judul gambar

Denpasar Jadikan Monumen Puputan Badung Pusat Edukasi Sejarah

Denpasar jadikan monumen Puputan Badung pusat edukasi sejarah
Wali Kota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara saat meresmikan Monumen Perjuangan Puputan Badung pada Jumat (14/11/2025). ANTARA/HO-Humas Pemkot DenpasarDenpasar jadikan monumen Puputan Badung pusat edukasi sejarah

Denpasar, 14/11 (ANTARA) – Pemerintah Kota Denpasar, Bali menjadikan Monumen Perjuangan Puputan Badung sebagai pusat edukasi pembelajaran sejarah dan kebudayaan bagi generasi masa kini.

“Monumen ini bukan hanya simbol kejayaan masa lalu, tetapi pusat pembelajaran sejarah dan kebudayaan bagi generasi kini dan mendatang,” kata Wali Kota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara saat meresmikan Monumen Perjuangan Puputan Badung yang ditandai dengan penandatanganan prasasti dan pengguntingan rangkaian bunga di Denpasar, Bali, Jumat.

Bacaan Lainnya

Jaya Negara berharap kehadiran monumen ini menjadi ruang interaksi budaya, pusat refleksi sejarah, sekaligus pengingat akan pentingnya menjaga identitas dan semangat perjuangan Bali.

“Monumen ini kami dedikasikan untuk masyarakat. Semoga menjadi inspirasi, memperkuat rasa bangga, serta memupuk semangat persatuan dan gotong royong,” kata Jaya Negara.

Puputan Badung merupakan peristiwa sejarah perang habis-habisan (Puputan) oleh rakyat dan kerajaan Badung melawan pemerintah kolonial Hindia Belanda.

Revitalisasi Monumen Perjuangan Puputan Badung meliputi proses pemugaran patung, pembaruan pedestal, penataan kolam, hingga penghijauan taman kini tampil lebih tertata dan megah.

Peresmian bertepatan dengan Hari Sugihan Bali, hari suci yang dimaknai sebagai momen penyucian diri dan keharmonisan dengan alam semesta.

Monumen yang berdiri di jantung Kota Denpasar ini merupakan hasil perjalanan panjang pembangunan yang menggabungkan unsur sejarah, budaya, dan nilai-nilai heroisme rakyat Bali dalam Perang Puputan Badung 1906.

Kini, monumen ini tidak hanya menjadi penanda peristiwa bersejarah, tetapi juga ruang edukasi publik dan destinasi budaya yang merekam jejak perjuangan leluhur.

Wali Kota Jaya Negara menambahkan, pemilihan Hari Sugihan Bali sebagai momentum peresmian memiliki makna mendalam.

“Sugihan Bali adalah hari untuk menyucikan diri dan alam. Kami berharap nilai kesucian ini menjadi landasan masyarakat dalam memaknai perjuangan para pahlawan, bahwa keberanian, ketulusan, dan pengorbanan mereka adalah cahaya yang menuntun perjalanan kita sebagai bangsa,” ujar Jaya Negara.

Sementara itu, konseptor penataan Monumen Perjuangan Puputan Badung Marmar Herayukti menjelaskan monumen dirancang ramah bagi penyandang disabilitas. Fasilitas berupa ram untuk kursi roda serta guiding block bagi penyandang tuna netra telah diuji.

“Ram menuju area monumen sudah dapat diakses mandiri oleh penyandang disabilitas. Guiding block juga telah diperbaiki agar memberi isyarat ketika ada hambatan di depan atau samping,” ungkapnya.

Meskipun area monumen dikelilingi kolam, Herayukti memastikan penyandang tuna netra tetap dapat bergerak aman.

Suara gemericik air bahkan menjadi penanda alami keberadaan kolam. Pihaknya juga menyiapkan tambahan tanaman sebagai pembatas area.

Pada bagian pedestal, monumen dihiasi relief berbahan kuningan yang menggambarkan kisah perjuangan rakyat Badung.

Tiga patung utama yang menjadi ikon monumen telah terpasang sejak akhir Agustus lalu, kini menghadap ke utara atau arah rumah jabatan Gubernur Bali, berbeda dari sebelumnya yang menghadap ke selatan.

“Dengan revitalisasi ini, Monumen Perjuangan Puputan Badung diharapkan menjadi ruang publik yang tidak hanya memperindah kota, tetapi juga menanamkan nilai-nilai sejarah dan heroisme bagi seluruh masyarakat,” ujarnya.

Pewarta : Rolandus Nampu
Editor : Nurul Hayat

Konten ini dilindungi oleh hak cipta dan dilarang untuk disebarluaskan tanpa izin tertulis dari ANTARA

Pos terkait