judul gambar
BadungHeadlines

Bisnis Ternak Upacara di Bali Cukup Menjanjikan di Tengah Pandemi

Badung, LenteraEsai.id – Nyaris seluruh sektor usaha dibuat morat-marit dengan mewabahnya Virus Corona, namun berbeda halnya dengan bisnis ternak untuk upacara seperti ayam, itik, babi dan sebagainya di Bali yang ternyata cukup menjanjikan.

Meski Covid-19 melanda, namun beberapa jenis ternak yang diperlukan untuk kepentingan upacara atau ‘banten’, masih saja diburu oleh warga wasyarakat di Pulau Dewata.

Masalahnya, upacara Dewa Yadnya, Manusa Yadnya dan Pitra Yadnya di Bali secara terus-menerus berlangsung. “Jadi syukur, ternak yang kami piara tetap saja ada pembelinya, meski tidak sebanyak sebelum Corona,” kata I Putu Mahardika, seorang peternak yang mengkhuskan diri mengembangkan ternak untuk kebutuhan ‘banten’.

Dalam percakapan dengan LenteraEsai (LE) di rumahnya Banjar Tabah, Desa Taman, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung pada Kamis, 18 Maret 2021, Mahardika mengaku telah cukup lama beternak ayam upacara seperti ‘ayam madan’, sehingga cukup dikenal orang yang membutuhkan ternak upacara.

Selain itu, ada juga beberapa pengepul yang datang mencari ‘ayam madan’ dan jennis satwa lain ke rumah. Misalnya, kata Mahardika, mereda datang mencari ayam untuk kepentingan caru, seperti ayam brumbun, biying, hitam, ayam sudamala dan lainnya.

“Yah..,pokoknya lumayan larislah pasaran ayam untuk upacara,” kata Mahardika sambil melempar senyum lebar.

Seiring dengan cukup larisnya beberapa jenis satwa untuk kepentingan ‘banten’, Mahardika mengatakan bibit untuk itu, khususnya ayam, harganya belakangan cukup mahal di pasaran.

Pria yang juga bekerja di perusahaan kerajinan perak di Banjar Umahanyar, Desa Mambal, Kecamatan Abiansemal itu menyebutkan, bibit ayam untuk upacara per satu boks isi 100 ekor, harganya Rp 800 ribu. Dipelihara sekitar tiga minggu, sudah bisa dijual.

“Saat menjelang upacara, seperti menjelang Nyepi tahun baru Saka 1943 yang baru lalu, ayam untuk upacara sangat laris. Para peternak di sini (Banjar Tabah Red-) kewalahan meladeni pembeli,” papar Mahardika,  bersemangat.

Peternak lain yang oleh kalangan konsumen disebut Pak Cika, mengatakan, para peternak ayam upacara di Banjar Tabah kini sudah tergabung ke dalam suatu kelompok, sehingga harga ayam yang dijual harus seragam. “Tidak terjadi perang harga di antara anggota kelompok,” ucapnya.

Baik Pak Cika maupun Mahardika, senada mengungkapkan bahwa dalam satu boks bibit ayam yang dibeli, ada saja yang mati dalam beberapa ekor. Jadi tidak semuanya tumbuh mulus.

Namun demikian, mereka mengaku berbangga karena lahan usahanya tidak begitu tergerus atau berdampak yang cukup mengkhawatirkan sebubungan mewabahnya Covid-19.

“Ya, dapat keuntungan sedikit dari hasil capek-lah. Saya memang menyukai ternak ayam dan beberapa jenis yang lain,” kata Mahardika sambil terus-menerus mengaku bersyukur bahwa usaha ternak satwa banten-nya ternyata cukup menjanjikan.  (LE/Ima)

Lenteraesai.id