Peringati Hari AIDS International, Pegiat HIV di Bali Sampaikan 11 Tuntutan

Peringati Hari AIDS International, Pegiat HIV di Bali Sampaikan 11 Tuntutan
Pembacaan petisi 11 tuntutan serangkaian peringatan Hari AIDS se-Dunia. (Foto: dok LenteraEsai)

Denpasar, LenteraEsai.id – Serangkaian peringatan Hari AIDS se-Dunia (HAS) 2025, kalangan komunitas, LSM dan pegiat penanggulangan HIV di Bali menyampaikan 11 tuntutan kepada berbagai pihak. Petisi itu dibacakan dalam peringatan yang digelar Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Bali, Senin (1/12/2025) di Wantilan DPRD Bali.

“Petisi ini kami sampaikan agar tujuan untuk Ending HIV 2030 benar-benar bisa terwujud,” kata Eka Sampurna dari Jaringan Indonesia Positif yang membacakan petisi itu.

Bacaan Lainnya

Namun ditegaskan bahwa perjuangan menuju Ending AIDS 2030 bukan hanya tanggung jawab pemerintah. “Inia adalah gerakan kemanusiaan kita semua bahwa setiap jiwa berhak atas kehidupan yang sehat bermartabat dan bebas dari stigma,” tegasnya.

Dalam petisi mereka meminta Gubernur, Bupati, dan Wali Kota, untuk meneguhkan komitmen dan perkuat dukungan pendanaan, sumber daya manusia, serta kebijakan program HIV.

Kemudian Kepada Dinas Kesehatan Provinsi Bali diminta memastikan layanan HIV yang inklusif dan bebas stigma, ketersediaan obat ARV termasuk untuk anak-anak, serta alat kesehatan.

“Alat pencegahan penting seperti kondom, jarum suntik steril, dan reagen, agar berjalan secara komprehensif dan berkelanjutan,” tegasnya.

Kepada Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak diminta menghadirkan Rumah Singgah bagi ODHIV, sebagai tempat perlindungan, pemulihan, dan penguatan semangat hidup.

“Tegakkan pula perlindungan bagi anak-anak yang hidup dengan HIV. Mereka bukan beban, mereka adalah masa depan yang harus dijaga,” tegasnya.

Kemudian Dinas Tenaga Kerja diminta melakukan pemantauan dan evaluasi nyata terhadap perusahaan, baik negeri maupun swasta agar tidak ada Stigma dan PHK akibat terinfeksi HIV.
Dinas Pendidikan, Kepemudaan, dan Olahraga deminta melanjutkan dan kuatkan program edukasi tentang HIV di sekolah-sekolah. Bangun kesadaran sejak dini, karena pendidikan adalah benteng pertama pencegahan.

Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa diminta menjadikan desa sebagai garda terdepan informasi dan penanggulangan HIV. Dari desa, untuk itu dukungan dana Desa diperlukan .Kita bisa mulai perubahan.

Kemudian kepada seluruh komunitas, LSM, dan media pun diminta meningkatkan kolaborasi dan saling dukung agar informasi, layanan, dan semangat solidaritas menjangkau seluruh lapisan masyarakat.

“Kepada komunitas ODHIV sendiri, Kami mengajak untuk tetap berdaya, aktif, dan disiplin dalam perawatan—terutama dalam kepatuhan minum ARV. Kesehatan adalah bentuk perlawanan, dan kedisiplinan adalah kunci kehidupan,” sebutnya.

Kemudian mitra layanan agar memperkuat pendampingan, agar tidak ada lagi yang berjalan sendiri dalam menghadapi HIV.

Sementara, seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) pun diminta mengalokasikan anggaran yang memadai untuk program HIV dan AIDS—karena Ending AIDS 2030 hanya akan terwujud jika kita semua bergerak bersama.

“Kami juga meminta DPRD dan Pemerintah Provinsi Bali segera revisi Perda Nomor 3 Tahun 2006, agar kebijakan kita selaras dengan situasi dan tantangan HIV terkini di Bali,” sebut Eka.

 

Peringatan HAS 2025

Sementara itu, Ketua Panitia Pelaksana Kepala Sekretariat KPA Provinsi Bali A.A Ngr. Patria Nugraha mengatakan, Peringatan Hari AIDS Sedunia Provinsi Bali Tahun 2025 bertema ‘Bersama Hadapi Perubahan Jaga Keberlanjutan Layanan HIV’.

Tujuan dari kegiatan ini untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian seluruh stakeholder baik pemerintah dan masyarakat khususnya generasi muda terhadap isu HIV/AIDS, dan mengeliminasi HIV pada tahun 2030.

“Tujuan khusus, yakni meningkatkan kebersamaan dari seluruh pemangku kepentingan untuk melakukan percepatan pencapaian program HIV AIDS dan PIMS dengan menggabungkan kembali ‘Komitmen Sanur’,” ujarnya.

Berikutnya yakni menormalisasi persepsi masyarakat tentang isu HIV dan AIDS ke arah positif dengar harapan menurunkan stigma dan diskriminasi terhadap Orang dengan HIV (ODHIV).

Meningkatkan kepedulian masyarakat untuk memahami pentingnya melakukan tes HIV dan pengobatan ARV bagi Orang Dengan HIV dan AIDS secara dini, dan menggalang komitmen semua pihak untuk lebih efektif dalam penanggulangan AIDS di Bali. Selain penyampaian petisi HAS, acara diisi dengan talksow, testimoni ODHIV dan aneka hiburan. (LE-VJ)

Pos terkait