Meski Dilanda Pandemi, Kain Gringsing Khas Tenganan Tetap Diminati Konsumen

Karangasem, LenteraEsai.id – Meski sampai saat ini pandemi Covid-19 masih terus melanda, tapi para perajin kain gringsing yang merupakan kain khas dari Desa Tenganan Pegringsingan, Kabupaten Karangasem  masih bisa bernafas lega.

Betapa tidak, meski pandemi masih berkepanjangan, namun kain gringsing masih tetap saja ada yang membeli. Konsumen masih berdatangan, kendati tidak sebanyak dulu, sebelum pandemi Covid-19 menyerang dunia.

Bacaan Lainnya

“Sampai saat ini masih ada saja yang datang membeli kain gringsing, meskipun penjualannya tidak sebanyak dulu,” kata Ni Made Astiti, salah seorang perajin kain gringsing saat ditemui di rumah tinggalnya di Tenganan, Minggu (26/9/2021).

Wanita perajin itu mengatakan, kain yang paling banyak diminati sampai saat ini adalah kain gringsing jenis ‘pepledoan’ yang harganya sekitar Rp200 ribu per lembar, dan ini merupakan harga terendah. Sedangkan harga tertingginya bisa mencapai Rp30 juta per lembar.

“Untuk kain gringsing yang harganya Rp30 juta tersebut, belakangan setelah masa pandemi, memang jarang ada yang datang membeli. Kalaupun ada, paling yang beli dari kalangan anak agung (pejabat, Red),” kata Ni Made Astiti, menandaskan.

Ni Made Astiti mengungkapkan bahwa pembuatan kain gringsing memang membutuhkan waktu yang cukup lama, terutama saat proses pewarnaan benangnya yang membutuhkan waktu kurang lebih dua tahun lamanya, karena masih menggunakan bahan dan juga cara yang alami.

“Masalah pewarnaan yang antara lain membuat harga dari kain gringsing menjadi cukup mahal. Tapi, meskipun harganya cukup mahal, setiap ada pengunjung ke Desa Tenganan pasti ada saja yang membeli kain, terutama yang harganya Rp200 ribu,” kata Ni Made Astiti, sambil melempar senyum yang khas.

Bupati Karangasem Gede Dana mengakui kalau kain gringsing dan keindahan alam serta budaya yang ada di Desa Tengangan Pegringsingan sangat dikagumi dunia. Karenanya, ia berpesan agar kawasan Tenganan tidak sampai harus kemasukan budaya atau tradisi yang datang dari luar.

“Saya tidak ingin ada budaya luar yang masuk ke desa tua Tenganan, yang masyarakatnya sampai saat ini cukup kokoh dalam mempertahankan nilai budaya dan kearifan lokal yang tumbuh di desa tersebut,” kata Bupati Dana penuh semangat ketika berkunjung ke Tenganan yang kini telah ditetapkan sebagai salah satu desa wisata terbaik di Indonesia.  (LE-Jun) 

Pos terkait