Buleleng, LenteraEsai.id – Pada ujung utara Pulau Bali, tepatnya di Desa Banjarasem, Kecamatan Seririt, Buleleng, gemerlap cahaya matahari bukan sekadar anugerah alam untuk menghangatkan tanah dan menghidupi sawah. Cahaya itu juga menjadi sumber harapan baru. Penduduk desa yang dulunya bergantung penuh pada listrik konvensional ketika beraktivitas di gedung serbaguna, kini perlahan merasakan manfaat energi bersih lewat pemasangan panel surya. Teknologi ramah lingkungan ini tak dipungkiri telah mengisi harapan baru bagi warga Banjarasem, dan mendorong mimpi kemandirian energi di masa mendatang.
Sore itu, tepat di akhir Oktober 2025, puluhan lansia datang berbondong-bondong ke gedung serbaguna yang letaknya bersebelahan dengan Kantor Kepala Desa Banjarasem. Mereka antusias ingin menghadiri kegiatan Posyandu Lansia, untuk memeriksakan kesehatannya.

Kegiatan Posyandu Lansia ini dihadiri semua kader pelaksana dan Tim kesehatan dari Puskesmas Seririt II. Seperti biasa, para lansia diukur berat badan, lingkar perut, dan tensinya. Meski tidak sedikit yang mengeluhkan rasa sakit di lutut, punggung tak bisa membungkuk atau kepala terasa sesekali berdenyut, namun keluhan itu berangsur menghilang tak lama berselang. Musababnya adalah berkumandangnya musik senam yang memeriahkan suasana gedung serbaguna, sehingga para lansia tanpa dikomando lantas mengambil posisi untuk mengikuti senam bersama.
Salah seorang warga Banjarasem yang menjadi kader Posyandu Lansia, Ni Komang Sumadiani (45) menjelaskan kebahagiaannya ketika ditemui pewarta Media LenteraEsai, pada Jumat (31/10/2025). Ia menyatakan betapa warga lansia di desanya menjadi bersemangat saat melakukan pemeriksaan Posyandu Lansia, sejak terpasangnya panel tenaga surya atau pembangkit listrik tenaga surya di bagian atap gedung serbaguna.
“Lah kan di gedung serbaguna ini menjadi pusat aktivitas warga Banjarasem. Salah satunya, menjadi tempat Posyandu Lansia untuk pemeriksaan rutin dengan mengukur tensi, berat badan, gula darah, dan mengukur kandungan kolesterol para lansia. Setelah pemeriksaan kesehatan, dilanjutkan kegiatan senam lansia. Dulu kadang mereka udah antusias untuk senam, eh listrik mati karena pulsa belum dibelikan. Kan tahu sendiri, acara senam memang perlu pengeras suara untuk menyetel musiknya. Kalau tidak ada musiknya, tentu anyep rasanya. Lansia pada malas gerak senam, kurang semangat. Syukurnya, sekarang tidak khawatir listrik byar pet saat senam, berkat pemasangan panel surya. Ini yang menggugah lansia makin semangat datang ke gedung serbaguna,” kata Sumadiani.
Wanita yang dikenal aktif di Banjarasem ini kemudian mengungkapkan harapan supaya panel surya tidak hanya terpasang di gedung serbaguna. Alangkah lebih baiknya, jika panel surya juga terpasang di tempat strategis lainnya untuk kepentingan bersama. “Tapi yang jelas, dengan dipasangnya panel surya di atap gedung serbaguna, itu sudah sangat membantu warga Banjarasem. Kan bukan hanya lansia yang memanfaatkan gedung ini. Selain untuk Posyandu Lansia, gedung serbaguna juga dipakai untuk Posyandu anak-anak, Karang Taruna, bahkan rapat rutin warga,” ujar Sumadiani.
Pilot Project Desa Berbasis Energi
Desa Banjarasem dihuni oleh 7.527 jiwa dan 1.752 KK serta memiliki cakupan wilayah seluas 422 hektare. Warga yang menjadi penduduk Banjarasem memiliki profesi yang beragam, mulai dari pekerja pariwisata, aparatur sipil negara, berdagang, maupun menggarap sawah serta ladang yang membentang menghijau melingkupi pedesaan ini.
Perbekel Desa Banjarasem I Made Sirsa menyebutkan sungguh suatu anugerah karena Desa Banjarasem terpilih menjadi salah satu pilot project desa berbasis energi di Provinsi Bali, yang diresmikan pada 27 Agustus 2025 lalu.

“Kejadiannya berjalan cepat,” ujar Made Sirsa. Di mana pada mulanya Desa Banjarasem disurvei oleh tim dari Universitas Udayana (Unud) pada tanggal 12 Juli 2025 mengenai pariwisata hijau dan berbagai potensi yang ada di Desa Banjarasem. Usai survei, kemudian dibagikan lembar kuesioner pada warga. Hasil dari pengisian kuesioner inilah, memperlihatkan beberapa keinginan warga untuk meningkatkan kualitas hidup lebih baik. Antara lain, supaya dapat memaksimalkan penggunaan gedung serbaguna yang selama ini memang lazim digunakan untuk berolahraga, rapat, Posyandu Lansia dan balita, arisan warga dan lainnya. Sayangnya, selama ini warga sering mengalami was-was ketika menggunakan gedung serbaguna, dikarenakan listrik sering kali mati. Padahal aktivitas di gedung serbaguna memerlukan lampu, atau sound system yang membutuhkan daya listrik yang memadai.
Melalui evaluasi hasil pengisian kuesioner inilah, akhirnya Tim Unud menilai bahwa di Desa Banjarasem lebih tepat diterapkan energi terbarukan supaya menjadi solusi apa yang menjadi kekhawatiran warga saat mengadakan aktivitas di gedung serbaguna. Selanjutnya, pada tanggal 14 Juli 2025 akhirnya panel surya dipasang dengan kelengkapan aki, inverter dan perangkat penunjang lainnya. Warga dengan suka cita ikut bergotong royong saat pemasangan panel surya itu. Berikutnya, tanggal 15 Juli 2025 secara resmi dilakukan serah terima panel surya kepada Desa Banjarasem.
Menurut Sirsa, dahulu sebelum terpasang panel surya, pengeluaran listrik untuk gedung serbaguna mencapai Rp 750 ribu sampai Rp 1 jutaan dalam tiap bulan.
“Sekarang tidak perlu waswas lagi dengan biaya listrik bulanan di gedung serbaguna yang diperlukan untuk menghidupkan lampu dan sound system. Bahkan sekarang setelah pemasangan panel surya, maka videotron yang berisi nama kantor kepala desa Banjarasem, dan pengumuman hari-hari besar di Bali, dapat diaktifkan lagi. Tadinya videotronnya lama sekali off, dengan pertimbangan untuk menghemat listrik,” ujar Sirsa.
Sirsa mengharapkan supaya voltase panel surya dapat meningkat suatu hari nanti. Saat ini berkapasitas 3,5 watt, sehingga Sirsa berharap supaya voltase bisa naik di atas 12.000 watt agar bisa digunakan menaikkan air sumur bor. Selanjutnya airnya akan dialirkan ke rumah-rumah penduduk. Selain itu, air sumur bor pun digunakan saat ada upacara adat di pura desa. Selama ini, BumDes mengalokasikan dana sebesar Rp 7-8 juta per bulan untuk biaya listrik guna menaikkan air dari sumur bor.
Ke depan, lanjut Sirsa, dirinya mengharapkan agar Desa Banjarasem menjadi terang-benderang berkat energi terbarukan dari cahaya matahari yang berlimpah, sehingga biaya listrik tidak lagi menjadi beban pengeluaran warga. Ia memprediksi, dalam 2-3 tahun ke depan, masing-masing rumah tangga di Banjarasem dapat menerapkan energi terbarukan sehingga ada peningkatan kualitas dalam penggunaan energi di wilayahnya.
“Perlahan generasi muda akan diedukasi, untuk memanfaatkan energi terbarukan bagi lingkungan. Misalnya dengan menggunakan biogas, kincir air yang digerakkan arus deras sungai dan lainnya. Kita maksimalkan potensi desa, sehingga semua warga akan diajak bergerak bersama untuk menuju desa mandiri energi,” tegas Sirsa penuh keyakinan.
Menuju Bali Mandiri Energi
Pada berbagai kesempatan, Gubernur Bali Wayan Koster sudah menunjukkan tekad yang kuat untuk merealisasikan Bali Mandiri Energi melalui pengembangan energi terbarukan. Menurutnya, Bali Mandiri Energi akan segera diwujudkan, antara lain melalui pemanfaatkan PLTS di berbagai bangunan di seluruh Bali. Namun sebagai pionir, Kota Denpasar akan lebih dahulu akan diuji coba pemasangan PLTS di sejumlah bangunan, baru kemudian akan diterapkan pula di berbagai kabupaten lainnya.
“Hal ini sinkron dengan target bahwa Bali akan mencapai net zero emission pada tahun 2045. Di samping itu, dengan program Bali Mandiri Energi, otomatis akan mengurangi ketergantungan pada konsumsi energi berbasis fosil, yang harus didatangkan dari luar Bali. Ini menimbulkan ketergantungan jadinya. Dengan pemanfaatan PLTS, maka segera tercipta Bali yang sehat, bersih dan ramah lingkungan,” kata Gubernur Koster.

Penegasan Gubernur Koster, diharapkan akan membawa Bali sebagai Pulau Dewata, yang bukan hanya menjadi surga bagi mata, melainkan oase bagi penduduk bumi. Di mana, di bentangan tanah di Pulau Dewata inilah, siapapun akan diajak bersama untuk merawat tradisi, menjaga alam tetap menghijau, serta mengajarkan tentang makna harmoni antara manusia dan alam, yang dimulai dengan penerapan energi hijau yang ramah lingkungan dalam keseharian penduduknya.
Transisi Energi Hijau
Saat ini, Indonesia sedang menapaki roadmap menuju kebijakan pengelolaan energi. Selama berpuluh tahun, Indonesia telah mengalami fase ketergantungan energi fosil, sehingga tak dapat dielakkan, berimbas tajam terhadap devisa negara yang akhirnya terus mengalami penekanan. Menyikapi kondisi inilah, maka pemerintah sedang mencari jalan keluar dengan memaksimalkan potensi sumber energi baru dan terbarukan (EBT) di dalam negeri.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia menyebutkan bahwa pemerintah telah meresmikan puluhan energi terbarukan di berbagai wilayah di Indonesia, serta mempercepat proyek PLTS kapasitas 100 gigawatt. Langkah ini dilakukan guna mempercepat tercapainya kemandirian energi nasional, sebagai salah satu prioritas strategis guna mewujudkan cita-cita Indonesia Emas 2045.
Merujuk data sejak awal tahun 2025, Kementerian ESDM sudah dua kali melaksanakan peresmian pembangkit listrik oleh Presiden Prabowo Subianto. Peresmian pertama dilakukan pada 20 Januari 2025, di mana Presiden Prabowo dan Menteri Bahlil meresmikan 26 pembangkit listrik dengan total kapasitas 3,2 gigawatt, dan 89% di antaranya merupakan pembangkit EBT. Peresmian kedua berlangsung pada 26 Juni 2025, di mana dilakukan peresmian 55 pembangkit listrik (8 merupakan PLT Panas Bumi dan sisanya merupakan PLTS yang tersebar di 15 provinsi di Tanah Air).
Dalam 10 tahun ke dapan, Presiden Prabowo optimistis bahwa Indonesia dapat menerapkan 100 persen energi terbarukan, sehingga bisa mencapai lebih cepat dari proyeksi awal bahwa hal ini akan terwujud pada tahun 2040. “Kita berharap net zero emission nantinya. Dan Indonesia mempunyai potensi besar dalam pengembangan energi hijau, termasuk bioenergy, tenaga surya, air serta geothermal,” ujar Presiden Prabowo seraya menegaskan komitmen untuk membawa Indonesia menuju transisi energi hijau yang berkelanjutan sebagai bagian dari kontribusi terhadap pembangunan global di negeri ini. (Tri Vivi Suryani)







