahan, akademisi, stakeholder, komunitas dan asosiasi kepariwisataan, tokoh masyarakat dan kalangan awak media massa di Pulau Dewata. (LE-Tia)