judul gambar
HeadlinesKarangasem

Digerus Pandemi Covid-19, Ketut Selamet Bertahan Hidup dari Inovasi Batok Kelapa

Karangasem, LenteraEsai.id – Untuk bertahan hidup di tengah gerusan pandemi Covid-19 hingga harus kehilangan pekerjaan dan penghasilan, I Ketut Selamet (40), banting setir mencoba dan menemukan sumber penghidupan baru.

Pria asal Banjar Pakel, Desa Gegelang, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem itu mencoba memulai dengan melakukan terobosan atau inovasi kreatif di dunia seni dan kerajinan.

Tulang punggung keluarga yang putus hubungan dengan pekerjaannya sebagai tukang bangunan setelah virus asal Wuhan-China itu mewabah di Bumi Dewata, mendadak muncul ide untuk membuat aneka kerajinan dari bahan batok kelapa.

Ide membidani kerajinan yang dibilang ramah lingkungan itu berawal dari istrinya, Ni Luh Partini, yang melihat banyak batok kelapa di sekitar tempat tinggalnya yang tidak terpakai. Kalau toh dimanfaatkan, hanya sebatas kayu bakar.

Atas dorongan Luh Partini dengan 3 anak dan 2 mertua yang harus ‘disuapi’, Ketut Selamet yang sebelumnya bekerja sebagai tukang bangunan dan tempel batu padas, mengaku mulai membuat kerajinan dari batok sejak 2 bulan lalu karena sepinya proyek yang ia geluti selama ini akibat pandemi Covid-19.

“Awalnya saya coba membuat untuk diri sendiri saja dulu, tapi ternyata banyak yang suka dan ingin dibuatkan,” kata Ketut Selamet saat ditemui di rumahnya pada Senin (20/7/2020) siang.

Sampai sekarang Ketut Selamet sudah membuat beberapa jenis kerajinan dari bahan batok kelapa seperti mangkok, kendi air (caratan), sangku tirta, gelas, lampu hias, lampu belajar dan lain-lain dengan motif dan tampilan bernuansa seni.

Untuk harga jual dipatok dari Rp 7.000 sampai Rp 120.000 per buah, tergantung tingkat kesulitan kerajinan yang dia buat. Dalam pengerjaannya ia kadang dibantu oleh istri dan anak-anaknya. “Tapi untuk finishing saja, sedangkan proses dari awal itu saya yang mengerjakan sendiri,” katanya, berbangga.

Laksana seorang motivator, Ketut Selamet tak ketinggalan berpesan bahwa di masa pandemi Covid-19 ini bukan alasan untuk bermalas-malasan dan menyerah dengan keadaan.

“Daripada kita menunggu dan berharap mendapat bantuan, lebih baik kita berusaha semampu kita mengerjakan sesuatu untuk bisa bertahan hidup di masa seperti ini,” kata Ketut Selamet sambil sibuk menyelesaikan pesanan.

Ketut Selamet mengaku sangat bersyukur karena berkat kerajinan batok kelapa ini dia bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarganya yang berjumlah 7 orang di masa ‘paceklik’ setelah dihantam wabah Covid-19.

Seiring dengan cukup larisnya barang kerajinan yang dibuatnya, Ketut Selamet mengaku kini mulai kesulitan dalam memperoleh batok kelapa yang tergolong bagus, baik dari segi bentuk, ukuran maupun keutuhannya. Kalau pun ada, orang yang jual pasang harga cukup mahal.

“Karena tahu dibutuhkan, batok kelapa mulai mahal. Tapi saya tidak berani menaikkan harga jual kerajinan, karena masih dalam proses mencari pelanggan,” katanya.

Untuk omzet perbulannya dia mengaku mendapat kurang lebih Rp 1.2 juta dari hasil penjualan kerajinan yang dia buat. Itu sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan 3 anak, seorang istri dan kedua orang tuanya. “Yah..dicukup-cukupkan,” katanya sambil tersenyum.

Dia juga mengaku akan berusaha untuk terus belajar membuat kerajinan dari batok kelapa dengan disain yang lebih unik dan bernilai seni, karena kerajinan ini sangat ramah lingkungan dan dapat mengurangi pemakaian bahan plastik.

“Pesan Pak Gubernur Koster kan harus mengurangi pemakaian plastik. Nah ini batok kelapa antara lain jawababnya, yang juga bisa dibuat aneka kebutuhan perabotan rumah tangga,” ujarnya dengan penuh semangat.

Untuk masyarakat yang ingin memesan kerajinan dari batok kelapa yang dibuat oleh I Ketut Selamet, dapat menghubunginya melalui WA 085239708565.  (LE-Jun)

Lenteraesai.id