judul gambar
DenpasarHeadlinesNews

Kisah Tukang Setrika yang Habiskan Gaji untuk Beri Makan Anjing dan Kucing Liar

Denpasar, LenteraEsai.id – Hari beranjak senja di awal bulan Mei 2020. Sesosok wanita berusia lanjut, Nenek Darti (72), tampak berjalan dengan langkah kaki terseok, kemudian duduk di pinggiran trotoar di kawasan Kreneng, Denpasar. Puluhan anjing dan kucing yang sudah menunggu di trotoar seketika mengerubunginya.

“Setiap sore, anjing dan kucing liar di Kreneng ini memang selalu menunggu saya, karena sudah 10 tahunan saya memberi mereka makanan. Memberi nasi dan pindang atau sesekali dibelikan daging,” ujar Nenek Darti, sembari sibuk membuka tas plastik yang semula ditenteng dengan kedua tangannya.

Tidak lama kemudian, anjing dan kucing berebutan minta makanan. Uniknya, antara anjing dan kucing tidak saling bertengkar meski mereka makan di trotoar dengan jarak yang cukup berdekatan.  Bahkan menariknya, dua species binatang yang dikenal berseteru itu, ada yang malah ‘megibung’ bersama.

Sementara itu, dengan sabar Nenek Darti memanggil nama kucing atau anjing yang belum mendapat jatah, supaya semua satwa itu kebagian makanan yang dibawanya. Dalam sekejap, nasi dan pindang yang disediakan Nenek Darti, ludes.

“Dalam sehari, saya menghabiskan uang Rp 50 ribu untuk membeli makanan anjing dan kucing. Saya belinya di Pasar Kreneng, karena tidak jauh dari kos saya,” ujar perempuan yang tinggal di kamar kos di Jalan Belimbing, Denpasar. Kamar kos itu disewa seharga Rp 350 ribu per bulan.

Selanjutnya ia mengatakan, sehari-hari pekerjaan yang digelutinya adalah sebagai tukang setrika pakaian di rumah beberapa orang tetangga. Dan sesekali ada yang menyuruhnya untuk memijat. Upah dari pekerjaan setrika baju adalah Rp 100 ribu per hari. Kalau menjadi tukang pijat, Nenek Darti biasa menerima upah Rp 50 ribu untuk sekali urut.

“Tetapi tidak setiap hari ada panggilan untuk memijat atau setrika baju. Kadang-kadang saja, mungkin orang kasihan menyuruh karena umur saya sudah setua ini. Namun syukurnya, tiap hari ada saja rezeki, misalnya ada orang yang tiba-tiba ngasih, sehingga setiap hari saya tetap bisa memberi makan anjing dan kucing sejak 10 tahun lalu,” kata Nenek Darti yang mengaku berasal dari Sragen, Jawa Tengah, namun telah puluhan tahun tinggal di Bali.

Meski hujan turun atau hari raya Nyepi, lanjutnya, dirinya tetap tidak menghentikan aktivitasnya. “Pecalang sudah hafal sama saya, jadi tidak dilarang kalau memberi makan anjing dan kucing saat Nyepi. Soalnya saya kepikiran kalau tidak memberi makan sehari saja, takut binatang-binatang itu kelaparan,” ujar Nenek Darti yang kemudian mengemas tas plastik dan bersiap pulang kembali ke rumah kosnya.

Bersamaan dengan pulangnya Nenek Darti, satu persatu puluhan anjing dan kucing itu meninggalkan ‘rumah makan’, bergerak ke segala penjuru mata angin dari persimpangan jalan di sebelah barat laut Pasar Kreneng Denpasar.  (LE-DP)

Lenteraesai.id