judul gambar
HeadlinesTabanan

Sembuhkan Penyakit Kulit, Beji Yeh Bubuh Dihuni Julit dan Naga Putih

Tabanan, LenteraEsai.id – Beberapa pura di Bali memang diyakini memiliki cerita magis dan memberikan anugrah kesembuhan bagi krama yang datang tangkil. Selain itu, diyakini juga ada penunggu atau penghuninya, baik yang kasat mata maupun tidak.

Seperti salah satunya di Pura Beji Yeh Bubuh di Desa Petiga Kangin, Banjar Petiga, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan, yang berdiri di tengah kesejukan dan rimbun alam di sekitarnya.

Jro Mangku Ni Nengah Seniati, pemangku di Pura Beji Yeh Bubuh, ketika ditemui di pura beji tersebut menyampaikan, selain adanya sumber mata air dengan beberapa pancuran, Beji Yeh Bubuh diyakini memiliki khasiat penyembuhan bagi krama yang terserang penyakit kulit.

Kompleks pura dengan mata air yang disakralkan, dilengkapi dengan sebidang telaga yang yang dihuni penunggu berupa ikan jenis julit berukuran cukup besar dibandingkan dengan ikan sejenis yang biasa ditemukan di lingkungan air tawar.

Selain ulam julit, terkadang ada juga beberapa jenis udang yang mucul ke permukaan kolam. Itu yang kasat mata, sedangkan yang tidak, atau yang kemunculannya secara ‘maya-maya’, disebutkan berupa naga putih dan tiga jenis ular di sekitar pura.

“Di dalam telaga Pura Beji Yeh Bubuh ada penunggunya berupa ulam julit dan udang. Selain itu juga ada penunggu di lingkungan pura yang hanya dapat dilihat oleh orang-orang tertentu saja, yakni berupa naga putih dan tiga ular sabuk, yang salah satunya berwarna hijau,” kata Jro Mangku Seniati.

Ikan julit keramat tersebut tidak begitu saja muncul ke permukaan kolam. Biasanya, julit akan muncul jika ada pemedek yang tangkil menghaturkan tipat akelan serta beberapa butir telur ayam atau bebek di telaga.

Bila sejaji telah dihaturkan, kata Jro Mangku Seniati, ikan julit perlahan-lahan akan muncul, menampakan dirinya untuk beberapa saat ke permukaan air telaga.

“Jika pemedek ingin melihat kemunculan ikan julit tersebut, bisa membawa tipat akelan dan beberapa telur ayam maupun bebek untuk dihaturkan. Biasanya akan langsung muncul julit tersebut,” ucapnya, menjelaskan.

Sedangkan untuk penampakan naga putih, biasanya tidak sembarang pemedek dapat melihatnya. Karena hanya orang-orang tertentu saja dapat melihat penampakannya.

“Naga penunggu itu hanya bisa dilihat oleh orang-orang tertentu saja, jadi tidak sembarang. Kalau saya sendiri tentu dapat melihatnya dan bisa langsung menampakan dirinya. Sering muncul pada tengah hari, yakni pukul 12 siang,” ucapnya, meyakinkan.

Pura Beji Yeh Bubuh yang memiliki mata air yang kemudian ditampung pada sebuah telaga lengkap dengan penunggunya, airnya kemudian mengucur pada beberapa buah pancuran yang berada di bagian bawahnya.

Air yang mengucur dari pancuran-pancuran tersebut, oleh pemedek digunakan untuk melukat. Selain sebagai perbersih diri secara sekala dan niskala, pancuran tersebut juga diyakini mampu menyembuhkan penyakit, terutama penyakit kulit berupa gatal-gatal.

“Sudah banyak bukti bahwa pancuran tersebut bisa menyembuhkan penyakit kulit seperti gatal-gatal. Bagi pemedek yang ingin tangkil dan nunas pelugrahan, bisa membawa banten berupa Pejati untuk di haturkan. Adapun proses persembahyangan, pemedek terlebih dahulu harus melukat di pancuran, kemudian lanjut melakukan persembahyangan guna memohon kesembuhan,” paparnya.

Tidak ada pantangan apapun saat pemedek tangkil ke Pura Beji Yeh Bubuh. Jika dilihat sampai saat ini, pemedek yang datang tidak hanya dari wilayah Tabanan, tetapi juga dari Denpasar, Negara dan Karangasem, bahkan hampir semua kabupaten di Bali.

“Mereka sebagian besar datang untuk melukat dan bersembahyang, memohon penyakit kulit yang telah lama dideritanya dapat disebuhkan,” kata Jro Mangku Seniati, mengungkapkan.  (LE-AK)

Lenteraesai.id