DPRD Gianyar Gelar Raker Bahas Kasus Kematian Babi dan Turunnya Kunjungan Wisatawan

Rapat kerja DPRD Gianyar bersama Dinas Pariwisata dan Dinas Pertanian setempat

Gianyar, LenteraEsai.id – Menyikapi kasus kematian babi yang dikeluhkan peternak di Gianyar dan menurunnya jumlah kunjungan wisata akibat virus corona, Komisi II DPRD Gianyar akhirnya menggelar rapat kerja bersama Dinas Pariwisata dan Dinas Pertanian setempat.

Komisi II Dewan Gianyar ingin mendengar langsung, seperti apa kondisinya saat ini dan bagaimana pemerintah menangani persoalan tersebut. Hal ini terungkap pada rapat yang berlangsung hari Rabu (4/3/2020) dan dilaksanakan di Ruang Rapat Pimpinan, DPRD Gianyar.

Bacaan Lainnya

Ketua Komisi II Wayan Suartana didampingi Wakil Ketua Ketut Sudarsana dan anggota Komisi II memberikan kesempatan Kadispar Gianyar AA Gde Putrawan dan Kadis Pertanian Made Raka memaparkan kondisi terkini berkait situasi terkini persoalan di Gianyar.

AA Putrawan menjelaskan pada destinasi wisata yang dikelola Pemkab Gianyar sudah mengalami penurunan kunjungan sekitar 10.000 wisatawan dibanding kondisi bulan Februari 2019 lalu. “Sudah terjadi penurunan kunjungan, kita belum tahu kondisi di Bulan Maret, saya kira kondisinya masih menurun sampai kondisi global normal,” jelas AA Putrawan.

Bahkan disebutnya, sebanyak 53 negara sudah mengeluarkan ‘travel warning’ agar tidak berwisata ke Indonesia.

AA Putrawan menyebutkan dalam minggu ini, seluruh bupati/wali kota, Wagub Bali, Sekda, Kadispar dan PHRI akan rapat kerja bersama Gubernur Bali, guna membahas kondisi yang ada serta mencari jalan keluar. “Persoalan pariwisata, tidak bisa diselesaikan secara sendiri-sendiri di kabupaten. Persoalan ini dibahas bersama seluruh kabupaten sehingga penyelesaiannya ‘one island one manajemen’,” ujar AA Putrawan.

Terkait kasus kematian babi, Kadis Pertanian Gianyar Made Raka menyebutkan sampai akhir Februari 2020, terdapat 900 ekor babi yang mati akibat virus. Namun kematian babi tersebut belum bisa dipastikan akibat virus ASF atau bukan. “Yang jelas, belum ditemukan obat dan vaksinnya. Walau demikian, daging babi masih aman dikonsumsi karena virusnya tidak menyerang manusia,” jelas Kadis Pertanian Gianyar.

Ditambahkannya, dari 900 ekor kematian terjadi di 16 desa di Gianyar dari 64 desa di Gianyar. Namun hanya disebutkan kasus ini terjadi di Kecamatan Sukawati, Tegallalang dan Payangan. “Pemerintah sudah melakukan langkah antisipasi dengan desinfektan yang didrop dari Pemprov Bali. Di samping itu, PUPR sudah menyiapkan lubang untuk memanam bangkai babi yang mati kena virus tersebut,” ujarnya.

Langkah lain yang dilakukan adalah hewan peliharaan yang masuk antarpulau diperketat dengan melihat surat keterangan sehat dari pulau asal hewan. “Ini penting, hewan peliharaan yang diperjualbelikan antar pulau agar menyertakan surat keterangan sehat, termasuk hewan peliharaan sebagai hoby,” tambahnya.

Ditambahkannya lagi, bila babi di Bali positif ASF, maka dalam radius 5 km seluruh babi dieliminasi dan babi ini mendapat kompensasi dari pemerintah. Di samping itu, babi Bali tidak boleh keluar pulau dalam kurun waktu tertentu sampai kasus kematian babi akibat ASF normal kembali.

Ketua Komisi II, Wayan Suartana meminta Kadispar dan Kadistan agar terus melakukan langkah-langkah antisipasi guna mengurangi kerugian yang dihadapi masyarakat. “Nyawa manusia lebih penting, itu perlu diselamatkan. Baik Dinas Pariwisata dan Dinas Pertanian agar terus berkoordinasi dengan Pemprov Bali dan Pusat guna penanganan secepatnya,” harap Suartana.

Sementara Kepada Dinas Pariwisata Gianyar Suartana berharap Dinas Pariwisata Bali membuat terobosan baru, agar kunjungan wisatawan kembali meningkat. (LE-GN5)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *