judul gambar
AdvertorialBangliHeadlines

Dukung Perajin Logam Bangli, Pemprov Bali Gelar Bimtek Desain dan Diversifikasi Produk

Bangli, LenteraEsai.id – Keberhasilan sebuah produk untuk memasuki pasar, baik di dalam maupun luar negeri adalah dipenuhinya standar mutu produk. Tingkah laku pasar saat ini menunjukkan bahwa pemenuhan standar mutu bukanlah sekedar nilai tambah, namun sudah menjadi prasyarat bagi sebuah produk untuk dapat masuk dan diterima pasar.

Dengan kemajuan teknologi, ketentuan standar mutu akan semakin ketat dan menjadi fungsi yang melekat pada daya saing sebuah produk, kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Kadisperindag) Provinsi Bali Wayan Jarta dalam sambutannya yang dibacakan Kepala Bidang Perindustrian Disperindag Provinsi Bali IA Putu Kalpikawati, saat pembukaan Bimtek Desain dan Diversifikasi Produk Kerajinan Logam di Kabupate Bangli, di LC Uma Bukal Banjar Pande, Bangli, Senin (11/10).

“Dalam industri kerajinan logam produk yang dihasilkan harus bermutu dan memiliki desain yang menarik serta sesuai dengan selera pasar. Di samping itu, semakin meningkatnya kesadaran konsumen dan semakin terbukanya pilihan yang dimiliki oleh konsumen untuk menentukan produk yang dibelinya, menjadikan kualitas suatu produk yang memenuhi standar amatlah penting,” ujar Kadisperindag.

Lebih jauh ia menyatakan, pemenuhan standar mutu produk harus didukung sumber daya manusia (SDM) yang ada dan bekal pengetahuan yang dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dalam mengembangkan kerajinan logam.

“Dalam mendukung peningkatan SDM perajin guna meningkatkan produktivitas dan kualitas produk, kami Pemprov Bali menggelar kegiatan ini. Sehingga harapan terpenuhinya standar mutu produk oleh UMKM Bali khususnya perajin logam bisa tercapai. Karena sesuai harapan pimpinan (Gubernur Bali, red), kegiatan harus menyasar pengembangan UMKM. Karena seperti diketahui UMKM menjadi sektor terdepan saat pandemi ini. Tetap bisa eksis, walaupun sektor lainnya kena imbas sebagai pendukung sektor pariwisata yang terpuruk saat ini,” katanya.

Sementara itu, mewakil Kadisperindag Bangli, Ketut Sadya menyampaikan apresiasi atas kegiatan yang digelar Pemprov Bali di tengah pandemi, di mana perajin tetap bisa berkesempatan mengasah kemampuan dan keterampilannya untuk peningkatan kualitas produk-produk yang dihasilkan.

“Kami berharap bimtek tidak berhenti sampai di sini saja, tetapi bisa terus berlanjut, bisa mengaktualisasikan materi pelatihan dalam produktivitas sehari-hari,” ujarnya sembari menyatakan siap mendukung dan memfasilitasi program yang dilaksanakan Pemprov Bali.

Di sisi lain, Wayan Suadnya, salah seorang perajin yang ditemui di sela-sela pelatihan, menyampaikan keluh kesah imbas pandemi Covid-19 terhadap order kerjaan, di mana biasanya saat kondisi normal cukup kewalahan melayani order pengerjaan, namun saat ini terkadang tanpa orderan dalam satu bulannya.

Menyiasati keadaan, ia mengaku mulai melayani order pengerjaan dari konsumen langsung, semisal pembuatan saung pengutik, keris dan sebagainya. Suadnya pun menceritakan tahapan pengerjaan yang bisa menghabiskan waktu dua hari untuk jenis orderan kecil dan tingkat kerumitan rendah seperti jenis gelang kana

“Ada yang sampai lima hari untuk ukuran besar dan kerumitan tinggi. Untuk sistem pengerjaan biasanya menggunakan pola kerja sama antara perajin dengan pihak pemilik usaha kerajinan. Para perajin mengerjakan mulai desain mal, menyiapkan bahan dasar, natah, menghaluskan hasil tatahan, hingga pemasangan cangkok (pernak-pernik dan permata) Sedangkan untuk finishing mulai pelapisan perak, emas, polish hingga pemasangan kain dikerjakan oleh pemilik usaha kerajinan,” ucapnya.

“Kalau saya mengerjakannya dari nol, mulai membikin desain, hingga pemasangan cangkok, terkadang hingga pelapisan perak, emas dan kain, pokoknya hingga selesai. Namun seringan tahap finishing dikerjakan pemilik. Untuk biaya pengerjaan, mulai Rp200 ribu untuk ukuran kecil, hingga Rp500 ribu untuk yang besar. Kalau kondisi normal dengan orderan yang ada, ekonomi keluarga bisa stabil. Kalau seperti sekarang benar-benar kelimpungan,” ungkapnya.

Ketut Purnawan, pemilik usaha kerajinan perak PRizel, menambahkan bahwa dirinya mulai fokus menggeluti usaha perak sejak tahun 2004, sedangkan sebagai perajin dilakoni sejak duduk di bangku SMA. Usahanya yang mempekerjakan sekitar 30 orang perajin freelance, saat situasi normal memiliki omzet Rp100 juta hingga Rp200 juta per bulannya.

“Kalau saat ini benar-benar tidak menentu. Masih sih ada orderan, tapi jumlahnya sangat turun jauh dibanding sebelum pandemi,” ujarnya sembari menceritakan hasil produksinya selain dijual ke salah satu toko yang dimilikinya, juga dijual ke toko-toko penjual kerajinan, galery maupun ada yang dipesan khusus oleh para seniman.

Acara Bimtek dilaksanakan selama 5 hari mulai 11 – 15 Oktober 2021, berlokasi di tempat usaha milik Ketut Purnawan yang memiliki fasilitas kerajinan memadai. Acara diikuti 30 perajin se-Kecamatan Bangli. Acara pembukaan turut dihadiri Camat Bangli dan Lurah Cempaga. (LE-BL1)

Lenteraesai.id