judul gambar
HeadlinesTabanan

Bupati Giri Prasta Hadiri Karya Atma Wedana di Desa Adat Kembang Merta Baturiti

Tabanan, LenteraEsai.id – Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta memberikan apresiasi dan dukungan atas semangat yang telah ditunjukkan krama Desa Adat Kembang Merta, Desa Candi Kuning, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan dalam melaksanakan Karya Atma Wedana Kinembulan dan Manusa Yadnya, Senin (11/9/2023).

“Saya berharap masyarakat Kembang Merta agar selalu bersatu, karena dengan bersatu maka setengah perjuangan sudah berhasil, seperti saat ini dalam pelaksanaan karya yadnya Atma Wedana Kinembulan yang dilaksanakan secara bersama. Ini sebagai wujud dharmaning leluhur,” ucap Bupati Giri Prasta saat hadir memberikan sambrama wacana.

Turut hadir Bendesa Adat Kembang Merta Nyoman Widastra, Perbekel Desa Candi Kuning Made Mudita, Prajuru Desa Adat Kembang Merta, tokoh masyarakat, serta krama pemilik sawa.

Bupati Nyoman Giri Prasta juga mengajak semeton semua harus selalu berpedoman dengan ajaran agama Hindu berlandaskan Dharmaning Leluhur, Dharmaning Agama dan Dharmaning Negara. Karya ini merupakan karya yang utama dan telah sesuai dengan sastra serta ajaran agama Hindu.

“Karya ini disebut dengan mamukur kinembulan. Memukur artinya nyekah dan kinembulan artinya bersama atau secara gotong royong. Ka mi harapkan rasa gotong royong dan persatuan krama Desa Adat Kembang Merta tetap dapat dijaga demi kemajuan pembangunan di desa adat yang nantinya akan diwariskan kepada generasi penerus,” ucapnya, mengharapkan.

Lebih lanjut Giri Prasta menyampaikan, pentingnya karya atma wedana kinembulan karena upacara atma wedana dan sawa prakerti ini merupakan sebuah sarana upacara untuk menyucikan atma, sehingga menjadi Dewa Hyang Guru dan melinggih di merajan rong tiga. Banyak rangkaian dari upacara nyekah yang patut dilaksanakan oleh krama, mulai dari ngangget daun beringin, murwa daksina, pralina puspa, meajar-ajar dan terakhir mamitang ke Pura Dalem dan ngelinggihang di masing-masing merajan.

Dalam pelaksanaan upacara ini juga harus menjalankan Panca Suara yaitu pertama Ida Sulinggih mepuja suara genta, yang kedua mamutru/ngwacen lontar atma prasangsa, ketiga sesolahan Topeng Sidakarya, keempat sesolahan wayang lemah, dan yang kelima kidung/pesantian.

Selanjutnya dalam prosesi meajar-ajar ada yang disebut Catur Loka Pala. Yang terakhir dan utama adalah saat ngelinggihang disebut Dewa Pratista bermakna menyatukan bumi dengan langit dengan konsep padu muka, dan prosesi ngelinggihang yang disebut Dewa Pratista ini berdasarkan Lontar Panglukuning Dasa Aksara dan Lontar Panglukuning Panca Aksara Pari Kandaning Parahyangan.

“Saya harapkan semua prosesi upacara tersebut dapat diikuti oleh semua keluarga sebagai tanggung jawab serta wujud bakti kita kepada leluhur yang diupacarai,” katanya seraya menyerahkan bantuan dana pribadi sebesar Rp 40 juta yang diterima langsung oleh Bendesa Adat Kembang Merta dan disaksikan oleh krama setempat.

Sementara Manggala Karya Nyoman Widastra menyampaikan terima kasih kepada murdaning jagat Badung Nyoman Giri Prasta yang sudah berkenan hadir sekaligus mepunia bantuan dana sehingga sangat meringankan beban krama pemilik sawa “Di samping itu Bapak Bupati Badung juga sudah membantu pembangunan restorasi Pura Melanting Desa Adat Kembang Merta dan pembangunan balai banjar, yang jumlah dananya sangat fantastis, kurang lebih sebesar Rp 5 miliar,” ujarnya.

“Kami mewakili seluruh krama Desa Adat Kembang Merta mengucapkan banyak terima kasih, mudah-mudahan Bapak Bupati sehat selalu sehingga terus dapat membantu pembangunan di masyarakat. Dapat saya laporkan karya atma wedana ini dilaksanakan setiap lima tahun sekali, serta diikuti sebanyak 35 sawa gede, ngelungah 9, ngelangkir 17, metatah 100 orang dan masing-masing sawa dikenakan urunan sebesar Rp10 juta,” ucapnya, menyampaikan.  (LE/Vik)

Lenteraesai.id