Derita Nyoman Mulug, ‘Ngubuh’ Sapi Malah Ketimpa Pohon, Ternak Bebek Sepi Pembeli

I Nyoman Mulug alias Kalek, penduduk Banjar/Dusun Jempeng Kauh, Desa Taman, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung

Badung, LenteraEsai.id – Penjualan ternak itik atau bebek di pasaran di wilayah Kabupaten Badung, Bali terus semakin lesu seiring pandemi Covid-19 yang belum menunjukkan tanda-tanda akan secepatnya berakhir.

Kondisi seretnya tingkat penjualan hewan berkaki dua itu disampaikan peternak itik I Nyoman Mulug alias Kalek (62), penduduk Banjar/Dusun Jempeng Kauh, Desa Taman, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung kepada pewarta LenteraEsai.id (LE) beberapa hari lalu di kediamannya.

Bacaan Lainnya

“Udu jani bebeke, sing ada penganyar teka meli (lesu sekarang penjualan itik, tidak ada pembeli yang datang),” ujar Kalek, panggilan akrabnya, dengan bahasa Bali yang medok.

Peternak yang masih setia melajang ini mengungkapkan, awalnya dia memelihara itik tidak sampai berumur dewasa atau bertelur. Namun  karena penjualan lesu, anak itik akhirnya tetap harus dipelihara dengan sistem kurung (dikandangkan Red-).

Gara-gara pemberian pakannya tidak maksimal karena tidak sedang musim panen padi, tampak ternaknya relatif kurus. Pakannya selain berupa gabah juga sagu, nasi dan sebagainya.

“Modal saya tidak banyak. Penjualan ternak itik lesu belakangan ini. Modal tidak bisa berputar. Karena kurang pakan, jadinya itik kurus-kurus. Beberapa malah ada yang mati, mungkin karena kurang pakan,” katanya.

I Nyoman Mulug alais Kalek menceritakan, dirinya mengawali beternak itik ketika usianya masih sangat muda. Ia bersama peternak lainnya, ngangon (mengembalakan) bebeknya ke mana -mana. Yakni di wilayah mana sedang musim panen padi, ke situlah dia membawa itiknya.

Ketika itu yang dipelihara itik pelur. Kata dia, itik yang digembalakan di areal bekas panen padi, hasilnya maksimal. Karena pakan berupa sisa-sisa gabah (padi) sangat melimpah. Itik pun cepat besar dan laku terjual. “Dulu seorang peternak bebek paling sedikit memelihara 1.000 ekor. Sistemnya kami mengejar lokasi panen padi,” cerita Kalek, bersemangat.

Ditambahkan, dalam situasi pasar itik lesu dan ternak harus terkurung sekarang ini, dirinya hanya mampu pelihara itik maksimal 100 ekor. Bahkan pria ini sempat lama berhenti pelihara bebek, beralih ke ternak atau ‘ngubuh’ sapi dan babi. Eh, sapinya malah mati ditimpa pohon kayu roboh. Sedang ternak babi mati disapu virus.

“Sejak beberapa bulan lalu, saya kembali beternak bebek. Ini kecil-kecilan, supaya ada kesibukan, dan ternyata penjualannya begitu lesu di pasaran,” ujar Kalek seraya nyengir, yakni senyum yang sepertinya dipaksakan. (LE/Ima) 

Pos terkait