Rumah Tukang Pijat di Badung ‘Tuduh Ugug’, Berharap Dapat Bedah Rumah

I Gusti Lanang Ngurah Subrata di rumahnya di Banjar Tebajero, Desa Taman, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung

Badung LenteraEsai.id – Kondisi rumah tinggal keluarga I Gusti Lanang Ngurah Subrata (59) di Banjar Tebajero, Desa Taman, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung telah cukup lama mengalami kerusakan.

Bangunan utama (bale daja) yang ditempati Subrata, benar-benar sudah tidak layak huni. Kerangka dan atap bangunan sudah hancur total. Kalau turun hujan, otomatis air masuk ke dalam ruangan, hingga kemudian tak ubahnya bagai rumah ‘tuduh ugug’.

Bacaan Lainnya

Namun demikian, pria yang masih membujang itu mengaku tetap menempatinya karena tidak ada pilihan lain. Tampak ruangan yang digunakan tempat tidur dipasangi atap seng dari dalam kamar, sekedar untuk mengurangi kucuran air bila hujan tiba.

Untuk bangunan dapur di bagian selatan pekarangan rumah juga sudah roboh. Bale Delod juga terhitung rusak berat. Sementara bangunan kecil yang ditempati keponakan Subrata, yakni I Gusti Ngurah Kaya dan istrinya, kondisinya juga cukup memprihatinkan. Demikian pula semua pelinggih di merajan, terbilang rusak berat.

Fakta kondisi bangunan rumah tinggal, dapur dan pelinggih milik keluarga Subrata seperti itu, diketahui setelah pewarta LenteraEsai (SE) menyambangi tempat tinggal tersebut belum lama ini. Sekaligus berbincang-bincang dengan pemilik rumah.

Di pekarangan itu kini tinggal empat orang, yakni I Gusti Lanang Ngurah Subrata, I Gusti Ngurah Kaya dan istri, serta Ni Gusti Mayer (Ibu Ngurah Kaya) yang juga kakak kandung Gusti Lanang Ngurah Subrata.

Menurut I Gusti Lanang Ngurah Subrata, rumahnya (Bale Daja, Red) sempat beberapa kali dicek dan diukur petugas, tetapi tidak kunjung mendapat bantuan perbaikan. Padahal dirinya berhak mendapat bantuan dari pemerintah, karena tergolong warga tidak mampu.

Sehari-hari Subrata hanya bekerja sebagai tukang massage atau pijat panggilan. Hasilnya tidak seberapa, untuk makan kadang-kadang kurang. “Apalagi setelah kasus Covid-19 ini, panggilan sepi. Jarang yang massage,” papar Subrata ketika disambangi pewarta LE.

Sedang Ngurah Kaya, sehari-hari bekerja sebagai tukang ukir kayu. Hasilnya juga tidak seberapa. Dulu dia kerja mandiri membuat meja, kursi dan perabotan mebeler lainnya. “Sekarang sepi pesanan Pak. Dulu saya bikin bangku, meja untuk PAUD yang dicat warna-warni. Karena sekarang tidak ada order, saya jadi makuli ngukir,” ucapnya, menuturkan.

Sementara itu, Kepala Dusun Tebajero I Gusti Made Sukadana, dan Perbekel Taman I Gusti Made Sudarpa yang dihubungi terpisah, memberi penjelasan yang  bertolak belakang dengan pernyataan Gusti Subrata.

Kedua pejabat pemerintah desa itu senada mengatakan bahwa keluarga Gusti Subrata sebenarnya sudah pernah mendapatkan bantuan bedah rumah. Yakni untuk bangunan dapur dan tempat tinggal Ngurah Kaya, tetapi Gusti Subrata tidak mengizinkan alias menolak.

“Petugas dari Pemkab Badung sudah mengukur bangunan yang akan diperbaiki. Bahkan sudah mendrop material bangunan, tetapi Gusti Subrata tidak mengizinkan untuk dilakukan perbaikan,” ucap Sukadana.

Penolakan itu tidak hanya berupa kata-kata, lanjut dia, tapi disertai ngamuk-ngamuk hingga membuat petugas ketakutan. Karena pertimbangan keselamatan, petugas bedah rumah pun akhirnya membatalkan proyek di rumah itu.

Kalau tidak ditolak, kata Sukadana, proyek bedah rumah keluarga Gusti Subrata sudah lama kelar. “Sedang bangunan yang ditempati Gusti Subrata (Bale Daja), juga sudah diusulkan mendapat perbaikan. Tetapi karena kondisi keuangan daerah belakangan ini seret, belum bisa terealisasi sampai sekarang,” ujarnya.

Dikatakan, gara-gara konflik internal, bantuan bedah rumah untuk keluarga itu (Ngurah Kaya) dibatalkan. “Kami pemerintah desa sebenarnya sudah memperhatikan, namun yang bersangkutan dulu menolak,” kata Perbekel Taman I Gusti Made Sudarpa menjawab LE di rumahnya belum lama ini. (LE-Ima)

Pos terkait