Jro Balian Mangku Sumawijaya Kerap Sembuhkan ‘Bule’ yang Kena Pelet dan Santet

Jro Balian Mangku Wayan Sumawijaya ketika sedang mengobati salah seorang pasien dari mancanegara di kediamannya wilayah Banjar Sigaran, Desa Mekar Bhuana, Abiansemal, Badung, Bali (Foto: LenteraEsai/Tri Vivi Suryani)

Badung, LenteraEsai.id – Seorang warga negara asing (WNA), siang itu tampak berteriak-teriak ketakutan dan sesekali mengerang sebagaimana layaknya seseorang yang sedang menahan kesakitan, yang mungkin tiada tara.

Tubuhnya menggeliat-geliat, terkadang harus berguling-guling di atas lembaran tikar ketika seorang pria berjenggot putih mengibaskan tangan, atau ada bagian tubuhnya yang hanya disentuh potongan kayu atau jemari yang tak mengeluarkan tenaga. Cukup hanya diusap lembut, WNA tersebut sontak menjerit dan memohon ampun serta mengguman dalam bahasa Cekoslovakia.

Bacaan Lainnya

“Ini salah seorang pasien saya yang kena santet. Namun sekarang sudah banyak perubahan, dan setiap datang ke Bali selalu mampir ke pondok saya ini,” kata Jro Balian Mangku I Wayan Sumawijaya saat ditemui di kediamannya di Banjar Sigaran, Desa Mekar Bhuana, Abiansemal, Kabupaten Badung, Bali pada awal Desember 2023.

Pria yang akrab dipanggil Jro Mangku Sumawijaya itu melanjutkan, mengobati orang asing bukanlah sesuatu yang asing baginya. Sejak hampir 10 tahun silam, sejumlah ‘bule’ silih berganti datang ke rumahnya untuk berobat. Entah itu dari Cekoslovakia, Belanda, Jerman, Argentina, Australia, Italia atau negara-negara lainnya.

“Mereka itu tahu keberadaan saya dari berita atau YouTube, sehingga kemudian mencari keberadaan rumah saya. Penyakit bule itu tidak beda kok dengan orang lokal. Kena pelet, santet, bisnis lesu, penyakit tidak kunjung sembuh, minta dibukakan aura atau ingin menghilangkan energi negatif, sehingga kemudian melakukan ritual melukat di sini,” ujarnya.

Menyinggung mengenai kiprahnya sebagai penekun spiritual, Jro Mangku Sumawijaya menjelaskan bahwa sejak tanggal 1 Maret 1964, dirinya resmi mengobati warga yang meminta pertolongan, baik yang terkena penyakit medis ataupun nonmedis.

Kiprahnya dalam dunia penyembuhan penyakit itu, kata Jro Mangku Sumawijaya, berawal dari dirinya menderita sakit panas yang tidak kunjung sembuh. Sakit panas itu diderita selama tiga tahun dan tidak kunjung sembuh meski sudah berbagai pengobatan dilakukan. Akhirnya pihak keluarga ‘ngeluasang’ ke balian, di mana kemudian sang leluhur ‘tedun’ memberikan petunjuk untuk mencari obat di lingkungan rumah tinggal sendiri.

“Tidak perlu jauh-jauh mencari obat di luar rumah atau ke sana-sini, cukup yang ada di rumah saja,” demikian titah leluhur ketika itu, seperti yang ditirukan Jro Mangku Sumawijaya .

“Sesampai di rumah akhirnya saya masuk kamar suci peninggalan leluhur dan mohon petunjuk. Pada zaman dahulu, kakek dan ayah saya merupakan seorang balian yang cukup kondang. Nah, di dalam kamar suci inilah saya kemudian mendapatkan petunjuk untuk menggunakan sejumlah obat tradisional untuk mengobati penyakit panas yang saya derita,” ujarnya.

“Setelah mengikuti petunjuk itu, eh benar saja. Penyakit saya sontak hilang dan saya pun kembali bugar seperti tidak pernah mengalami penyakit serius,” ucap Jro Mangku Sumawijaya yang mengaku tanpa mengetahui secara pasti, tak lama setelah sembuh dari penyakitnya, mulai kedatangan sejumlah warga yang silih berganti memohon dilakukan pengobatan atas penyakit yang dideritanya.

“Sejak itulah kemampuan spiritual saya menjadi terus terasah. Dengan petunjuk leluhur dan mempelajari sejumlah lontar, akhirnya sampai sekarang di usia 82 tahun ini, saya masih menjadi penyembuh atau dikenal sebagai jro balian,” ucap Jro Mangku Sumawijaya tanpa bermaksud takabur dan meninggikan diri.

Hingga kini, pasien yang menjalani pengobatan di rumah Jro Mangku Sumawijaya berasal dari berbagai daerah dan luar negeri dengan keluhan beragam penyakit. Misalnya, kena stroke, bebai, atau penyakit misterius yang disebabkan serangan nonmedis. Sebagai sarana pengobatan, Jro Mangku Sumawijaya konsisten menggunakan bahan-bahan tradisional seperti daun sirih, kayu cendana, babakan pule, akar-akaran pohon hutan, madu dan sejumlah bahan lainnya.

Jro Mangku Sumawijaya mengaku banyak bersyukur dengan kamampuannya mengobati pasien yang berasal dari anugerah Hyang Widhi melalui petunjuk leluhur, sehingga jalan hidupnya menjadi lebih bermanfaat dan mampu menghidupi keluarga secara layak. Mengingat dahulu, sebelum menjadi penekun spiritual, Jro Mangku Sumawijaya menjalani berbagai macam profesi seperti ‘nyakap’ dengan menggarap kebun atau sawah milik ‘juragan’, serta sempat menjadi buruh petik kopi dan kelapa di Tabanan. Bahkan, Jro Mangku Sumawijaya juga pernah menjadi buruh pecetak batu bata di dekat rumahnya.

“Syukur Hyang Widhi memberikan jalan menjadi penekun spiritual. Meski ini menjadi tumpuan hidup, tetapi saya tidak pernah mematok tarif tertentu. Saya serahkan kepada pasien, seikhlasnya dalam memberikan imbalan jasa. Saya sama sekali tidak pernah memberikan patokan mengenai hal itu. Saya percaya, Hyang Widhi yang memberikan kemampuan ini, jadi Hyang Widhi pula yang mengatur jalan rezeki saya,” ucapnya.

Demikian pula dengan pasien yang datang dari sejumlah negara lain, pria berambut dan berjenggot putih ini mengaku tidak pernah mematok tarif. “Jadi sama seikhlasnya,” katanya sembari mempersilahkan si pasien yang bule asal Cekoslovakia itu berpamitan dari rumahnya usai dilakukan pengobatan lanjutan.

Pewarta: Tri Vivi Suryani
Redaktur: Laurensius Molan

Pos terkait