judul gambar
BadungHeadlines

Viral Kera Putih ‘Medal’, Paranormal: Waspadai Mau Ada Gejolak!

Badung, LenteraEsai.id – Sebuah video tengah viral di media sosial yang menampakkan kemunculan atau ‘medal’-nya seekor Kera Putih di kawasan Pura Goa Selonding yang terletak di Desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali.

Kontan video tersebut menjadi perbincangan yang menghebohkan di kalangan netizen dan masyarakat. Bahkan sampai ada yang mengaitkan bahwa kemunculan satwa yang tergolong langka di dunia itu sebagai pertanda akan adanya kejadian yang tak terduga di wilayah Bali.

Jro Mangku Murja, paranormal asal Karangasem ketika dihubungi di Karangasem, Jumat (6/8) menyebutkan, di kawasan selatan Pulau Bali yang bernama Pura Goa Selonding sejauh ini memang sangat dikeramatkan umat Hindu. Pura ini merupakan bangunan suci yang masuk kategori purba, sehingga seringkali menjadi rujukan bagi pemedek yang ingin nunas petunjuk jika ingin mengambil keputusan penting dalam menjalani kehidupan.

Kemunculan Kera Putih di Pura Goa Selonding tidak sembarangan waktu, dan tak ada yang dapat memastikannya. Biasanya, beliau muncul sebagai pertanda ada petunjuk gaib. “Kalau menurut penerawangan saya melalui mata batin, pesan yang ingin beliau sampaikan adalah mengingatkan  masyarakat untuk lebih instropeksi diri, terlebih saat ini masa pandemi,” ucapnya.

Jro Mangku Murja menjelaskan, berdasarkan petunjuk niskala juga menggambarkan bahwa kemunculan Kera Putih akan banyak diwarnai dengan berbagai permasalahan di masyarakat. Akan ada gejolak tak terduga. “Dan khusus kemunculan beliau kali ini, saya terawang sebagai pertanda akan ada gejolak di masyarakat,” ujar penekun spiritual yang kerap dijuluki Mangku Minyak.

Gejolak itu, lanjut paranormal asal Gegelang, Manggis, Karangasem, bukan berkaitan dengan bencana alam. Melainkan gejolak yang ada hubungannya dengan situasi ‘panas’ yang ada di masyarakat saat ini, sehingga akan menimbulkan dampak yang sangat serius.

“Sekali lagi saya ingatkan, mawar diri, instropeksi, karena petunjuk kemunculan beliau artinya akan ada kejadian. Jika kita menyikapi dengan kepala dingin dan banyak instropeksi, tentu hasilnya tidak akan ada guncangan yang melebihi batas di tatanan masyarakat,” katanya dengan menambahkan, demikian juga dengan pandemi saat ini, bagaimanapun harus disikapi dengan kepala dingin, karena ini gering jagat atau dunia.

Terlepas dari itu, ada juga tetua yang berpendapat sebaliknya, yakni kemunculan Kera Putih yang identik dengan tokoh pemayangan Sang Hanoman adalah pertanda baik. Suatu kejayaan akan timbul di tengah gejolak dan masalah yang muncul di masyarakat dan tak kunjung usai.

Sementara dalam situs Kemendikbud RI diungkapkan bahwa Pura Goa Selonding merupakan peninggalan zaman prasejarah yaitu pada masa berburu (mesolithikum), khususnya pada masa kehidupan masyarakat berburu makanan yang diperkirakan berumur kurang lebih 2.500 sebelum masehi.

Berdasarkan penelitian arkeologis pada tahun 1961 oleh RP Soejono, telah ditemukan bukti-bukti mengenai kehidupan manusia pada masa mesolithik di Gua Selonding, Badung. Goa ini terletak di pegunungan gamping di Semenanjung Benoa, memberikan suatu bukti tentang kehidupan yang pernah berlangsung di sana.

Dalam penggalian di Goa Selonding ditemukan alat-alat terdiri atas alat serpih, serut, sudip, lacipan, tulang-tulang binatang, beberapa pecahan kulit molusca dan sejumlah alat-alat dari tulang. Di antara alat-alat tulang terdapat beberapa lencipan muduk yaitu sebuah alat sepanjang 5 cm yang kedua ujungnya diruncingkan. Hal itu memberi gambaran telah adanya aktivitas kehidupan di sana pada masa itu.

Dalam perkembangan selanjutnya yaitu pada masa Raja Bali Kuna yang berkuasa di Bali, maka mulailah Pura Goa Selonding yang terletak di Desa Pecatu (Badung) dimanfaatkan sebagai tempat suci. Dikarenakan goa ini dianggap memiliki daya magis dan sering terdengar suara gamelan selonding, sekalipun tidak pernah ditemukan gamelan selonding di sana.

Pura ini diperkirakan mulai eksis sejak kedatangan Danghyang Nirartha ke wilayah Desa Pecatu dalam lawatannya ke daerah selatan, hingga kemudian beliau diwujudkan dalam sebuah pelinggih yang ada di Pura Goa Selonding, yang disebut Ida Bhatara Sakti Wawu Rauh (wawancara dengan Jero Mangku Suprapta di Ungasan).

Pura Goa Selonding di Desa Pecatu ini diperkirakan memiliki kaitan erat dengan Pura Dalem Selonding yang ada di Besakih. Dugaan tersebut didasarkan pada struktur bangunan dan pelinggih di Pura Goa Selonding, di mana bangunan pokok yang dianggap sebagai pelinggih utama adalah linggih untuk Ratu Gede Cakra Sari. Nama itu diduga perubahan dari nama Ratu Gede Cakra Kesari yang dapat dihubungkan dengan raja Sri Wira Dalem Kesari. Jika dugaan ini benar, maka Pura Goa Selonding di Ungasan mempunyai latar belakang sejarah yang sama dengan pura Dalem Selonding di Besakih yang diperkirakan berasal dari zaman pemerintahan Sri Kesari Warmadewa yang memerintah di Bali sekitar tahun 825 Çaka (903 masehi). Istana atau puri Dalem Kesari Warmadewa di Besakih diberi nama Bumi Kuripan (www.wordpress.com/2011/12/12/sejarah-purbakala-bali.html).

Kepercayaan-kepercayaan yang hidup di dalam masyarakat pengemong dan penyiwi bahwa Pura Goa Selonding banyak dimanfaatkan untuk melakukan permohonan, seperti memohon penyucian diri (meditasi) dan kawisesan, serta memohon keselamatan (penglukatan).  (LE-BD)

Lenteraesai.id